Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Pada suatu liburan sekolah yang
panjang,
kami dari sebuah SLTA mengadakan
pendakian
gunung di Jawa Timur. Rombongan
terdiri dari 5
laki-laki dan 5 wanita. Diantara
rombongan itu satu
guru wanita (guru biologi) dan satu
guru pria
(guru olah raga). Acara liburan ini
sebenarnya
amat tidak didukung oleh cuaca.
Soalnya, acara
kami itu diadakan pada awal musim
hujan. Tapi
kami tidak sedikitpun gentar
menghadapi ancaman
cuaca itu. Ada yang sedikit
mengganjal hati saya,
yakni Ibu Guru Anisa (saya
memanggilnya Anisa)
yang terkenal galak dan judes itu
dan anti cowok!
denger-denger dia itu lesbi. Ada
yang bilang dia
patah hati dari pacarnya dan kini sok
anti cowok.
Bu Anis usianya belum 30 tahun,
sarjana, cantik,
tinggi, kulit kuning langsat, full press
body.
Sedangkan teman - teman cewek
lainnya terdiri
dari cewek-cewek bawel tapi cantik-
cantik dan
periang, cowoknya, terus terang
saja, semuanya
bandit asmara! termasuk Pak Martin
guru olah
raga kami itu. Perjalanan menuju
puncak gunung,
mulai dari kumpul di sekolah hingga
tiba di kaki
gunung di pos penjagaan I kami
lalui dengan riang
gembira dan mulus-mulus saja.
Seperti biasanya
rombongan berangkat menuju ke
sasaran melalui
jalan setapak. Sampai tengah hari,
kami mulai
memasuki kawasan yang berhutan
lebat dengan
satwa liarnya, yang sebagian besar
terdiri dari
monyet-monyet liar dan galak.
Menjelang sore,
setelah rombongan istirahat
sebentar untuk makan
dan minum, kami berangkat lagi.
Kata Pak Martin
sebentar lagi sampai ke tujuan.
Saking lelahnya,
rombongan mulai berkelompok
dua-dua.
Kebetulan aku berjalan paling
belakang menemani
si bawel Anisa dan disuruh
membawa bawaannya
lagi, berat juga sih, sebel pula!
Sebentar-sebentar
minta istirahat, bahkan sampai 10
menit, lima belas
menit, dan dia benar-benar
kecapean dan betisnya
yang putih itu mulai membengkak.
Kami
berangkat lagi, tapi celaka,
rombongan di depan
tidak nampak lagi, nah lo?! Kami
kebingungan
sekali, bahkan berteriak memanggil-
manggil
mereka yang berjalan duluan. Tak
ada sahutan
sedikitpun, yang terdengar hanya
raungan
monyet-monyet liar, suara burung,
bahkan
sesekali auman harimau. Anisa
sangat ketakutan
dengan auman harimau itu.
Akhirnya kami terus
berjalan menuruti naluri saja. Rasa-
rasanya jalan
yang kami lalui itu benar, soalnya
hanya ada satu
jalan setapak yang biasa dilalui
orang. Sial bagi
kami, kabut dengan tiba-tiba turun,
udara dingin
dan lembab, hari mulai gelap, hujan
turun rintik-
rintik. Anisa minta istirahat dan
berteduh di sebuah
pohon sangat besar. Hingga hari
gelap kami
tersasar dan belum bertemu dengan
rombongan
di depan. Akhirnya kami
memutuskan untuk
bermalam di sebuah tepian batu
cadas yang
sedikit seperti goa. Hujan semakin
lebat dan kabut
tebal sekali, udara menyengat
ketulang sumsum
dinginnya. Bajuku basah kuyup,
demikian juga
baju Anisa. Dia menggigil
kedinginan. Sekejap saja
hari menjadi gelap gulita, dengan
tiupan angin
kencang yang dingin. Kami tersesat
di tengah
hutan lebat. Tanpa sadar Anisa
saking kedinginan
dia memeluk aku. ?Maaf? katanya.
Aku diam saja,
bahkan dia minta aku memeluknya
erat-erat agar
hangat tubuhnya. Pelukan kami
semakin erat,
seiring dengan kencangnya deras
hujan yang
dingin. Jika aku tak salah, hampir
tiga jam lamanya
hujan turun, dan hampir tiga jam
kami berpelukan
menahan dingin. Setelah hujan reda,
kami
membuka ransel masing-masing.
Tujuan
utamanya adalah mencari pakaian
tebal, sebab
jaket kami sudah basah kuyup.
Seluruh pakaian
bawaan Anisa basah kuyup, aku
hanya punya
satu jaket parasut di ransel. Anisa
minta aku
meminjamkan jakaetku. Aku setuju.
Tapi apa yag
terjadi? wow..Anisa dalam suasana
dingin itu
membuka seluruh pakaiannya guna
diganti
dengan yang agak kering. Mulai dari
jaket, T. Shirt
nya, BH nya, wah aku melihat
seluruh tubuh
Anisa. Dia cuek saja, payudaranya
nampak samar-
samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia
memelukku
lagi. ?Dingin banget? katanya. ?
Terang dingin,
habis kamu bugil begini? jawabku. ?
Habis
bagaimana? basah semua, tolong
pakein aku
jeketmu dong?? pinta Anisa. Aku
memakaikan
jaket parasut itu ketubuh Anisa.
Tanganku
bersentuhan dengan payudaranya,
dan aku
berguman ? Maaf Nisa?? ?Enggak
apa-apa?!?:
sahutnya. Hatiku jadi enggak
karuan, udara yang
aku rasakan dingin mendadak jadi
hangat, entah
apa penyebabnya. Anisa
merangkulku, ?Dingin?
katanya, aku peluk saja dia erat-
erat. ? Hangat bu??
tanyaku ? iya, hangat sekali, yang
kenceng dong
meluknya ? pintanya. Otomatis aku
peluk erat-erat
dan semakin erat. Aneh bin ajaib,
Anisa tampak
sudah berkurang merasakan
kedinginan malam
itu, seperti aku juga. Dia meraba
bibirku, aku reflex
mencium bibir Anisa. Lalu aku
menghindar. ?
Kenapa?? tanya Anisa ? Maaf Nisa? ?
Jawabku. ?
Tidak apa-apa Rangga, kita dalam
suasana seperti
ini saling membutuhkan, dengan
begini kita saling
bernafsu, dengan nafsu itu
membangkitkan panas
dalam darah kita, dan bisa
mengurangi rasa dingin
yang menyengat. Kembali kami
berpelukan,
berciuman, hingga tanpa sadar aku
memegang
payudaranya Anisa yang montok
itu, dia diam
saja, bahkan seperti meningkat
nafsu birahinya.
Tangannya secara reflek merogoh
celanaku
kedalam hingga masuk dan
memegang penisku.
Kami masih berciuman, tangan
Anisa melakukan
gerakan seperti mengocok-ngocok ?
Mr. Penny?ku.
Tanganku mulai merogoh ?Ms.
Veggy?nya Anisa,
astaga! dia rupanya sudah melepas
celana
dalamnya sedari tadi. Karena
remang-remang aku
sampai tak melihatnya. ?Ms. Veggy?
nya hangat
sekali bagian dalamnya, bulunya
lebat. Anisa
sepontan melepas seluruh
pakaiannya, dan
meminta aku melepas pula. Aku
tanpa basa basi
lagi langsung bugil. Kami bergumul
diatas semak-
semak, kami melakukan hubungan
badan
ditengah gelap gulita itu. Kami saling
ganti posisi,
Anisa meminta aku dibawah, dia
diatas. Astaga,
goyangnya!! Pengalaman banget
dia? kan belum
kawin? ? Kamu kuat ya?? bisiknya
mesra. ?
Lumayan sayang?!? sahutku
setengah berbisik. ?
Biasa main dimana?? tanyanya ?Ada
apa sayang??
tanyaku kembali. ? Akh enggak?
jawabnya sambil
melepas ?Ms. Veggy?nya dari ?Mr.
Penny?ku, dan
dengan cekatan dia mengisap dan
menjilati ?Mr.
Penny?ku tanpa rasa jijik sedikitpun.
Anisa
meminta agar aku mengisap
payudaranya, lalu
menekan kepalaku dan
menuntunnya ke arah ?Ms.
Veggy?nya. Aku jilati ?Ms. Veggy?
itu tanpa rasa
jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta
senggama lagi,
lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.
Aku sempat
bertanya, ?Bagaimana jika kamu
hamil?? ? Don?t
worry!? katanya. Dan setelah dia
memebersihkan ?
Ms. Veggy?nya dari spermaku, dia
merangkul aku
lagi. Malam semakin larut, hujan
sudah reda,
bintang-bintang di langit mulai
bersinar. Pada jam
12 tengah malam, bulan nampak
bersinar terang
benderang. Paras Anisa tampak
anggun dan cantik
sekali. Kami ngobrol ngalor-ngidul,
soal kondom,
soal sekolah, soal nasib guru, dsb.
Setelah ngobrol
sekian jam, tepat pukul 3 malam,
Anisa minta
bersetubuh denganku lagi, katanya
nikmat sekali ?
Mr. Penny?ku. Aku semakin
bingung, dari mana
dia tahu macam-macam rasa ?Mr.
Penny?, dia kan
belum nikah? tidak punya pacar?
kata orang dia
lesbi. Aku menuruti permintaan
Anisa. Dia
menggagahi aku, lalu meminta aku
melakukan
pemanasan sex (foreplay). Mainan
Anisa bukan
main hebatnya, segala gaya dia
lakukan. Kami tak
peduli lagi dengan dinginnya
malam, gatalnya
semak-semak. Kami bergumul dan
bergumul lagi.
Anisa meraih tanganku dan
menempelkan ke
payudaranya. Dia minta agar aku
meremas-remas
payudaranya, lalu memainkan
lubang ?Ms. Veggy?
nya dengan jariku, menjilati sekujur
bagian dagu.
Tak kalah pula dia mengocok-
ngocok ?Mr. Penny?
ku yang sudah sangat tegang itu,
lalu dijilatinya,
dan dimasukkannya kelubang
vaginanya, dan
kami saling goyang menggoyang
dan hingga
kami saling mencapai klimaks
kenikmatan, dan
terkulai lemas. Anisa minta agar aku
tak usah lagi
menyusul kelompok yang terpisah.
Esoknya kami
memutuskan untuk berkemah
sendiri dan mencari
lokasi yang tak akan mungkin
dijangkau mereka.
Kami mendapatkan tempat ditepi
jurang terjal dan
ada goa kecilnya, serta ada sungai
yang bening,
tapi rimbun dan nyaman. Romantis
sekali tempat
kami itu. Aku dan Anisa layaknya
seperti Tarzan
dan pacarnya di tengah hutan.
Sebab seluruh baju
yang kami bawa basah kuyup oleh
hujan. Anisa
hanya memakai selembar selayer
yang dililitkan
diseputar perut untuk menutupi
kemaluannya.
Aku telanjang bulat, karena baju
kami sedang kami
jemur ditepi sungai. Anisa dengan
busana yang
sangat minim itu membuat aku
terangsang terus,
demikian pula dia. Dalam hari-hari
yang kami lalui
kami hanya makan mi instant dan
makanan
kaleng. Tepat sudah tiga hari kami
ada ditempat
terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang
hari kami
hanya ngobrol dan bermesraan
saja. Kami
memutuskan esok pagi kami harus
pulang. Di hari
terakhir itu, kesmpatan kami pakai
semaksimal
mungkin. Di hari yang cerah itu,
Anisa minta aku
mandi bersama di sungai yang
rimbun tertutup
pohon-pohon besar. Kami mandi
berendam,
berpelukan, lalu bersenggama lagi.
Anisa
menuntun ?Mr. Penny?ku masuk
ke ?Ms. Veggy?
nya. Dan di menggoyangkan
pinggulnya agar aku
merasa nikmat. Aku demikian pula,
semakin
menekan ?Mr. Penny?ku masuk
kedalam ?Ms.
Veggy?nya. Di atas batu yang ceper
nan besar,
Anisa membaringkan diri dengan
posisi
menantang, dia menguakkan
selangkangngannya, ?Ms. Veggy?
nya terbuka
lebar, disuruhnya aku menjilati
bibir ?Ms. Veggy?
nya hingga klitoris bagian dalam
yang ngjendol
itu. Dia merasakan nikmat yang luar
biasa, lalu
disuruhnya aku memasukkan jari
tengahku ke
dalam lubang ?Ms. Veggy?nya, dan
menekannya
dalam-dalam. Mata Anisa merem
melek
kenikmatan. Tak lama kemudian dia
minta aku
yang berbaring, ?Mr. Penny?ku di
elus-elus,
diciumi, dijilati, lalu diisapnya
dengan memainkan
lidahnya, Anisa minta agar aku
jangan ejakulasi
dulu, ?Tahan ya?? pintanya. ? Jangan
dikeluarin
lho?!? pintanya lagi. Lalu dia
menghisap ?Mr.
Penny?ku dalam-dalam. Setelah dia
enggak tahan,
lalu dia naik diatasku dan
memasukkan ?Mr.
Penny?ku di ?Ms. Veggy?nya, wah,
goyangnya
hebat sekali, akhirnya dia yang kalah
duluan. Anisa
mencubiti aku, menjambak
rambutku, rupanya
dia ? keluar?, dan menjerit
kenikmatan, lalu aku
menyusul yang ?keluar? dan oh,
oh..oh..muncratlah air maniku
dilubang ?Ms.
Veggy? Anisa. ?Jahat kamu?!? kata
Anisa seraya
menatapku manja dan memukuli
aku pelan dan
mesra. Aku tersenyum saja. ? Jahat
kamu Rangga,
aku kalah terus sama kamu ?
Ujarnya lagi. Kami
sama-sama terkulai lemas diatas
batu itu. Esoknya
kami sudah berangkat dari tempat
yang tak akan
terlupakan itu. Kami memadu janji,
bahwa suatu
saat nanti kami akan kembali ke
tempat itu. Kami
pulang dengan mengambil jalan ke
desa terdekat
dan pergi ke kota terdekat agar tidak
bertemu
dengan rombongan yang terpisah
itu. Dari kota
kecil itu kami pulang ke kota kami
dengan
menyewa Taxi, sepanjang jalan
kami berpelukan
terus di dalam Taxi. Tak sedikitpun
waktu yang
kami sia-siakan. Anisa menciumi
pipiku, bibirku,
lalu membisikkan kata ? Aku suka
kamu ? Aku juga
membalasnya dengan kalimat
mesra yang tak
kalah indahnya. Dalam dua jam
perjalanan itu,
tangan dan jari-jari Anisa tak henti-
hentinya
merogoh celana dalamku, dan
memegangi ?Mr.
Penny?ku. Dia tahu aku ejakulasi di
dalam celana,
bahkan Anisa tetap mengocok-
ngocoknya. Aku
terus memeluk dia, Pak Supir tak ku
ijinkan
menoleh kami kebelakang, dia
setuju saja. Sudah
tiga kali aku ? keluar? karena tangan
Anisa selalu
memainkan ?Mr. Penny?ku
sepanjang perjalanan
di Taxi itu. ? Aku lemas sayang?!?
bisikku mesra ?
Biarin!? Bisiknya mesra sekali. ? Aku
suka kok!?
Bisiknya lagi. Tidak mau ketinggalan
aku merogoh
celana olah raga yang dipakai Anisa.
Astaga, dia
tidak pakai celana dalam. Ketika jari-
jari tanganku
menyolok ?Ms. Veggy?nya, dia
tersenyum,
bulunya ku tarik-tarik, dia meringis,
dan apa yang
terjadi? astaga lagi, Anisa sudah ?
keluar? banyak, ?
Ms. Veggy?nya basah oleh
semacam lendir,
rupanya nafsunya tinggi sekali,
becek banget.
Tangan kami sama-sama basah
oleh cairan
kemaluan. Ketika sampai di rumah
Anisa, aku
disuruhnya langsung pulang,
enggak enak sama
tetangga katanya. Dia menyodorkan
uang dua
lembar lima puluh ribuan, aku
menolaknya, biar
aku saja yang membayar Taxi itu.
Lalu aku pulang.
Hari-hari berikutnya di sekolah,
hubunganku
dengan Anisa guru biologiku,
nampak wajar-
wajar saja dari luar. Tapi ada satu
temanku yang
curiga, demikian para guru. Hari-
hari selanjutnya
selalu bertemu ditempat-tempat
khusus seperti
hotel diluar kota, di pantai, bahkan
pernah dalam
suatu liburan kami ke Bali selama 12
hari. Ketika
aku sudah menyelesaikan studiku di
SLTA, Anisa
minta agar aku tak melupakan
kenangan yang
pernah kami ukir. Aku diajaknya ke
sebuah Hotel
disebuah kota, yah seperti
perpisahan. Karena aku
harus melanjutkan kuliah di
Australia, menyusul
kakakku. Alangkah sedihnya Anisa
malam itu, dia
nampak cantik, lembut dan mesra.
Tak rela
rasanya aku kehilangan Anisa.
Kujelaskan
semuanya, walau kita beda usia
yang cukup
mencolok, tapi aku mau menikah
dengannya.
Anisa memberikan cincin bermata
berlian yang
dipakainya kepada aku. Aku
memberikan kalung
emas bermata zamrud kepada
Anisa. Cincin Anisa
hanya mampu melingkar di
kelingkingku,
kalungku langsung dipakainya,
setelah
dikecupinya. Anisa berencana
berhenti menjadi
guru, ?sakit rasanya? ujarnya kalau
terus menjadi
guru, karena kehilangan aku. Anisa
akan
melanjutkan S2 nya di USA, karena
keluarganya
ada disana. Setelah itu kami berpisah
hingga sekian
tahun, tanpa kontak lagi. Pada suatu
saat, ada
surat undangan pernikahan datang
ke
Apartemenku, datangnya dari Dra.
Anisa
Maharani, MSC. Rupanya benar dia
menyelesaikan
S2 nya.Aku terbang ke Jakarta,
karena resepsi itu
diadakan di Jakarta disebuah hotel
bintang lima.
Aku datang bersama kakakku Rina
dan Papa. Di
pesta itu, ketika aku datang, Anisa
tak tahan
menahan emosinya, dia
menghampiriku ditengah
kerumunan orang banya itu dan
memelukku erat-
erat, lalu menangis sejadi-jadinya. ?
Aku rindu
kamu Rangga kekasihku, aku
sayang kamu, sekian
tahun aku kehilangan kamu, andai
saja laki-laki
disampingku dipelaminan itu adalah
kamu,
alangkah bahagianya aku ? Kata
Anisa lirih dan
pelan sambil memelukku. Kamu jadi
perhatian
para hadirin, Rina dan Papa saling
tatap
kebingungan. Ku usap airmata tulus
Anisa.
Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan
akan
melanjutkan S2 di USA, dan aku
berjanji akan
membangun laboratorium yang
kuberi nama
Laboratorium ?Anisa?. Dia setuju
dan masih
menenteskan air mata. Setelah aku
diperkenalkan
dengan suaminya, aku minta pamit
untuk pulang,
akupun tak tahan dengan suasana
yang
mengharukan ini. Setelah lima tahun
tak ada
khabar lagi dari dia, aku sudah
menikah dan punya
anak wanita yang kuberi nama
Anisa Maharani,
persis nama Anisa. Ku kabari Anisa
dan dia datang
kerumahku di Bandung, dia juga
membawa
putranya yang diberi nama Rangga,
cuma Rangga
berbeda usia tiga tahun dengan
Anisa putriku. Aku
masih merasakan getaran-getaran
aneh di hatiku,
tatapan Anisa masih menantang dan
panas,
senyumnya masih menggoda.
Kami sepakat
untuk menjodohkan anak kami
kelak, jika Tuhan
mengijinkannya.