Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Cerita dewasa ini
dilakukan atas dasar
kasih sayang antara Ibu
dan anaknya, dimana
ibu nya sendiri mengajari
cara ML kepada anak
kandungnya langsung,
tak sabar ingin
membacanya ? mari kita
lihat sama-sama :
“Jach.., bangun..! Udah
makan belon..? Udah
jam berapa ini..? Jach..
Jach.. Jach..!” kedengaran
suara mami mulai
mendekati kamar saya
dan langsung masuk ke
kamar saya yang
biasanyatidak pernah
terkunci. “Jach..!” mami
duduk di tepian tempat
tidur dan langsung
mengelus kepala saya,
“Yo.. ayo.. bangun Nak
Sayang, udah jam 9,
kamu mandi gih baru
makan..!” “Ah.. malas
Mam, mau tiduran dulu.
Entar aja satu jam lagi
ya..!” “Udah Mami
tungguin.., entar kamu
bohong lantas tidur satu
harian.” Kemudian saya
sedikit menggeser posisi
tidur saya supaya mami
bisa ikut tiduran. Sambil
tiduran mami mencari-
cari majalah yang mau
dibacanya. Saya
kelupaan kalau disitu
ada Novel yang
ceritanya agak hot,
dapat dibilang hanya
sekitar seks saja
ceritanya. Ya.., terlanjur
sudah keambil oleh
mami. Saya biarkan saja
dia membacanya, dan
entah kenapa ada
perasaan yang lain
setelah mami masuk ke
dalam kamar saya,
seakan-akan gairah seks
saya mulai menjalar
menyelimuti tubuh.
Bagaimana ini, repot
jadinya, karena
kebiasaan saya tidur
hanya menggunakan
piyama untuk tidur dan
memakai selimut. AC di
ruangan kamar saya
mengigilkan badan, dan
inilah penyakit saya,
kalau situasi dalam
keadaan dingin nafsu
langsung naik dan
meledak-ledak. Posisi
tidur saya waktu itu
persis di samping mami
dan bersenggolan
dengan pahanya. Saya
perhatikan mami makin
serius membaca novel
dan maklum tidak
pernah membaca buku
yang begituan. Dengan
sedikit menggoda saya
bertanya, “Bapa kemana
Mam..?” “Kamu macam
tak tau aja, kan udah
berangkat ke Kisaran,
biasa ngantar Ikan.
Paling-paling besok
udah pulang.” “Awas
Mam, nanti tidak ada
pelampiasannya, Papa
kan tidak ada di rumah.”
“Enggak, Mama cuman
pengen tau aja apa
isinya, kok orang-orang
pada senang
membacanya.” jelasnya.
Sedikit posisi saya agak
memeluk mami,
maklum hal ini sering
saya lakukan karena
saya anak Mami dan
dimanja, jadi hal ini
tidak janggal lagi bagi
saya dan mami. Terus
entah kenapa, penis saya
tepat menempel di
samping kemaluannya,
dimana mami saya
posisinya agak miring
menghadap saya.
Dengan cuek saya ikutan
membaca novel yang
dibacanya. Posisi mami
membaca telentang,
dan agak miring
menghadap saya.
Dengan sedikit
menggoyang-goyangkan
paha, terjadilah
pergesekan antara paha
saya dengan paha mami,
dan hal ini tidak pernah
kami lakukan. Sesuatu
yang janggal saya
rasakan, dimana kalau
saya bermanja-manja
selalu dalam keadaan
memakai celana pendek,
tapi dalam keadaan saya
sekarang hanya
menggunakan piyama
tanpa memakai apa-apa,
dan perasaan ini tidak
pernah saya rasakan
sebelumnya. Mungkin
ada setan yang melanda
diri saya, batang
kemaluan saya pun
mulai membesar, dan
mungkin mami
merasakan itu, tapi dia
tidak menghiraukannya,
masih taraf wajar
pikirnya. Sekilas saya
melihat ke paha mami,
dasternya tersikap, dan
tetap mami tidak
menghiraukannya. Dia
masih menganggap saya
anak kecil yang seperti
dulu. Tidak sadarkah dia
bahwa saya sudah 16
tahun, dan saya sedang
mengalami masa
pubertas pertama.
Sekarang keadaan
semakin tidak karuan,
dan timbul dalam
pikiran saya untuk
melanjutkan lebih jauh
lagi dengan sedikit
menggeser dasternya
memakai paha saya. Dan
alangkah terkejutnya
saya bahwa mami tidak
mengenakan celana
dalam. Terlihat gundul
di bagian bukit
kemaluannya. Ternyata
mami sangat rajin
mencukur bulu
kemaluannya, maklum
dia sangat pembersih.
Dengan pura-pura tidak
tahu, saya menggeser
lagi piyama yang saya
pakai. Tersingkap dan
terbebaslah penis saya.
Dengan sedikit berpura-
pura lagi, saya
mengambil bantal yang
ada di seberang mami,
dan secara otomatis
batang kemaluan saya
menempel persis di
samping vaginanya.
Setelah saya mengambil
bantal saya tidak
kembali lagi dengan
posisi pertama, dan
pura-pura bertanya.
“Serius kali Ma
bacanya..!” “Iya.., ini
ceritanya lagi seru dan
menarik.” katanya
seakan tidak ada
larangan darinya ketika
saya sudah mulai jauh
bertindak. Dengan
sedikit gerakan, saya
menggesek-gesekkan
penis saya. Meskipun
batang kemaluan saya
sudah langsung
menempel persis di
pinggir vaginanya, mami
tidak merasakannya
atau berpura-pura.
Itulah yang berkecamuk
dalam pikiran saya. “Ah,
bodoh amat..!” pikir saya
waktu itu. Dengan
telaten saya terus
menggesekkan, dan
ternyata mami tahu
kalau saya agak susah
atau memang mami
mau memiringkan
badannya. Dengan posisi
tadi mungkin mami
pegal, kemudian mami
meletakkan novel di
bantal, dan otomatis dia
semakin miring
posisinya. Mami tidak
berkata apa-apa
sewaktu dia memiring
sedikit lagi yang
bertepatan dengan
penis saya yang sudah
tegang dari tadi seperti
sebuah batang kayu.
Sepertinya mami
maunya tidak disengaja,
atau mami juga
menikmatinya. Sekarang
tepatlah sudah batang
kemaluan saya di
belahan vaginanya
dengan posisi saya masih
memeluk bantal yang
membatasi saya dengan
buah dadanya. Saya
sangsi kalau mami tidak
mengetahui apa yang
telah terjadi, tetapi tidak
ada tanda-tanda mami
melarang perbuatan
saya. Sedikit demi sedikit
saya menggesek-gesek
terus batang kemaluan
saya, dan terkuaklah
bibir vaginanya. Terasa
agak berlendir dan licin
vaginanya, dan saya
yakin mami pasti
menikmati, tapi anehnya
mami masih tetap serius
membaca novel. Tidak
saya hiraukan mami lagi
sedang apa. Kemudian
dengan sabar saya
menggesek-gesekkannya
lagi, dan terasa kepala
penis saya mulai
menerobos bibir
vaginanya. Itu semua
saya lakukan tanpa
berbicara, dan seperti
terjadi begitu saja,
mungkin mami malu
melakukan secara blak-
blakan. Dengan sedikit
usaha saya memajukan
pantat dan semakin
nikmat rasanya, tapi kok
agak susah ya masuknya,
dimana ukuran
kemaluan saya 18 cm
panjangnya dengan
diameter 3 cm. Tapi
dengan dibantu cairan
yang mulai keluar dari
vagina mami menolong
batang kemaluan saya
masuk ke dalam dengan
sedikit agak menggeser
bantal yang saya peluk.
Setelah agak tersentak
pantat saya, “Bless..!”
masuk semua batang
kemaluan saya dan
mendiamkan sebentar
untuk melihat reaksi
mami. Eh ternyata mami
masih tetap membaca
novel yang ada di
tangannya. Dengan
sedikit menarik pantat,
anda dapat bayangkan
posisi saya dengan gaya
miring semakin
membuat kami erat
terhubung. Tetapi saya
belum berani memeluk
mami, terpaksa bantal
lah yang menjadi
pegangan saya. Terasa
batang kemaluan saya
dipijat-pijat, nikmatnya
tidak dapat
digambarkan dengan
kata-kata. Semakin lama
penis saya semakin
mudah saya maju-
mundurkan. Badan
mami tertahan dengan
papan tempat tidur, jadi
kami tetap dengan posisi
semula. Terasa sudah
lama saya menggesek-
gesek dan memaju-
mundurkan batang
kemaluan saya di dalam
vagina yang dulunya
adalah tempat saya
lahir. Sudah 10 menit
saya melakukannya,
semakin licin vaginanya.
Tercium bau vagina yang
menggairahkan, dan
mulai terasa ngilu di
kepala penis saya,
seperti mau meledak.
Setelah sekali goyangan
terakhir dan
memasukkan dalam-
dalam, badanku terasa
seperti kesetrum listrik
yang bertegangan tinggi.
“Coot.. crott.. croott..!”
Saya peluk bantal kuat-
kuat dan tetap
membenamkan batang
kemaluan saya di dalam
vaginanya, dan saya
melihat wajah mami
agak berkerut menahan
nikmatnya. Terasa
batang kemaluan saya
seakan-akan dipijat
dengan kuat, dan terasa
ada yang menyiram dari
dalam vaginanya.
Anehnya batang
kemaluan saya tidak
langsung lemas, tetapi
tetap tegang. Dengan
sedikit waktu untuk
istirahat, saya
mendiamkan batang
kemaluan saya di dalam
vagina mami selama 5
menit. Setelah rasa
ngilunya hilang, baru
penis saya mengecil dan
saya cabut dari
vaginanya. Saya melihat
ke arah vaginanya,
terlihat keluar sedikit air
mani saya dan meleleh
di bibir vaginanya.
Akhirnya mami bangkit
dari tempat tidur dan
keluar dari kamar sambil
berkata, “Jach udah
tidur-tidurannya, udah
jam 10 ini.., tadi janjimu
kamu mau bangun jam
10, cepatan mandi dan
Mama mau mandi juga,
mau nyiapin
makanmu..!” “Bret..!”
pintu kamar tertutup
setelah itu. Saya juga
bangkit dari tempat
tidur dan langsung
mandi. Selasai mandi
saya memakai celana
pendek dan langsung
menuju meja makan.
Saya mendapati mami
sudah duduk menunggu
saya untuk makan.
Sewaktu makan seakan-
akan tidak terjadi apa-
apa diantara kami.
Setelah kejadian pagi itu
terjadi, tidak ada
perubahan antara
hubungan saya dengan
mami. Seperti biasanya,
ayah saya telah kembali
malam hari, tepatnya
pukul 11 malam dan
langsung tidur. Memang
hal ini sudah merupakan
kebiasaannya, tidak
pernah punya waktu
untuk keluarga, padahal
situasi seperti inilah yang
saya inginkan, dimana
dapat berbincang-
bincang dengan ayah
atau semua keluarga.
Memang dalam
berbisnis ayah saya
terbilang oran nomor
satu di lingkungan saya.
Pagi itu cuacanya sedikit
agak cerah dan matahari
masuk ke dalam kamar
saya karena kamar saya
posisinya paling depan,
sedangkan kamar mami
berada di tengah rumah,
dan memiliki kamar
membelakangi terbitnya
matahari. Terasa silau
dengan sinar matahari
membuat saya
terbangun. Saya pun
keluar dari kamar masih
dengan menggunakan
piyama biasa, tidak
mengenakan apa-apa di
baliknya. Terus saya lihat
seisi rumah, ternyata
masih sepi. Saya lihat
jam sudah menunjukkan
jam 8 siang. Kebetulan
bulan ini adalah hari
lmamir panjang untuk
naik kelas, pada waktu
itu saya mau naik ke
kelas 3 SMU. Maksud
hati sih masih mau tidur,
tapi di kamar saya silau
dengan sinar matahari.
Gimana ya, mami belum
kelihatan, berarti belum
bangun.
Terus saya berusaha
melangkah ke dapur,
ternyata juga belum
saya jumpai, berarti
benar mami masih tidur
di dalam kamarnya. Saya
mengarah ke kamar
utama, ke kamar ayah
dan mami yang lumayan
besar. Saya langsung saja
mencoba membuka
pintu dengan menekan
gagang pintu, eh
pintunya tidak terkunci.
Pelan-pelan saya buka
pintu. Benar, terlihat
mami masih tertidur
pulas, dan saya langsung
masuk. Saya menutup
pintu kamar, takut nanti
kelihatan pembantu,
kan bisa berabe.
Kemudian saya
mendekati tempat tidur
mami, sekilas saya
melihat sekeliling kamar
tertata rapi, mami
memang terkenal suka
bersih-bersih. Dengan
sedikit lembut saya
menghempaskan pantat
saya ke tepian tempat
tidur, dan sebentar saya
perhatikan mami yang
sedang tidur nyenyak.
Dengan sedikit agak
manja saya mencoba
membangunkannya.
“Mami.. Mami.., bangun
dong..! Udah jam 8 pagi
nih..!” “Ah.., entar aja
Jach.., Mami lagi
ngantuk nih..!”
Mendengar jawabannya,
saya jadi ikut tiduran di
tempat tidurnya.
Dengan sedikit iseng
saya mulai kenekatan
saya. Pelan-pelan tetapi
pasti, saya sikapkan
daster mami dengan
tangan. Oh.. oh.., dia
tidak memakai CD lagi,
terlihat bersih vagina
mami. Batang kemaluan
saya berdiri tegak dan
langsung menyembul
dari dalam piyama. Lima
menit saya memandangi
kemaluan mami sambil
mengelus-elus penis
yang sudah mulai tinggi
tegangannya. Kemudian
saya mulai memeluk
mami dengan posisi
mami miring
membelakangi saya.
Sewaktu saya memeluk
tubuhnya, dengan
sedikit tenaga saya
menarik tubuh mami,
dan ternyata mami tidak
melawan dan mengikuti
kemauan saya. Sekarang
mami menghadap saya
sama seperti kemarin,
hanya kemarin mami
dalam keadaan
terbangun, membaca
novel dan saya tidak
memeluk tubuhnya,
tetapi sekarang saya
memeluk tubuhnya.
Posisi dasternya agak
tersikap lebih ke atas.
Saya mencoba mencari
pengaitnya tapi tidak
ketemu juga, ya sudah
tidak usah terbuka
semuanya, nanti takut
mami marah pikir saya.
Dengan posisi memeluk
tubuhnya yang susu
kenyalnya mengenai
dadaku, saya tidak
berani membuka
dasternya, apalagi takut
kedinginan gara-gara AC
di kamar mami.
Sekarang nafsu saya
sudah tidak tertahankan
lagi, langsung saya
arahkan batang
kemaluan saya ke bibir
vaginanya, dan ternyata
liangnya masih kering
dan sedikit agak susah
masuknya. Terpaksa saya
hanya menggesek-gesek
saja bibir kemaluannya.
Terlihat oleh saya
vaginanya mulai
mengembang dan
mengeluarkan cairan,
langsung saja saya
memasukkan penis saya.
Sewaktu saya
mendorong, terpleset.
Setelah dengan susah
payah menggesek-gesek,
terlihat bibir vaginanya
mulai mengeluarkan
cairan sebagai pelumas.
Mulai terasa seakan-
akan batang kemaluan
saya mau ditelan habis
oleh vaginanya, dimana
bibir vagina mami mulai
kembang kempis. “Ah..
ahk..!” geli sekali
rasanya. Ingin rasanya
saya memasukkan
cepat-cepat, tapi takut
terpeleset lagi nanti.
Memang agak kesulitan
saya memasukkan penis
saya. Disaat saya mulai
berusaha memasukkan
lebih dalam lagi, mami
juga rupanya menikmati.
Dengan pura-pura tidur
dia sedikit
merenggangkan
pahanya dan
memudahkan penis saya
masuk lebih dalam lagi.
Dengan sekali dorong,
“Bless..!” masuk
seluruhnya ke dalam
liang senggamanya. Saya
diamkan agak lama
dengan maksud mau
melihat bagaimana
reaksi mami. Saya
sengaja tidak mau
menggoyangkan pantat
saya, dan ternyata terasa
tanggung bagi mami.
Kemudian dengan
sedikit gerakan, mami
memaju-mundurkan
pantatnya. Melihat
reaksinya, saya juga
langsung memulai
bergoyang dengan
sedikit kelembutan.
Secara tidak langsung
saya memeluk mami,
dan mami masih tetap
menjaga sikap dengan
tidak mau blak-blakan
melakukannya. Tidak
perduli saya dorong
badannya dengan posisi
saya menindihnya,
sedang batang
kemaluan saya mulai
terasa mengalami
tegangan tinggi. Dengan
posisi saya di atas mami
yang dengan sikap
merenggangkan kakinya
lebar-lebar semakin
cepat saya memompa,
dan sekali-kali mami
mengikuti irama dengan
mengangkat pantatnya.
Ada sekitar 20 menit
saya melakukannya dan
mulai terasa geli di
ujung penis saya, dan
“Cret.. cret.. cret..!” saya
tumpahkan semuanya
ke dalam kandungan
mami dimana saya juga
pernah dikandungnya.
Saya diamkan selama
kurang lebih 5 menit.
Karena takut mami
merasa berat dengan
badan saya, saya tetap
memeluknya dengan
posisi miring sekarang,
dan batang keamluan
saya masih tetap
menancap di dalam
vaginanya. Setelap 10
menit terasa penis saya
masih tegang. Kembali
dengan sikap yang sama
kulakukan lagi sampai 3
kali hari itu. Setelah
selesai saya tertidur, dan
sewaktu saya bangun
mami tidak ada lagi.
Ketika saya cari-cari, dia
sedang masak di dapur
dan menegur saya.
“Udah mandi belon
Jach..? Mandi gih..!”
katany seakan-akan
tidak ada yang terjadi.
Memang mami sangat
menikmatinya, begitulah
kami melakukan hampir
setiap hari dengan tetap
mami menjaga sikap
tidak mau melakukan