Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Dia memang seorang wanita yang
cukup menarik, umurnya lebih tua
dua tahun dariku, dan dia adalah istri
teman kantorku. Lani, namanya,
memiliki tinggi badan yang lebih
kecil dariku, sekitar 160 cm dan
memiliki kulit yang bisa dibilang
lebih putih daripada orang-orang
Indonesia kebanyakan, tapi dia
bukanlah keturunan chinese.
Di kantorku aku merupakan satu-
satunya keturunan chinese, tinggi
badan sekitar 172 dan tidak gemuk,
yah, wajar lah. Di kantor ini aku
menduduki jabatan sebagai wakil
kepala akunting. Aku sebenarnya
tergolong baru bekerja di
perusahaan ini, baru sekitar satu
tahun dan aku sudah cukup akrab
dengan salah satu pegawai yang
bernama Roni. Aku pernah diajak
berkunjung ke rumahnya di daerah
Jakarta Utara. Disinilah awalnya
perkenalan aku dengan Lani.
Pada pandangan pertama, aku
memang sudah menyadari
kecantikan Lani namun pikiran itu
aku buang jauh-jauh karena
menyadari bahwa dia adalah istri
teman aku. Pembicaraan di rumah
Roni berlangsung cukup lama dan
cukup akrab sekali. Roni tinggal
bertiga dengan pembantunya dan
istrinya. Aku sendiri sempat makan
malam di rumah mereka. Harus aku
akui, sambutan mereka di
rumahnya benar-benar membuat
aku merasa betah dan ingin
berlama-lama terus disitu tapi
akupun akhirnya harus pulang juga
ke rumah.
Setelah pertemuan itupun sikap aku
terhadap Roni dan sebaliknya pun
biasa-biasa saja, tidak ada
istimewanya. Sampai suatu minggu
sore jam 3-an handphoneku
berbunyi, ternyata dari rumah Roni.
Aku pikir Roni yang menghubungi
karena perlu sesuatu, ternyata yang
kedengaran adalah suara wanita.
"Halo, ini Hari ya?", kata suara
disana.
"Ya, ini siapa ya?", jawabku.
"Aku Lani, istri Roni. Masih inget ga?"
"Oh, iya, masih inget. Aku kira
siapa..? ada apa nih Lan?"
"Gini Har, aku ingin ketemu dengan
kamu. Boleh aku ke rumah kamu?
Kamu lagi sendirian di rumah?"
"Boleh aja, dulu aku pernah ke
rumah kamu, sekarang boleh aja
kalian main ke rumah aku. Kalian
datang berdua?"
"Nggak, aku datang sendiri saja.
Roni sedang pergi dengan
temannya."
Sempet bengong juga aku
mendengar pernyataan itu. Ada apa
gerangan? Mau apa Lani ke rumah
aku sendirian sore-sore begini?
Banyak pikiran campur aduk di
otakku.
"Halo.. halo.. haloo.. Hari, kamu
masih disitu?"
"Eh.. oh.. iya Lan.. Oke, kamu boleh
ke rumahku kok sekarang. Aku
cuman bingung aja mau siapin
makanan apa buat kamu."
"Ngga perlu repot-repot lagi Har,
biasa aja. Aku berangkat yah
sekarang."
Jarak antara rumahku dengan
rumah Roni memang cukup jauh,
rumahku terletak di daerah Jakarta
Barat sedangkan Roni di Jakarta
Utara. Perlu waktu sekitar 45 menit
untuk ingin ke rumahku jika dari
Jakarta Utara. Rumahku tidak terlalu
besar memiliki halaman depan yang
cukup untuk satu mobil. Aku
memelihara sepasang anjing jenis
ukuran yang tidak bisa besar.
Rumahku memiliki 4 ruangan
kamar, satu kamar terletak di loteng
rumah. Sebenarnya ini adalah
rumah orang tuaku, namun mereka
saat ini sedang pergi keluar negeri
sehingga tinggallah aku sendiri di
rumah dengan seorang pembantu
yang tidak menginap, pembantuku
ini hanya datang pada pagi dan sore
hari setelah aku pulang kerja dan
pada hari sabtu atau minggu, dia
datang pagi hari untuk
membersihkan rumah. Sedangkan
anjing-anjingku aku sengaja
sediakan makan dan minumnya
berlebih di tempatnya supaya
mereka tidak kehausan dan
kelaparan jika aku pergi kerja.
Setelah membersihkan rumah
seadanya, aku menunggu
kedatangan Lani sambil menonton
televisi. Sambil menunggu,
pikiranku tidak bisa konsen ke TV.
Banyak pikiran yang berkecamuk
dalam otakku mengenai kedatangan
Lani yang sendirian ke rumahku.
Sekitar setengah jam menunggu
akhirnya terdengar suara mobil di
depan rumah. Aku segera keluar
untuk melihat; ternyata memang
Lani yang datang sendirian.
Langsung saja aku persilahkan dia
masuk, begitu melihat ada tamu,
langsung saja anjingku pada ribut.
"Ehh.. kamu pelihara anjing ya, lucu
bangeet", kata Lani sambil
mendekati anjingku lalu
mengelusnya.
"Iya. Kamu suka anjing juga"
"Suka banget"
Kemudian aku persilahkan Lani
mauk dan duduk di ruang tamu
sementara aku menyiapkan
minuman untuk dia.
"Kamu kok tidak datang bersama
Roni? Biasanya kemana-mana
berdua melulu?"
"Memangnya harus sama dia terus
kalau kemana-mana?"
"Iya dong, apalagi kamu sekarang
datang ke rumahku, kalau ketauan
sama dia kan, ntar gimana jadinya
nanti?"
"Ah.. sudahlah, hal kayak begituan
biar aku yang urus dengan Roni",
Kata Lani lebih lanjut.
"Gini Har, aku ingin ngobrol-ngobrol
sama kamu nih tentang masalah
bisnis."
Kamipun berbicara masalah bisnis,
ternyata dia kerumahku untuk
berbicara mengenai bisnis baru
yang akan dirintisnya dan meminta
bagaimana pendapat aku dari segi
akunting dan manajemennya.
Pembicaraan tersebut berlangsung
kurang lebih selama satu jam.
Sambil berbicara konsentraasiku
agak terganggu karena duduk
bersebelahan dengan Lani dan
hampir berdekatan. Kadang-kadang
kalau sedang bicara bertatapan ingin
sekali rasanya mencium bibirnya
soalnya hanya berjarak sekitar 45
cm.
Saat itu Lani berpakaian cukup
sederhana, hanya mengenakan kaos
dan celana jeans. Namun aku suka
sekali apabila melihat perempuan
yang berpenampilan seperti itu.
Sedangkan aku sendiri tadinya
hanya memakai celana hawaii dan
kaos tapi setelah kedatangan Lani,
aku langsung mengganti dengan
celana panjang.
Akhirnya pembicaraan mengenai
bisnis pun selesai, kamipun
bersandar lega di sofa yang kami
dudukin. Sekarang otakku benar-
benar sudah gak karuan deh, pengin
rasanya untuk mencium Lani tapi
bagaimana caranya? Otakku
memutar dengan keras dan
akhirnya aku mengambil keputusan
untuk mencoba menyenggol
tubuhnya. Tanganku dengan
sengaja aku bentangkan kedepan
badan dia seakan-akan aku sedang
meregangkan otot dan menyentuh
tangannya.
"Kamu cape ya Har setelah
ngomongin bisnis?", kata Lani.
"Iya nih, kalo dipijit enak nih
kayaknya", pancingku.
"Sini biar aku pijitin", kata Lani
sambil memegang punggungku.
"Ntar dulu ah, mao nyalain musik
dulu"
Akupun mulai menyalakan musik,
maksduku supaya suasananya
nyaman. Kemudian aku mulai
duduk membelakangi Lani dan ia
mulai memijit punggungku.
"Gimana har? Enak gak pijitanku?",
kata Lani disamping telingaku.
"Enaak.."
Akupun memalingkan wajah
menghadap Lani maksudnya ingin
bicara sesuatu tapi karena wajah kita
berdekatan seperti itu, aku lupa tidak
tau mau omongin apa. Situasi saat
itu sempat hening sebentar, lalu
entah siapa yang mulai, kamipun
berciuman dengan penuh hasrat.
Langsung aku membalikkan badan
dan memeluk tubuh Lani dan
membaringkan dia di sofa. Lani
hanya diam saja diperlakukan
seperti itu. Sepertinya dia menikmati
banget ciuman ini. Aku tidak
mendengar suara apapun dari Lani,
hanya..
"Mmh.. urm.. ss.."
Itulah yang terdengar pada waktu
kami ciuman. Aku menciumi
bibirnya dengan sangat lembut
meskipun aku sebenarnya bernapsu
banget. Dengan lembut aku
mainkan lidahnya, bibirnya. Aku
memainkan lidahku didalam
mulutnya, kadang-kadang aku tarik
lidahnya dengan gigiku saat ada di
dalam mulutku. Sambil berciuman
aku melihat matanya, ternyata dia
menciumku sambil memeramkan
matanya, sungguh pemandangan
yang menambah laju birahiku. Aku
terus menciumi bibirnya, kadang
ciumanku lari ke kupingnya serta
lehernya. Sengaja aku tidak terlalu
napsu menciumi lehernya supaya
tidak meninggalkan bekas yang bisa
mencurigakan. Demikian juga
dengan Lani, ia menciumi seluruh
wajah dan leherku dengan bibirnya,
saat itu perasaan geli seakan-akan
ingin memeluk Lani erat-erat
sungguh tak tertahankan.
Sejenak kemudian kami
mengehentikan akivitas kami karena
handphone Lani berbunyi,
"Kamu angkat dulu deh, siapa tahu
suami kamu", kataku sambil
tersenyum.
"Oke", jawabnya tersenyum pula.
Lalu Lani mengangkat telpon dan
memang benar dari Roni suaminya.
Begitu tau dari suaminya, aku
langsung mendekati dia,
maksudnya untuk mendengarkan
pembicaraan mereka dan
membantu kalau-kalau Lani tidak
bisa jawab. Tapi aku tiba-tiba
berubah pikiran dan mendekati Lani
dan memeluk dia dari belakang
sambil menjilati kupingnya. Lani
sempat berbalik dan memelototi aku
tapi aku tidak perduli. Aku tetap
mendekati dia dan menjilati
lehernya. Tangankupun mulai
menyusup ke dalam kaosnya dan
lebih dalam lagi menyusup ke dalam
BH-nya. Akupun bisa menjamah
putingnya. Begitu aku merasakan
putingnya, aku pun mulai
memainkannya dengan jari-jari
tanganku.
Sementara itu Lani sudah tidak bisa
mencegahku lagi, diapun mulai
menikmatinya dan malahan dia
membuka kaosnya dan duduk di
sofa kembali. Semua itu dilakukan
sambil ia berbicara dengan
suaminya di telpon. Lani
memberikan alasan bahwa dia
sedang jalan-jalan di sebuah gallery
busana. Aku juga segera
melepaskan baju dan celana
panjangku.
Ketika Lani sudah duduk di sofa,
akupun mulai menciumi tetenya,
aku meremas-remas payudara Lani
dengan napsu, aku jilatin putingnya
dan kadang aku gigit putingnya
dengan bibirku. Aku lalu melihat ke
wajah Lani.. wahh.. wajah yang
pasrah tapi dia masih melihat ke aku
sambil memberi isyarat bahwa dia
lagi telpon. Sebenarnya dia sudah
tidak tahan lagi ingin melepas
semuanya tapi karena ia masih
nelpon maka ia terpaksa menahan
semua gejolak tersebut. Aku tau
bahwa saat ini dia sedang berusaha
sekuat tenaga untuk tidak berteriak
ataupun mendesah karena
rangsanganku; yang Lani bisa
lakukan adalah menggeliat-geliat
tidak keruan berbaring di atas sofa di
bawah tubuhku.
Ketika kemudian telpon sudah
selesai, Lani langsung mengeluarkan
gejolak yang tertahan dari tadi,
"Aahkk.. Harrii..", teriak Lani.
"Gila kamu ya Har, itu tadi kan si
Roni, kalau aku kebablasan tadi
gimana coba?", katanya memarahi
tapi dengan nada menggoda.
Aku cuma tersenyum saja, "Tapi
kamu suka kan Lan?"
"Iya sih..", lanjutnya tersenyum.
Lalu kami pun melanjutkan kegiatan
yang tertunda itu. Aku mulai
membuka celana jeansku dan celana
jeans Lani beserta dengan celana
dalamnya. Aku menciumi paha Lani
yang bagian kiri dan meremas
pahanya yang kanan. Aku jilatin
sambil terus bergerak bergerak ke
bagian selangkangannya. Selama itu
juga tubuh Lani tidak bisa diam,
selalu bergerak dan mendesah.
Sampai akhirnya aku menjilati pas di
memeknya Lani. Aku terus
melakukan kegiatan ini dengan
penuh napsu, aku memainkan
itilnya sambil kadang-kadang aku
hisap dalam-dalam dan aku kulum
dengan bibirku.
Selama aku melakukan 'serangan'
kepada Lani, dia terus berteriak,
mendesah, dan menekan kepalaku
kuat-kuat seakan-akan tidak mau
membiarkan kepalaku pindah dari
selangkangannya. Suara yang
ditimbulkan oleh Lani membuat aku
tambah bergairah dalam melakukan
kegiatanku tersebut. Aku menjilati
memek Lani makin liar, aku
permainkan memeknya sampai
dalam dengan lidahku dan jari-jari
tanganku juga mulai masuk ke
dalamnya sampai akhirnya.. aku
merasakan kaki Lani menjepit
kepalaku dan tangannya menekan
kepalaku sangat kuat serta
pinggulnya terlihat menggelinjang
dengan dahsyat.
"Aahh, Harii, uhh"
Ternyata Lani sudah mencapai
klimaksnya yang pertama dalam
permainan ini. Aku melihat sebentar
ke arah Lani dan dia menatapku
sambil tersenyum.
"Kamu hebat Hari, aku suka sekali",
katanya.
"Masa sihh? Aku masih belum apa-
apa nih", jawabku sambil mencium
bibirnya.
"Aku maenin yah kontolmu?",
"Itu yang aku tunggu sayang",
bisikku di telinganya.
Maka akupun segera mengambil
posisi duduk bersandar di sofa dan
dia perlahan mulai jongkok di
hadapanku. Mula-mula ia mengelus
kontolku dengan tangannya,
kontolku dielus olehnya dari bijinya
sampai ke ujung kepala kontolnya.
Lalu ia mulai menjulurkan lidahnya
ke ujung kontolku. Begitu lidahnya
menyentuh kontolku, aku merasa
agak sedikit geli. Kemudian Lani
langsung memasukkan seluruh
kontolku ke dalam mulutnya. Wah,
perasaanku saat itu benar-benar
nikmat sekali, urat-urat kontolku
yang bergesekkan dengan bibir dan
lidahnya memberikan suatu sensasi
yang sulit untuk diungkapkan
dengan kata-kata. Saat itu yang bisa
aku lakukan hanyalah menggeliat-
geliat kenikmatan sambil membelai-
belai rambutnya Lani. Terkadang
giginya Lani menyentuh salah satu
bagian kontolku, sakit dikit sih,
namun itu tidak mempengaruhi
sensasi nikmat yang diberikan.
Saat itu kontolku benar-benar
diberikan sensasi yang begitu
dahsyat, titik-titik syaraf yang ada di
seluruh kontolku tidak ada yang
tidak tersentuh oleh bibir dan
lidahnya Lani, benar-benar
permainan yang membuat aku tidak
dapat bertahan lama dan akhirnya
aku mulai merasakan sesuatu yang
mendorong dari dalam dan
mengeluarkannya.
"Ahh.."
Hanya itulah kata yang bisa keluar
dari dalam mulutku saat semuanya
tertumpah keluar. Akupun terbaring
lemas namun terasa rilex banget
dengan Lani bersandar di dadaku.
Tidak ada kata yang keluar dari
mulut kami berdua saat itu. Setelah
diam selama sekitar 10 menit, Lani
mulai meremas-remas kontolku lagi
sambil memandangku.
"Kamu mau lagi ya Lan?"
"Hmm..", jawabnya sambil terus
meremas kontolku.
Diberi rangsangan seperti itu, tidak
berapa lama kemudian kontolku
sudah mulai kekar berdiri lebih tegak
daripada tadi. Menurut
pengalamanku dan cerita teman-
teman, kontol seorang lelaki akan
lebih kekar pada ronde kedua
daripada ronde pertama dan akan
berlangsung lebih lama. Lani terus
meremas-remas dan mengelus
kontolku kemudian mengulumnya
di dalam mulutnya. Akupun mulai
mencari-cari daerah dada Lani untuk
memainkan kembali tetenya. Begitu
aku mendapatkannya, langsung aja
aku membaringkan Lani di sofa
kembali dan melanjutkan
mengulum puting susunya.
"Aacchh..", Lani menjerit keras-
keras ketika aku menggigit-gigit
putingnya
Rambutku diacak-acak olehnya dan
dia mendekap erat-erat kepalaku di
dadanya sehingga aku agak
kesulitan untuk bernapas. Setelah
puas memainkan dadanya, akupun
kembali turun ke selangkangannya.
Pertama-tama aku mainkan bulu-
bulu yang mengitari
selangkangannya, aku jilatin bibir
memeknya dan aku mainkan itilnya.
Saat itu, Lani sudah mendesah dan
menggeliat-geliat tidak karuan. Aku
sudah merasakan memeknya Lani
sudah basah lagi dan sepertinya dia
akan mencapai klimaksnya kembali.
Namun dengan segera aku
menghentikan kegiatan menjilatku
dan berdiri.
"Kenapa Har..?", tanyanya lemas.
"Ah, tidak", jawabku tersenyum.
Kemudian aku membuka
selangkangannya dan mengarahkan
kontolku ke lubang itu. Mula-mula
aku mengusap-usapkan ujung
kontolku ke bibir selangkangannya
dan pelan-pelan aku masukkan
kontolku ke memeknya Lani.
"Aahh.. Har.. ayo..", desah Lani.
"Aku masukkin yah sayang..",
kataku.
"Iyaah.. ohh.. c'mon honey.."
"Oke.."
'Zleeb..' kontolku langsung aku
masukkan ke dalam memek Lani.
"Aacchh..", teriak Lani.
"Gimana sayang..?", kataku sambil
menciumi bibirnya.
"Harr.. ochh.. yesshh.. teruskann.."
Kemudian aku mulai menggerakkan
kontolku dalam memeknya, aku
putar, aku goyang dengan berbagai
macam cara, pendek kata aku
mencoba untuk memberikan
kenikmatan pada Lani dengan
kontolku itu.
"Harr.. ah.. enak bangett.. uhh..",
desah Lani sambil memandangku
"Enak yah Lan..?"
"Iyah.. ohh.. goyang terus.. Har..",
Kami melakukannya dengan penuh
gairah, kadang aku mengambil
posisi di atasnya menindih
badannya sambil memegang
telapak tangannya di telentangkan
kiri kanan, kadang juga dia yang di
atas menindih tubuhku dan aku
mendekap dia erat-erat sambil
meremas-meremas pantatnya dan
dia terus bergoyang kadang
berirama kadang tidak. Sampai
akhirnya kami sama-sama
merasakan ada sesuatu yang keluar
dari diri kami masing-masing.
Perasaan itu benar-benar
merupakan sensasi yang luar biasa
bagi kami berdua.
Kamipun terbaring lemas di sofa itu,
Nina berbaring didekapan dadaku.
Pengalaman ini sungguh-sungguh
diluar dugaanku sebelumnya
ternyata aku telah mengkhianati
temanku dengan meniduri istrinya
dan mungkin juga pikiran Lani sama
denganku bahwa ia sudah
mengkhianati suaminya hanya
karena selingan belaka.
"Lan, kamu menyesal sudah
melakukannya denganku?", tanyaku
padanya.
"Sedikit sih ada perasaan menyesal,
tapi aku tau kok kalau Roni itu sering
selingkuh di belakangku", jawabnya
lagi.
"Jadi aku lakukan ini karena ingin
membalasnya saja."
"Ohh begitu"
Tidak kusangka sama sekali, Roni
yang aku kenal sebagai orang yang
baik ternyata sudah menyakiti
istrinya beberapa kali.
"Hari, kamu jangan marah ya
dengan kelakuanku ini"
"Tentu aja tidak", jawabku
tersenyum.
"Kalau kamu butuh sesuatu lain hari
aku bersedia kok bantu kamu."
"Terima kasih ya"
Waktu jugalah yang memisahkan
kami hari itu, setelah membersihkan
diri kemudian Lani pulang
meninggalkanku yang penuh
dengan pikiran, apa yang akan aku
lakukan? Apakah aku akan terus
berhubungan dengan Lani? Apakah
aku akan berteman terus dengan
Roni? Apakah yang akan terjadi
kalau kami ketahuan Roni? Pusing
aku memikirkan hal itu, akhirnya aku
putuskan untuk menjalani saja
semuanya sesuai dengan alurnya
nanti, namun yang pasti aku
menikmati masa-masa bersama
Lani tadi sore. Dan akhirnya akupun
pergi tidur dengan lelap malam itu
memimpikan kejadian yang
mungkin akan terjadi hari-hari
berikutnya dengan Lani atau dengan
siapapun?
E N D