Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Setelah permainan cintaku
dengan Evi sore itu, kami jadi sering
melakukannya apabila ada
kesempatan. Kadang kami bercinta
di Kamar Evi dan kadang di
kamarku. Evi yang masih berusia 22
tahun itu bercerita tentang hilangnya
kegadisannya oleh pacarnya ketika
masih SMA. Menurut ceritanya dia
dijebak pacarnya untuk minum-
minum ketika perayaan
ulangtahunnya yang ke 17. Ketika
dia
mulai mabuk dia dibawa pacarnya
dan di perkosa di hotel. Tragisnya
dia diperkosa secara bergantian oleh
2 orang teman pacarnya saat itu.
Paginya setelah sadar dia di antar
pulang dan pacar maupun kedua
temannya menghilang entah
kemana. Setelah lulus SMA akhirnya
dia memutuskan untuk kuliah di Bali
jurusan hotel dan tourisme. Sejak
kuliah di Bali pun dia sudah
beberapa
kali melakukan sex dengan beberapa
teman kuliah-nya. Hubungan kami
pun cuma sebagai teman, tidak
lebih, hubungan kami berdasarkan
suka sama suka. Mungkin karena
usia ku yang lebih muda. Hanya
saja
aku dapat previlege untuk tubuhnya
kapan saja aku mau. Hubunganku
dengan Evi pun tidak diketahui oleh
Silvi kakaknya yang sudah bekerja di
salah satu hotel di kawasan
Jimbaran. Silvi, tidak kalah cantiknya
dengan Evi. Keduanya memiliki kulit
yang putih bersih. Silvi lebih dewasa
dalam pembawaan dan enak juga
diajak ngobrol. Karena Silvi juga
cantik aku sering bercanda dengan
Evi mengatakan ingin tahu rasanya
bila berhubungan dengan Silvi. Evi
kadang tertawa dan kadang marah
kalo aku berkata begitu. Walau
marah, Evi akan hilang
kemarahannya kalau kucumu lagi.
Seperti halnya sore itu, Ketika aku
baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi
terbuka tetapi tidak ada orang
didalamnya. Karena situasi kost
yang sepi akupun masuk ke
kamarnya dan mendengar ada yang
sedang mandi dan akupun menutup
pintu kamar Evi. Sudah seminggu
lebih aku menginap di Denpasar
karena sedang ujian akhir. Setelah
pintu kututup, kupanggil Evi yang
ada dikamar mandi. "Vi, lagi mandi
yah? tanyaku basa-basi. Tidak ada
jawaban dari dalam kamar mandi.
Akupun melanjutkan. "Kamu marah
yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu
kamu kalo aku mau nginep di
Denpasar. Hari ini aku mau buat
kamu puas Vi. Aku akan cium
kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku
aka. "Mandi kucing kan kamu Vi
mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki." Rayuku. Masih tidak ada
jawaban dari dalam kamar mandi.
"Vi, ingat film yang dulu kita tonton
kan. Aku akan bikin kamu puas
beberapa kali hari ini sebelum kau
rasakan penisku ini Vi. Aku akan
cium vaginamu sampai kau
menggelinjang puas dan memohon
agar aku memasukkan penisku".
Terdengar suara batuk kecil dari
dalam kamar mandi. "Vi, kututup
pintu dan gordennya yah Vi".
Akupun berbalik dan menutup
gorden jendela yang memang
masih terbuka. Ketika gorden
kututup, kudengar pintu kamar
mandi terbuka. Akupun tersenyum
dan bersorak dalam hati. Setelah aku
menutup gorden akupun berbalik.
Dan ternyata, yang ada dalam
kamar mandi itu adalah Silvi, kakak
Evi, yang baru saja selesai mandi
keluar dengan menggunakan
bathrope berwarna pink dan duduk
diatas tempat tidur dengan kaki
bersilang dan terlihat dari belahan
bathropenya. Kaki yang putih
terawat, betisnya yang indah terlihat
terus hingga ke pahanya yang putih,
kencang dan seksi sangat
menantang sekali untuk dielus.
Belum lagi silangan bathrope di
dadanya agak kebawah sehingga
terlihat dada putih dan belahan
payudaranya. Kukira ukuran Branya
sedikit lebih besar dari Evi, karena
aku belum pernah menyentuhnya.
"Evi sedang ke Yogya, dia sedang
Praktek kerja selama 2 bulan" Kata
Silvi sambil memainkan tali
bathrope-nya. "Jadi selama ini kamu
suka make love ya sama Evi,
padahal aku percaya kamu tidak
akan begitu sama adikku" "Maaf
Mbak, aku gak tahu kalo yang
didalam itu Mbak Silvi" Kataku
sambil
mataku memandang wajah Silvi.
Rambutnya yang hitam sepundak
tergerai basah. Dada yang putih
dengan belahan yang terlihat cukup
dalam. Paha yang putih mulus dan
kencang hingga betis yang terawat
rapih. Kalau menurutku Silvi boleh
mendapat angka 8 hingga 8,5. "Lalu
kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu
enggak mau mencium Mbak, buat
Mbak puas, memandikucingkan
Mbak seperti yang kamu bilang
tadi?" Tanya Silvi memancingku.
"Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak
kasih" Jawabku langsung tanpa pikir
lagi sambil melangkah ke tempat
tidur. Sebab sebagai laki-laki normal
aku sudah tidak kuat menahan
nafsuku melihat sesosok wanita
cantik yang hampir pasti telanjang
karena baru selesai mandi. Belum
lagi pemandangan dada dan putih
mulus yang sangat menggoda.
"Kamu sudah lama make love
dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika
aku duduk di sebelah kirinya. Aku
tidak langsung menjawab, setelah
duduk di sebelahnya aku mencium
wangi harum tubuhnya. "Tubuh
Mbak harum sekali", kataku sambil
mencium lehernya yang putih dan
jenjang. Silvi menggeliat dan
mendesah ketika lehernya kucium,
mulutku pun naik dan mencium
bibirnya yang mungil dan merah
merekah. Silvi pun membalas
ciumanku dengan hangatnya.
Perlahan kumasukkan lidahku ke
dalam rongga mulutnya dan lidah
kami pun saling bersentuhan, hal itu
membuat Silvi semakin hangat.
Perlajan tangan kiriku menyelusup
ke dalam bath robenya dan meraba
payudaranya yang kenyal. Sambil
terus berciuman kuusap dan kupijat
lembut kedua payudaranya
bergantian. Payudaranya pun makin
mengeras dan putingnyapun mulai
naik. Sesekali kumainkan putingnya
dengan tanganku sambil terus
melumat bibirnya. Aku pun
mengubah posisiku, kurebahkan
tubuh Silvi di tempat tidur sambil
terus melumat bibirnya dan meraba
payudaranya. Setelah tubuh Silvi
rebah, perlahan mulutku pun turun
ke lehernya dan tanganku pun
menarik tali pengikat bathrope-nya.
Setelah talinya terlepas kubuka
bathropenya. Aku berhenti
mencium lehernya sebentar untuk
melihat tubuh wanita yang akan
kutiduri sebentar lagi, karena aku
belum pernah tubuh Silvi tanpa
seutas benang sedikitpun. Sungguh
pemandangan yang indah dan
tanpa
cela sedikit pun. Payudaranya yang
putih dan tegak menantang
berukuran 36 C dengan puting yang
sudah naik sangat menggairahkan.
Pinggang yang langsing karena
perutnya yang kecil. Bulu halus
yang
tumbuh di sekitar selangkangannya
tampak rapi, mungkin Silvi baru saja
mencukur rambut kemaluannya.
Sungguh pemandangan yang
sangat indah. "Hh" Desah Silvi
membuyarkan lamunanku, Aku pun
langsung melanjutkan kegiatanku
yang tadi terhenti karena
mengagumi keindahan tubuhnya.
Kembali kulumat bibir Silvi sambil
tanganku mengelus payudaranya
dan perlahan-lahan turun ke
perutnya. Ciumanku pun turun ke
lehernya. Desahan Silvi pun makin
terdengar. Perlahan mulutku pun
turun ke payudaranya dan
menciumi payudaranya dengan
leluasanya. Payudaranya yang
kenyal pun mengeras ketika aku
mencium sekeliling payudaranya.
Tanganku yang sedang mengelus
perutnya pun turun ke pahanya.
Sengaja aku membelai sekeliling
vaginanya dahulu untuk
memancing
reaksi Silvi. Ketika tanganku
mengelus paha bagian dalamnya,
kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus
paha Silvi hingga akhirnya perlahan
tanganku pun ditarik oleh Silvi dan
diarahkan ke vaginanya. "Elus dong
Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren"
Ucapnya sambil mendesah. Bibir
vagina Silvi sudah basah ketika
kesentuh. Kugesekan jariku
sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan
Silvi pun mendesah. Tangannya
meremas kepalaku yang masih
berada di payudaranya. "Ahh, terus
Ren", Pinggulnya makin bergyang
hebat sejalan dengan rabaan
tanganku yang makin cepat. Jari-
jariku kumasukkan kedalam lubang
vaginanya yang semakn basah.
"Ohh Ren enak sekali Ren", desah
Silvi makin hebat dan goyangan
pinggulnya makin cepat. Jariku pun
semakin leluasa bermain dalam
lorong sempit vagina Silvi. Kucoba
masukan kedua jariku dan desahan
serta goyangan Silvi makin hebat
membuatku semakin terangsang.
"Ahh Ren", Silvi pun merapatkan
kedua kakinya sehingga tanganku
terjepit di dalam lipatan pahanya dan
jariku masih terus mengobok-obok
vaginanya Silvi yang sempit dan
basah. Remasan tangan Silvi di
kepalaku semakin kencang, Silvi
seperti sedang menikmati puncak
kenikmatannya. Setelah berlangsung
cukup lama Silvi pun melenguh
panjang jepitan tangan dan kakinya
pun mengendur. Kesempatan ini
langsung kupergunakan secepat
mungkin untuk melepas kaos dan
celana jeansku. Penisku sudah
tegang sekali dan terasa tidak
nyaman karena masih tertekan oleh
celana jeansku. Setelah aku tinggal
mengunakan CD saja kuubah posisi
tidur Silvi. Semula seluruh badan
Silvi ada di atas tempat tidur,
Sekarang kubuat hanya pinggul ke
atas saja yang ada di atas tempat
tidur, sedangkan kakinya menjuntai
ke bawah. Dengan posisi ini aku bisa
melihat vagina Silvi yang merah dan
indah. Kuusap sesekali vaginannya,
masih terasa basah. Akupun mulai
menciumi vaginanya. Terasa lengket
tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu
menjaga bagian kewanitaannya ini
dengan teratur sekali. "Ahh Ren,
enak Ren", racau Silvi. Pinggulnya
bergoyang seiring jilatan lidahku di
sepanjang vaginanya. Vagina
merahnya semakin basah oleh
lendir
vaginanya yang harum dan
jilatanku. Desahan Silvi pun makin
hebat ketika kumasukkan lidahku
kedalam bibit lubang vaginanya. Evi
pun menggelinjang hebat. "Terus
Ren", desahnya. Tanganku yang
sedang meremas pantatnya yang
padat ditariknya ke payudara.
Tnagnku pun bergerak meremas-
remas payudaranya yang kenyal.
Sementara lidahku terus menerus
menjilati vaginanya. Kakinya
menjepit kepalaku dan pinggulnya
oun bergerak tidak beraturan.
Sepuluh menit hal ini berlangsung
dan Silvi pun menalami orgasme
yang kedua. "Ahh Ren, aku keluar
Ren", aku pun merasakan cairan
hangat yang keluar dari vaginanya.
Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan
dan kusimpan dalam mulutku dan
secepatnya kucium bibir Silvi yang
sedang terbuka agar dia merasakan
cairannya sendiri. Lama kami
berciuman, dan perlahan posisi
penisku sudah berada tepat didepan
vaginanya. Sambil terus
menciumnya kugesekkan ujung
penisku yang mencuat keluar CD ku
ke bibir vaginanya. Tangan Silvi
yang semula berada disamping
bergerak ke arah penisku dan
menariknya. Tangannya mengocok
penisku perlahan-lahan. "Besar juga
punya kamu Ren, panjang lagi"
Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami.
Sambil masih berciuman aku
melepaskan CDku sehingga tangan
Silvi bisa leluasa mengocok penisku.
Setelah lima menit akupun menepis
tangan Silvi dan menggesekkan
penisku dengan bibir vaginanya.
Posisi ini lebih enak dibandingkan
dikocok. Perlahan aku mulai
mengarahkan penisku kedalam
vaginanya. Ketika penisku mulai
masuk, badan Silvi pun sedikit
terangkat. Terasa basah sekali tetapi
nikmat. Lobang vaginanya lebih
sempit dibandingkan Evi, atau
mungkin karena lubang vaginanya
belum terbiasa dengan penisku.
"Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak
sekali sayang" Racaunya ketika
penisku bergerak maju mundur.
Pinggul Silvi pun semakin liar
bergoyang mengimbangi
gerakanku. Akupun terus menciumi
bagian belakang lehernya. "Ahh.."
desahnya semakin menjadi. Akupun
semakin bernafsu untuk terus
memompanya. Semakin cepat
gerakanku semakin cepat pula
goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi
yang menjuntai ke bawah pun
bergerak melingkari pinggangku.
Akupun mengubah posisiku
sehingga seluruh badan kami ada di
atas tempat tidur. Setelah seluruh
badan ada diatas tempat tidur,
akupun menjatuhkan dadaku diatas
payudara besar dan kenyalnya.
Tanganku pun bergerak ke belakang
pinggulnya dan meremas pantatnya
yang padat. Goyangan Silvi pun
semakin menjadi-jadi oleh remasan
tanganku di pantatnya. Sedangkan
pinggulku pun terus menerus
bergerak maju mundur dengan
cepat dan goyangan pinggul Silvi
yang semakin liar. "Ren.. Kamu
hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu
besar keras dan panjang Ren.. Terus
Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.."
begitu racau Silvi di sela
kenikmatannya. Aku pun semakin
cepat menggerakkan pinggulku.
Vagina Slvi memang lebih enak dari
Evi adiknya. Lebih sempit sehingga
penisku sangat menikmati berada di
dalam vaginanya. Goyangan Silvi
yang makin liar, desahan yang tidak
beraturan membuatku semakin
bernafsu dan mempercepat
gerakanku. "Mbak aku mau keluar
Mbak" Kataku. "Di dalam aja Ren biar
enak" desah Silvi sambil tangannya
memegang pantatku seolah dia tidak
mau penisku keluar dari vaginanya
sedikitpun. "Ahh" Desahku saat aku
memuntahkan semua cairanku
kedalam lubang rahimnya. Tangan
Silvi menekan pantatku sambil
pinggulnya mendorong keatas,
seolah dia masih ingin melanjutkan
lagi, matanya pun terpejam. Aku
pun mencium bibir Silvi. Dengan
posisi badanku masih diatasnya dan
penisku masih dalam vaginanya.
Mata Silvi terbuka, dia membalas
ciuman bibirku hingga cukup lama.
Badannya basah oleh keringatnya
dan juga keringatku. "Kamu hebat
Ren, aku belum pernah sepuas ini
sebelumnya" Kata Silvi. "Mbak juga
hebat, vagina Mbak sempit, legit dan
harum lagi." Ucapku. "Memang
vagina Evi enggak" senyumnya
sambil menggoyangkan
pinggulnya.
"Sedikit lebih sempit Mbak punya
dibanding Evi" jawabku sambil
menggerakkan penisku yang masih
menancap di dalamnya. Tampaknya
Silvi masih ingin melanjutkan lagi
pikirku. "Penis kamu masih keras
Ren?" tanya Silvi sambil memutar
pinggulnya. "Masih, Mbak masih
mau lagi?" tanyaku "Mau tapi Mbak
diatas ya" Kata Silvi. "Cabut dulu
Ren" Setelah dicabut, mulut Silvi pun
bergerak dan mencium penisku,
Silvi mengulum penisku terlebih
dahulu sambil memberikan
vaginanya padaku. Kembali terjadi
pemanasan dengan posisi 69.
Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi
yang harum membuatku
melupakan Evi sementara waktu.
Hari itu sejak pukul lima sore hingga
esok paginya aku bercinta dengan
Silvi, entah berapa kali kami
orgasme. Dan itu pun berlangsung
hampir setiap malam selama Evi
belum kembali dari Praktek Kerjanya
di yogya selama 2 bulan lebih.
Kupikir mumpung Evi tidak ada
kucumbu saja kakaknya dulu.