Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Kejadian diawali ketika Pak
Widyo tugas meninjau
ladang minyak baru di
lepas pantai. Di rumah
cuma ditunggui oleh Bu
Ambar, Rudi dan seorang
pembantu setengah baya
Mbok Inah namanya.
Seperti biasa, pada malam
hari Rudi sedang belajar
untuk menghadapi Ebtanas
minggu depan. Ia tengah
sibuk berkutat dengan
soal-soal latihan ketika
ibunya datang membawa
makanan kecil untuknya
sambil menenteng majalah
”Rud, ini ada oleh-oleh dari
Bogor tadi siang untuk
menemani kamu belajar,”
kata ibunya sambil
meletakkannya di atas
meja belajar Rudi.
”Kapan Ibu datang, kok
suara mobilnya tidak
kedengaran,” tanya Rudi
sambil tetap memelototi
soal-soal sulit di depannya.
”Baru saja Rud, ini ibu
sudah pakai baju mandi
mau mandi,” jawab ibunya.
”Sambil menunggu air
panasnya Ibu mau
membaca majalah dulu di
kamarmu,” sambung
ibunya sambil merebahkan
diri di ranjang yang
membelakangi meja belajar
Rudi.
”Ya, boleh saja tapi jangan
sampai ketiduran nanti
malah nggak jadi mandi,”
timpal Rudi.
Singkat cerita Rudi
kemudian berkonsentrasi
lagi dengan belajarnya.
Akhirnya setelah hampir 1
jam ia merasakan matanya
mulai lelah, ia
memutuskan untuk tidur
saja. Sewaktu Rudi beranjak
dari kursinya dan
membalikkan badannya,
tatapannya terpaku pada
sosok tubuh montok yang
teronggok di atas
ranjangnya. Rupanya
karena terlalu kelelahan,
ibunya ketiduran.
Posisi tidurnya tidak
karuan. Tangannya
telentang sementara
kakinya mengangkang
lebar seperti orang yang
sedang melahirkan. Baju
mandi ibunya yang
panjangnya selutut
nampak tersingkap
sehingga paha putih mulus
ibunya bisa terlihat jelas.
Rudi bingung, apakah
harus membangunkan
ibunya atau menikmati
pemandangan indah dan
langka ini dulu.
Sebelumnya ia tidak
pernah berpikiran kotor
terhadap ibunya sendiri
tapi entah kenapa dan
setan mana yang merasuki
dirinya sehingga ia
merasakan rangsangan
ketika melihat paha ibunya
yang tersingkap.
Perlahan didekatinya
tepian ranjang dengan hati
berdebar-debar.
Diperhatikan dengan
seksama tubuh ibunya yang
montok dan wajahnya yang
ayu keibuan dari ujung kaki
sampai ujung kepala. Rudi
menyadari ternyata ibunya
sangat cantik dan
menggairahkan. Kemudian
dengan tangan gemetaran
diberanikannya dirinya
mengelus-elus kaki ibunyna
sampai ke paha. Begitu
halus, lembut dan hangat
kulit ibunya ia rasakan.
Ketika menyentuh paha
yang ditumbuhi bulu-bulu
halus, Rudi merasakan
kehangatan yang makin
terasa mengalir ke telapak
tangannya. Kemaluannya
menjadi menegang keras
dan membuat celananya
terasa sesak dan ketat.
Jantungnya makin
berdegup kencang ketika ia
meneruskan belaian
tangannya makin jauh ke
arah pangkal kaki yang
masih tertutupi baju mandi
ibunya.
Kulit tangannya merasakan
hawa yang makin hangat
dan lembab ketika
tangannya makin jauh
menggerayangi pangkal
kaki ibunya yang bak
belalang itu. Gerakannya
terhenti ketika ia merasa
telah meraba bulu-bulu
halus yang lebat sekali dan
menyentuh gundukan
daging yang begitu lunak
dan hangat. Beberapa saat
ia meraba-raba gundukan
daging lunak hangat
itu.Akhirnya dengan rasa
penasaran ia singkapkan
baju mandi ibunya ke atas.
Sehingga kini di depan
matanya teronggok bagian
selangkangan dan pinggul
ibunya yang besar dan
montok. Bulu-bulu halus
yang sangat lebat nampak
tumbuh di sekitar anus,
kemaluan sampai perut
bagian bawah. Begitu
panjang-panjang dan
lebatnya bulu kemaluan
ibunya sampai kemaluan
ibunya agak tertutupi.
Kemudian dengan
tangannya ia sibakkan
bulu-bulu kemaluan di
sekitar kemaluan ibunya.
Sehingga kini kemaluan
ibunya nampak jelas
terlihat. Gundukan daging
yang memanjang
membujur di selangkangan
kelihatan empuk dan
menggunung berwarna
agak kegelapan.
Bila diperhatikan
bentuknya mirip mulut
monster berkerut-kerut. Ini
pasti yang namanya labium
mayora (bibir besar) seperti
dalam atlas anatomi, batin
Rudi. Dari celah atas bibir
monster yang besarnya
setempurung kelapa itu
tampak menonjol keluara
bulatan daging sebesar
kacang tanah yang
berwarna kemerah-
merahan. Kalau yang ini
pasti yang namanya
kelentit, pikir Rudi lagi
sambil mengusap-usap
tonjolan liat itu.Kemudian
jarinya ia gerakkan ke
bawah menyentuh lipat-
lipat daging yang
memanjang yang mirip
daging pada kantong buah
pelir laki-laki. Wah,
ternyata labium minora Ibu
sudah memble begini, pasti
karena terlalu sering
dipakai Bapak dan untuk
melahirkan, batin Rudi.
Hidungnya lalu
disorongkan ke muka
kemaluan sebesar
mangkok bakso itu. Sambil
membelai-belai bebuluan
yang mengitari kemaluan
ibunya itu, Rudi
menghirup-hirup aroma
harum khas kemaluan yang
menyengat dari kemaluan
ibunya itu. Tak puas
dengan itu, ia meneruskan
dengan jilatan keseluruh
sudut selangkangan ibunya.
Sehingga kini kemaluan di
hadapannya basah kuyup
oleh air liurnya.
Dijulurkannya panjang-
panjang lidahnya ke arah
klitorisk dan menggelitik
bagian itu dengan ujung
lidahnya. Sementara
tangan satunya berusaha
melepaskan ikatan tali baju
mandi, dan setelah lepas
menyingkapkan baju itu
sehingga kini tubuh
montok ibunya lebih
terbuka lagi. Muka Rudi
sampai terbenam
seluruhnya dalam
kemaluan ibunya yang
sangat besar itu, ketika
dengan gemas ia
menempelkan mukanya ke
permukaan kemaluan
ibunya agar lidahnya bisa
memasuki celah bibir
monster itu.
Usahanya tidak berhasil
karena bibir itu terlalu
tebal menggunung
sehingga ujung lidahnya
hanya bisa menyapu sedikit
ke dalam saja dari celah
bibir monster itu. Ia
merasakan gundukan
daging itu sangat empuk,
hangat dan agak
lembab.Sementara itu Bu
Ambar masih tetap lelap
dalam mimpinya dan tidak
menyadari sedikitpun apa
yang dilakukan anak yang
sangat disayanginya
terhadap dirinya.
Tampaknya ia benar-benar
kelelahan setelah seharian
tadi pergi keluar kota
menghadiri resepsi
pernikahan kerabat
jauhnya. Dengkurannya
malah makin keras
terdengar. Sambil tetap
membenamkan mukanya
ke kemaluan besar itu,
Rudi meraih payudara
ibunya yang sebesar buah
kelapa dengan tangannya.
Diremas-remasnya
perlahan payudara
mengkal yang putih mulus
itu. Rasanya hangat dan
kenyal. Lalu tangannya
berpindah di sekitar puting
susu gelap kemerahan yang
dilingkari bagian berwarna
samar yang berdiameter
lebar. Ketika tangannya
memijit-mijit puting susu
itu dengan lembut, ia
merasakan payudara
ibunya bertambah kencang
terutama di bagian puting
tersebut. Denyutan-
denyutan di celah
kemaluan ibunya juga
terasa oleh bibirnya.
Sementara itu dalam
tidurnya ibunya terlihat
bernapas dengan berat dan
mengerang perlahan
seperti orang yang sedang
sesak napas.Melihat
ekspresi muka ibunya yang
seperti orang sedang
orgasme dalam film-film
porno yang pernah
ditontonnya, Rudi makin
gemas. Sehingga sambil
lidahnya menggelitik
klitoris ibunya, ia menusuk-
nusukkan jari tangannya ke
dalam celah kemaluan itu.
Makin ke dalam rasanya
makin hangat, lembab dan
lunak. Ada pijitan-pijitan
lembut dari lubang vagina
ibunya yang membuat jari
tangannya seperti dijepit-
jepit. Makin lama lubang
itu makin basah oleh cairan
bening yang agak lengket,
sehingga ketika jari
tangannya ditarik terlihat
basah kuyup. Ibunya kini
makin keras mengerang
dan terengah-engah dalam
tidurnya. Rupanya ia
merasakan kenikmatan
dalam mimpi, ketika
kemaluan dan
payudaranya dijadikan
barang mainan oleh
anaknya. Pinggulnya mulai
menggeliat-geliat dan
kakinya ikut menendang-
nendang kasur.Melihat
tingkah ibunya yang sangat
menggoda itu, Rudi tanpa
banyak berpikir lagi segera
melepaskan kaos dan
celananya. Sehingga kini ia
berdiri di depan tubuh
bugil ibunya dengan
keadaan bugil pula.
Badannya terlihat besar
dan kekar serta penisnya
mencuat kokoh dan besar
ke atas. Urat-urat penis itu
tampak beronjolan seperti
ukiran yang mengelilingi
penisnya yang berukuran
panjang 20 cm dan
diamerer batang 5 cm.
Kepala penisnya yang
sebesar bola tenis terlihat
kemerah-merahan dan
mengangguk-angguk
seperti terlalu besar untuk
dapat disangga oleh
batang kemaluannya.
Ia ingin menusukkan
batang penisnya ke dalam
kemaluan ibunya, tapi ia
ragu-ragu apakah
lubangnya tadi cukup. Ia
kini membandingkan ujung
penisnya dengan kemaluan
ibunya yang sebesar
mangkuk bakso. Sepertinya
bisa jika dipaksakan,
pikirnya kemudian. Lalu ia
naik ke atas ranjang dan
menekuk kakinya di antara
kangkangan lebar kaki
ibunya. Ditempelkannya
ujung penisnya ke celah
mulut “monster” yang
hangat dan lunak itu.
Dengan diarahkan satu
tangannya ia berusaha
menusukkankan penisnya
ke mulut vagina yang
berwarna kemerahan
setelah sebelumnya celah
bibir itu dikuakkan lebar-
lebar dengan tangan
satunya lagi.Mulut liang
peranakan ibunya terasa
sempit sekali, tapi karena
adanya lendir yang sudah
keluar tadi membuatnya
agak licin. Dengan
mendorong pantatnya
kuat-kuat, sebagian kepala
penisnya berhasil masuk
dijepit mulut vagina yang
kelihatan rapat tersebut.
Rudi merasakan agak
sedikit pegal di kepala
penisnya karena jepitan
kuat muulut vagina.
Sementara ibunya mulai
memperlihatkan kesadaran
dari tidurnya. Sebelum
ibunya benar-benar terjaga,
Rudi menekankan kuat-
kuat pinggulnya ke arah
selangkangan ibunya
sambil merebahkan diri
diatas tubuh bugil ibunya.
Kemaluannya dengan
cepat menerobos masuk
dengan cepat ke dalam
lubang yang relatif sempit
itu. Bunyi “Prrtt..” nampak
keras terdengar ketika
penis besar Rudi
menggesek permukaan
liang senggama ibunya. Bu
Ambar segera terjaga
ketika menyadari tubuhnya
terasa berat ditindih tubuh
besar dan kekar anaknya.
Sementara itu
kemaluannya juga agak
nyeri dan seperi mau robek
karena dorongan paksa
benda bulat panjang yang
yang sangat besar. Ia
merasa selangkangannya
seperti terbelah oleh
benda hangat dan
berdenyut-denyut itu.
Perutnya agak mulas
karena sodokan keras
benda itu. Liang
peranakannya terasa mau
jebol karena memuat
secara paksa benda besar
yang terasa sampai masuk
rahimnya itu.Ketika
didapatinya anaknya yang
melakukan ini semua
terperanjatlah Bu Ambar.
Berusaha mendorong
tubuh kekar anaknya yang
mendekap erat di atas
tubuhnya yang tanpa
busana lagi. Kakinya
menjejak-jejak kasur dan
pinggulnya ia goyang-
goyangkan dan hentak-
hentakkan untuk
melepaskan kemaluannya
dari benda sebesar knalpot
motor. Tapi Rudi makin
merasa keenakan dengan
gerakan meronta-ronta
ibunya itu karena penisnya
menjadi ikut terguncang-
guncang di dalam liang
peranakan. Ia merasakan
liang itu terasa sangat
hangat dan berdenyut-
denyut memijit
kemaluannya. Tubuh
montok ibunya yang
didekap erat terasa hangat
dan empuk.
”Rud apa yang kamu
lakukan pada Ibu,
lepaskan, lepaskan..!” teriak
ibunya pelan karena takut
membangunkan Mbok
Inah sambil tetap
menggeliat-geliatkan
tubuh montoknya
berusaha melepaskan diri.
”Bu, Rudi ingin dikelonin
kayak dulu lagi,” Rudi
merengek sambil makin
menekan tubuh polos
ibunya.
”Rud. Ini nggak boleh Rud.
Aku kan ibumu, nak,” kata
ibunya yang kini sudah
mulai mengendurkan
perlawanannya yang sia-sia.
Posisinya memang sudah
kalah. Tubuhnya sudah
ditelanjangi, didekap kuat
serta kakinya mengangkang
lebar sehinnga
selangkangannya terkunci
oleh benda besar itu.
”Bu, Rudi pokoknya ingin
dikelonin Ibu. Kalau nggak
mau berarti Ibu nggak
sayang lagi sama Rudi. Rudi
mau cari pelacur saja di
pinggir jalan,” sahut Rudi
dengan nada keras.
”Jangan, Rudi nggak boleh
beginian dengan wanita
nakal. Nanti kalau kena
penyakit kotor, Ibu yang
sedih,” kata ibunya pelan
sambil mengusap rambut
Rudi perlahan.
”Ya, sudah karena sudah
terlanjur malam ini, Rudi
Ibu kelonin. Tapi jangan
beritahu Bapakmu, nanti ia
bisa marah-marah,”
sambung ibunya pelan
sambil tersenyum penuh
kasih sayang.
”Jadi Rudi boleh, Bu.
Terima ksih Ya, Bu. Rudi
sayang sekali sama Ibu,”
kata Rudi sambil mengecup
pipi ibunya.
”Iya, Ibu juga sayang sekali
sama Rudi. Makanya Rudi
boleh sesukanya
melakukan apapun pada
Ibu. Yang penting Rudi
nggak mengumbar nafsu
ke mana-mana. Janji, ya
Rud,” kata ibunya.
”Iya Bu, Rudi juga nggak
mau sama yang lain karena
nggak ada yang secantik
dan sesayang Ibu,” kata
Rudi dengan
mengendorkan dekapan
kuatnya sehingga kini
ibunya tidak merasa terlalu
berat lagi menahan beban
tubuhnya yang sudah berat
itu.
”Tapi Rudi harus
melakukannya dengan
pelan. Sebab punya Rudi
terlalu besar, tidak seperti
biasanya yang sering
Bapakmu masukkan ke
dalam punya ibu,” kata Bu
Ambar meminta
pengertian Rudi.
Memang postur tubuh
Rudi mengikuti garis
keturunan Bu Ambar, tidak
seperti bapaknya yang
pendek dan kecil.
”Sudah, sekarang punya
Rudi digerakkan pelan-
pelan naik-turun. Tapi
pelan ya Rud!” perintah
ibunya lembut pada Rudi
sambil membelai-belai
rambut anaknya penuh
kasih sayang.
Kini Rudi mulai menggerak-
gerakkan penisnya naik-
turun perlahan di dalam
liang sempit yang hangat
itu. Liang itu berdenyut-
denyut, seperti mau
melumat kemaluannya.
Rasanya nikmat sekali. Kini
mulutnya ia dekatkan ke
mulut ibunya. Mereka pun
berciuman mesra sekali,
saling menggigit bibir,
berukar ludah dan
mempermainkan lidah di
dalam mulut yang lain.
Tangan Rudi mulai
menggerayangi payudara
putih mulus yang sudah
mengeras bertambah liat
itu. Diremas-remasnya
perlahan, sambil sesekali
dipiojit-pijitnya bagian
puting susu tang sudah
mencuat ke atas. Tangan
Bu Ambar membelai-belai
kepala anaknya dengan
lembut. Pinggulnya yang
besar ia goyang-goyangkan
agar anaknya merasakan
kenikmatan di dalam
selangkangannya.
Sementara vaginanya mulai
berlendir lagi dan gesekan
alat kelamin ibu dan anak
itu menimbulkan bunyi
yang seret-seret basah.
“Prrtt.. prrtt.. prrtt.. ssrrtt..
srrtt.. srrtt.. pprtt..
prrtt..”Penis besar anaknya
memang terasa sekali,
membuat kemaluannya
seperti mau robek.
Vaginanya menjadi
membengkak besar
kemerah-merahan seperti
baru melahirkan. Membuat
syaraf-syaraf di dalam liang
senggamanya menjadi
sangat sensirif terhadap
sodokan kepala penis
anaknya. Sodokan kepala
penis itu terasa mau
membelah bagian
selangkangannya. Belum
lagi urat-urat besar seperti
cacing yang menonjol di
sekeliling batang kemaluan
anaknya membuat Bu
Ambar merasakan nikmat.
Meski agak pegal dan nyeri
tapi rasa enak di
kemaluannya lebih besar.
Ia merasakan seperti saat
malam pertama. Agak sakit
tapi enak. Lendirnya kini
makin banyak keluar
membanjiri kemaluannya,
karena rangsangan hebat
pada Bu Ambar.
Ketika Rudi membenamkan
seluruh batang
kemaluannya, Bu Ambar
merasakan seperti benda
besar dan hangat
berdenyut-denyut itu
masuk ke rahimnya.
Perutnya kini sudah bisa
menyesuaikan diri tidak
mulas lagi ketika saat
pertama tadi anaknya
menyodok-nyodokkan
penisnya dengan keras.Bu
Ambar kini mulai menuju
puncak orgasme.
Vaginanya mulai menjepit-
jepit dengan kuat penis
anaknya. Kakinya
diangkatnya menjepit kuat
pinggang anaknya dan
tangannya menjambak-
jambak rambur Aanaknya.
Dengan beberapa
hentakan keras pinggulnya,
muncratlah air maninya
dalam lubang
kemaluannya menyiram
dan mengguyur kemaluan
anaknya. Setelah itu Bu
Ambar terkulai lemas di
bawah tubuh berat
anaknya. Kakinya
mengangkang lebar lagi
pasrah menerima tusukan-
tusukan kemaluan Rudi
yang semakin cepat.
Tangannya menelentang,
memperlihatkan bulu
ketiaknya yang tumbuh
subur lebat dan panjang.
Mengetahui hal itu Rudi
melepaskan kulumannya
pada mulut ibunya agar ia
bisa bernafas lega. Bu
Ambar tampak terengah-
engah seperti baru lari
maraton. “Ibu sudah tua,
Rud. Nggak kayak dulu lagi
bisa tahan sampai lama.
Tenaga dan kondisi fisik Ibu
tidak sekuat dulu lagi. Jadi,
Ibu tidak bisa mengimbangi
kamu,” bisik ibunya sambil
mengatur napas. Keringat
Bu Ambar nampak
bercucuran dari sekujur
tubuhnya membuat hawa
semakin hangat.Tanpa
merasa lelah Rudi terus
memacu penisnya dan
sesekali menggoyang-
goyangkan pinggulnya.
Sepertinya ia ingin
mengorek-ngorek setiap
sudut jalan bayi yang dulu
dilaluinya. Suara bunyi
becek makin keras
terdengar karena liang itu
kini sudah dibanjiri lendir
kental yang membuatnya
agak lebih licin. Bu Ambar
mulai merasakan pegal lagi
di kemaluannya karena
gerakan anaknya yang
bertambah liar dan kasar.
Tubuhnya ikut terguncang-
guncang ketika Rudi
menghentak-hentakkan
pinggulnya dengan keras
dan cepat.
“Plok.. plokk.. ploll..
plookk.. crrpp.. crrpp..
crrpp.. srrpp.. srrpp..” Bunyi
keras terdengar dari
persenggamaan ibu anak
itu.
“Rud pelan, Rud..!” desis
ibunya sambil meringis
kesakitan.
Kemaluannya terasa nyeri
dan pinggulnya pegal
karena agresivitas anaknya
yang seperti kuda liar. Rudi
yang merasakan dalam
selangkangannya mulai
terkumpul “bom” yang
mau meledak tidak
menyadari ibunya sudah
kewalahan, malahan terus
mempercepat
gerakannya.Bu Ambar
hanya bisa pasrah
membiarkan dirinya
diperlakukan seperti itu. Ia
tidak ingin mengganggu
kesenangan anaknya.
Baginya yang lebih penting
hanyalah bisa memberikan
tempat penyaluran
kebutuhan biologis yang
aman dan nyaman untuk
anak yang disayanginya.
Kakinya menjejak-jejak
kasur dan pinggulnya yang
besar disentak-
sentakkannya perlahan
untuk mengimbangi rasa
nyeri dan pegal. Napasnya
mendesah-desah seperti
orang kepanasan habis
makan cabai dan
tangannya menjambak
rambut anaknya.
Kini Rudi sudah mencapai
orgasme. Dipagutnya leher
jenjang ibunya dan
ditekankannya badannya
kuat-kuat sambil
menghentakkan
pinggulnya keras berkali-
kali membuat tubuh
ibunya ikut terdorong.
Muncratlah air mani dari
penisnya mengguyur rahim
dan kemaluan ibunya.
Karena banyaknya sampai-
sampai ada yang keluar
membasahi permukaan
sprei.