Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Tommy, sepupuku, baru
duduk di kelas empat
SD. Baru saja ia tiba di
rumah. Tommy
nongkrong di lantai
teras depan rumah.
Rumahnya kosong. Ayah
dan ibunya pergi
bekerja, sedangkan ia
anak tunggal. Tommy
asyik membaca sebuah
novel yang seharusnya
hanya boleh dibaca oleh
orang dewasa.
"Halo, Tommy. Lagi asyik
baca nih. Mama udah
pulang belum?", Datang
seorang wanita cantik
berusia sekitar tiga
puluh tahunan.
"Eh, Tante Tika. Mama
belum pulang tuh!"
jawab Tommy sambil
menyembunyikan novel
yang dibacanya ke
belakang tubuhnya.
Tante Tika, adik ayah
Tommy, baru saja
bercerai dengan
suaminya.
"Eh, Tommy baca apa
sih? Kok pake di umpet-
umpetin segala? Tante
boleh lihat nggak?"
Setelah dibujuk-bujuk,
Tommu mau
menyerahkan novel itu
kepada Tante Tika.
"Astaga, Tommy. Masih
kecil bacaannya ginian!",
seru Tante Tika setelah
melihat sampul buku
yang bergambarkan
seorang gadis muda
dengan busana yang
sangat minim dan pose
yang menggiurkan.
Tante Tika lalu
membolak-balik
halaman novel itu. Saat
membaca bagian di
mana terdapat adegan
yang merangsang dalam
buku itu, sekilas terjadi
perubahan pada
wajahnya.
"Tom, daripada kamu
sendirian di sini, lebih
baik ke rumah Tante
yuk!", ajak Tante Tika.
"Tapi, Tante, Tonny
disuruh Mama jaga
rumah".
"Alaa, tinggal kunci
pintu saja sudah", kata
Tante Tika sambil
mengunci pintu rumah
lalu ia menarik tangan
Tommu ke mobilnya.
Mobil Tante Tika sudah
meluncur di jalan raya
menuju rumahnya.
Sebentar-sebentar ia
menoleh ke arah
Tommy yang duduk di
sampingnya.
"Masih kecil sudah
ganteng begini", gumam
Tante Tika dalam hati. Ia
menggerakkan
tangannya meremas-
remas kemaluan bocah
yang masih hijau itu.
"Aduh, Tante. Geli ah",
kata Tommy. Tante Tika
tersenyum penuh arti. Ia
menarik tangannya
ketika mobil sudah tiba
di depan rumahnya yang
megah bak istana di
seberang danau Sunter.
Tante Tika usianya sudah
mencapai tiga puluh
dua tahun, tapi
penampilannya masih
seperti gadis berusia dua
puluh tahunan berkat
giatnya ia mengikuti
senam aerobik di sebuah
klub kebugaran beken
di Jakarta. Wajahnya
yang cantik ditambah
dengan tubuhnya yang
bahenol serta seksi.
Payudaranya yang besar
memang amat
menawan, apalagi dia
sekarang seorang janda.
Sudah banyak lelaki
yang mencoba merebut
hatinya, tapi semua itu
ditolaknya mentah-
mentah. Menurutnya
mereka hanya
menginginkan hartanya
saja. Tante Tika memang
kaya raya, mobil
mewahnya ada
beberapa buah dari
model yang mutakhir
lagi. Rumahnya
mentereng, di kawasan
perumahan elite lagi. Itu
semua berkat kerja
kerasnya sebagai
direktris sebuah
perusahaan asuransi
papan atas.
Oh ya, Tante Tika
mempunyai seorang
anak gadis bernama
Andriana, putri satu-
satunya, tapi biasa
dipanggil Andri saja.
Gadis manis ini duduk di
kelas dua sebuah SMP
swasta top di daerah
Kelapa Gading. Pada
usianya yang baru
menginjak empat belas
tahun ini, tubuh Andri
sedang mekar-
mekarnya. Payudara
remajanya sudah ranum
sekali, berukuran lebih
besar daripada gadis-
gadis sebayanya, laksana
payudara gadis berusia
tujuh belas tahun.
Mungkin
kemontokannya ini
warisan dari ibunya. Tapi
Andri memang anak
yang agak kurang
pergaulan alias kuper
karena kebebasannya
dibatasi dengan ketat
oleh ibunya, yang kuatir
ada pihak-pihak yang
memanfaatkan
kemolekan tubuh
anaknya tersebut. Sama
sekali Andri belum
pernah merasakan apa
artinya itu cinta. Padahal
banyak sudah cowok
yang naksir dia. Namun
Andri belum sadar akan
cinta.
"Tom, badan Tante
pegal nih. Tolong pijatin
ya", kata Tante Tika
sambil mengajak Tommy
ke kamar tidurnya.
Tante Tika membuka
busananya. Lalu ia
membaringkan
tubuhnya yang telanjang
bulat tengkurap di
ranjang. Tommy masih
lugu sekali. Ia belum
tahu apa-apa tentang
keindahan tubuh
wanita.
"Tante kok buka baju?
Kepanasan ya?", tanya
Tommy dengan
polosnya. Tante Tika
mengangguk. Lalu
Tommy memijati tubuh
Tante Tika. Mula-mula
punggungnya. Lalu
turun ke bawah. Tante
Tika mendesah sewaktu
tangan mungil Tommy
memijati gumpalan
pantatnya yang montok.
"Tante, kenapa? Sakit
ya?", tanya Tommy lugu.
Mula Tante Tika
memerah. Dia duduk di
atas ranjang. Tangannya
menarik tangan Tommy
ke payudaranya.
"Tante, ini apaan? Kok
empuk amat sih?", tanya
Tommy ketika
tangannya menjamah
payudara tantenya.
Tante Tika mulai bangkit
nafsu birahinya.
"Ini namanya payudara,
Tom".
"Kok Tante punya sih?
Tommy nggak ada?".
"Tommy, Tommy. Kamu
bukan cewek. Semua
cewek kalau udah gede
pasti akan punya
payudara. Payudara
adalah lambang
keindahan tubuh
wanita", Tante Tika
menjelaskan dengan
bahasa yang terlalu
tinggi bagi anak seusia
Tommy.
"Lalu pentilan ini apa
namanya?", tanya
Tommy sambil memijit
puting susu tantenya.
Tante Tika sedikit
menggelinjang
terangsang.
"Ah.., Ini namanya
puting susu. Semua
wanita juga mempunyai
puting susu. Mamamu
juga punya. Dulu waktu
kamu masih bayi, kamu
minum susu dari sini".
"Masa sih Tante.
Biasanya kan susu dari
sapi?"
"Mau nyobain nih kalo
kamu nggak percaya.
Sini deh kamu isap
puting susu Tante!".
Tommy kecil
mendekatkan mulutnya
pada payudara Tante
Tika lalu diisapnya
puting susunya.
"Ih, Tante bohong. Kok
nggak keluar apa-apa?",
kata Tommy sambil
terus menyedoti puting
susu Tante Tika yang
tinggi menegang itu.
Tapi tantenya
nampaknya tidak
mempedulikan
perkataan
keponakannya itu.
"Teruskan.., Tom.., Sedot
terus.., Ouuhh..", kata
Tante Tika bernafsu.
Karena merasa
mendapat mainan baru,
Tommypun menurut.
Dengan ganasnya ia
menyedot-nyedot
puting susunya. Tante
Tika menggerinjal-ge
rinjal. Tak sengaja
tangannya menyenggol
gelas yang ada di meja
di dekatnya, sehingga
isinya tumpah
membasahi bahu dan
celana pendek Tommy.
"Ya, Tante. Pakaian
Tommy basah deh!",
kata Tommy sambil
melepaskan isapannya
pada puting susu Tante
Tika.
"Ya, Tommy. Kamu buka
baju dulu deh. Nanti
Tante ambilkan baju
ganti. Siapa tahu ada
yang pas buat kamu",
kata Tante Tika sambil
beranjak ke luar kamar
tidur. Sempat dilihatnya
tubuh telanjang Tommy.
Dikenalkannya
pakaiannya lagi. Tante
Tika pergi ke kamar
anaknya, Andri, yang
baru saja pulang dari
sekolah.
"Dri".
"Apa, Ma?", tanya Andri
yang masih memakai
baju seragam. Blus putih
dan rok berwarna biru.
"Kamu punya baju yang
sudah nggak kamu pakai
lagi nggak?".
"Ngg.., Ada Ma. Tunggu
sebentar", Andri
mengeluarkan daster
yang sudah kekecilan
buat tubuhnya dari
dalam lemari
pakaiannya.
"Buat apa sih, Ma?",
kata Andri seraya
menyerahkan dasternya
kepada ibunya.
"Itu, buat si Tommy. Tadi
pakaiannya basah
ketumpahan air
minum".
"Tommy datang ke sini,
Ma? Sekarang dia di
mana?".
"Sudah! Kamu belajar
dulu. Nanti Tommy akan
Mama suruh ke sini!".
"Ya.., Mama!" Gerutu
Andri kesal. Ibunya tak
mengindahkannya.
Andri senang pada
Tommy karena ia sering
saling menukar
permainan komputer
dengannya. Tapi Andri
keras kepala. Setelah
jarak ibunya cukup jauh,
diam-diam ia
membuntuti dari
belakang tanpa
ketahuan. Sampai di
depan kamar ibunya,
Andri mengintip ke
dalam melalui pintu
yang sedikit terbuka.
Dilihatnya ibunya sedang
berbicara dengan
Tommy.
"Tommy, coba kamu
pake baju ini dulu.
Bajunya Andri, sambil
nunggu pakaian kamu
kering", kata Tante Tika
sambil memberikan
daster milik Andri
kepada Tommy.
"Ya, Tante. Tommy
nggak mau pake baju
ini. Ini kan baju
perempuan! Nanti
Tommy jadi punya
payudara kayak
perempuan. Tommy
nggak mau!".
"Nggak mau ya sudah!",
kata Tante Tika sambil
tersenyum penuh arti.
Kebetulan, batinnya.
Kemudian ia
menanggalkan
busananya kembali.
"Kalo yang ini apa
namanya, Tom?", tanya
Tante Tika sambil
menunjuk batang
kemaluan Tommy yang
masih kecil.
"Kata Papa, ini namanya
burung", jawab Tommy
polos.
"Tommy tahu nggak,
burung Tommy itu
gunanya buat apa?".
"Buat pipis, Tante".
"Bener, tapi bukan buat
itu aja. Kamu bisa
menggunakannya untuk
yang lain lagi. Tapi itu
nanti kalo kamu sudah
gede".
Andri heran melihat
ibunya telanjang bulat
di depan Tommy.
Semakin heran lagi
melihat mulut ibunya
mengulum batang
kemaluannya. Rasanya
dulu ibunya pernah
melakukan hal yang
sama pada kemaluan
ayahnya. Semua itu
dilihatnya ketika
kebetulan ia mengintip
dari lubang kunci pintu
kamar ibunya. Kenapa
ya burung si Tommy itu,
pikir Andri.
"Enak kan, Tom,
begini?", tanya Tante
Tika sembari menjilati
ujung batang kemaluan
Tommy.
"Enak, Tante, tapi geli!",
jawab Tommy meringis
kegelian.
"Kamu mau yang lebih
nikmat nggak?".
"Mau! Mau, Tante!".
"Kalau mau, ini di
pantat Tante ada gua.
Coba kamu masukkan
burung kamu ke
dalamnya. Terus sodok
keras-keras. Pasti nikmat
deh", kata Tante Tika
menunjuk
selangkangannya.
"Cobain dong, Tante",
Tante Tika
menyodokkan
pantatnya ke depan
Tommy. Tommy dengan
takut-takut
memasukkan
"burung"nya ke dalam
liang vagina Tante Tika.
Kemudian disodoknya
dengan keras. Tante Tika
menjerit kecil ketika
dinding "gua"nya
bergesekkan dengan
"burung" Tommy. Andri
yang masih mengintip
bertambah heran. Ia
tidak mengerti apa yang
dilakukan ibunya sampai
menjerit begitu. Tapi
Andri segera berlari
kembali ke kamarnya
ketika ia melihat ibunya
bangkit dan berjalan ke
arah pintu, diikuti oleh
Tommy yang hanya
memakai celana dalam
ibunya. Sampai di
kamarnya, Andri
berbaring di ranjang
membaca buku
fisikanya. Tommy
muncul di pintu kamar.
"Mbak Andri. Kata Tante
tadi Mbak mau cari
Tommy ya?".
"Iya, kamu bawa game
baru nggak?", tanya
Andri. Tommy
menggeleng.
"Eh, Tom. Ngomong-
ngomong tadi kamu
ngapain sama
mamaku?".
"Nah ya, Mbak tadi
ngintip ya? Pokoknya
tadi nikmat deh, Mbak!",
kata Tommy berapi-api
sambil mengacungkan
jempolnya.
"Enak gimana?", Andri
bertanya penasaran.
"Mbak mau ngerasain?".
"Mau, Tom".
"Kalo begitu, Mbak buka
baju juga kayak Tante
tadi", kata Tommy.
"Buka baju?", tanya
Andri, "Malu dong!".
Akhirnya dengan malu-
malu, gadis manis itu
mau membuka blus,
rok, BH, dan celana
dalamnya hingga
telanjang bulat. Tommy
tidak terangsang melihat
tubuh mulus yang
membentang di
depannya. Payudara
ranum yang putih dan
masih kencang dengan
puting susu kemerahan,
paha yang putih dan
mulut, pantat yang
montok. Masih kecil sih
Tommy!
"Bener kata Tante. Mbak
Andri juga punya
payudara. Tapi punyanya
Tante lebih gede dari
punya Mbak. Pentilnya
Mbak juga nggak tinggi
kayak Tante", Tommy
menyamakan payudara
dan puting susu Andri
dengan milik ibunya.
"Pentil Mbak keluar
susu, nggak?".
"Nggak tahu tuh, Tom.
Nggak pernah ngerasain
sih!", kata Andri lugu.
"Pentilnya Tante nggak
bisa ngeluarin apa-apa,
payah!".
"Masak sih bisa keluar
susu dari pentilku?",
kata Andri tidak percaya
sambil memandangi
puting susunya yang
sudah meninggi
meskipun belum setinggi
milik ibunya.
"Mbak nggak percaya?
Mau dibuktiin?".
"Boleh!", kata Andri
sambil menyodorkan
payudaranya yang
ranum.
Mulut Tommy langsung
menyambarnya. Diisap-
isapnya puting susu
Andri, membuat gadis
itu menggerinjal-gerinjal
kegelian.
"Ya, kok nggak ada
susunya sih, Mbak?".
"Coba kamu isap lebih
keras lagi!", kata Andri.
Tommy segera
menyedoti puting susu
Andri. Tapi lagi-lagi ia
kecewa karena puting
susu itu tidak
mengeluarkan air susu.
Tapi Tommy belum
puas. Diisapnya puting
susu Andri semakin
keras, membuat gadis
manis itu membelalak
menahan geli.
"Nggak keluar juga ya,
Tom", tanya Andri
penasaran.
"Kali kayak sapi. Harus
diperas dulu baru bisa
keluar susunya", kata
Tommy.
"Mungkin juga. Ayo deh
coba!", kata Andri seraya
meremas-remas
payudaranya sendiri
seperti orang sedang
memerah susu sapi.
Sementara itu Tommy
masih terus mengisapi
puting susunya. Akhirnya
mereka berdua putus
asa.
"Kok nggak bisa keluar
sih. Coba yang lain aja
yuk!", kata Tommy
membuka celana
dalamnya.
"Apaan tuh yang nonjol-
nonjol, Tom?", tanya
Andri ingin tahu.
"Kata Papa, itu namanya
burung. Cuma laki-laki
yang punya. Tapi kata
Tante namanya
kemaluan. Tau yang
bener yang mana!".
"Aku nggak punya kok,
Tom?", kata Andri
sambil memperhatikan
daerah di bawah
pusarnya. Tidak ada
tonjolan apa-apa".
"Mbak kan perempuan,
jadi nggak punya. Kata
Tante, anak perempuan
punya.., apa tuh
namanya.., va.., vagina.
Katanya di pantat
tempatnya.
"Di pantat? Yang mana?
Yang ini? Ini kan tempat
'eek, Tom?!", kata Andri
sambil menunjuk
duburnya.
"Bukan, lubang di
sebelahnya", kata
Tommy yakin.
"Yang ini?", tanya Andri
sembari membuka bibir
liang vaginanya.
"Kali!".
"Jadi ini namanya vagina.
Namanya kayak nama
mamanya Hanny ya?",
kata Andri. Ia
menyamakan kata
vagina dengan Tante
Gina, ibuku.
"Tadi mamaku ngisep-
ngisep burung kamu.
Emangnya kenapa sih?",
lanjut Andri.
"Tommy juga nggak
tahu, Mbak".
"Enak kali ya?".
"Kali, tapi Tommy sih
keenakan tadi".
Tanpa rasa risih, Andri
memasukkan batang
kemaluan Tommy ke
dalam mulutnya, lalu
diisap-isapnya.
"Ah, nggak enak kok
Tom. Bau!", kata Andri
sambil meludah.
"Tapi kok kudengar
mamaku menjerit-jerit.
Ada apaan?", tanya
Andri kemudian.
"Gara-gara Tommy
masukin burung Tommy
ke dalam guanya. Nggak
tahu tuh, kok tahu-tahu
Tante menjerit".
"Gua yang mana?",
Andri penasaran.
"Yang tadi tuh, Mbak.
Yang namanya vagina".
"Apa nggak sakit tuh,
Tom?".
"Sakit sih sedikit. Tapi
nikmat kok. Mbak!".
"Bener nih?".
"Bener, Mbak Andri.
Tommy berani sumpah
deh!".
"Coba deh", Andri
akhirnya percaya juga.
Tommy memasukkan
batang kemaluannya ke
dalam liang vagina Andri
yang masih sempit.
Andri menyeringai.
"Sakit dikit, Tom".
Tommy menyodok-
nyodokkan "burung"nya
berulang kali dengan
keras ke "gua" Andri.
Andri mulai menjerit-
jerit kesakitan. Tapi
Tommy tidak peduli
karena merasa nikmat.
Andri tambah menjerit
dengan keras.
Mendengar lengkingan
Andri, Tante Tika berlari
tergopoh-gopoh ke
kamar putrinya itu.
"Dri, Andri. Kenapa
kami?", tanya Tante Tika.
Ia terkejut melihat Andri
yang meronta-ronta
kesakitan disetubuhi
oleh Tommy kecil.
"Ya ampun, Tommy!
Berhenti! Gila kamu!"
teriaknya naik darah.
Apalagi setelah ia
melihat darah yang
mengalir dari
selangkangan Andri
melalui pahanya yang
mulus.
Astaga! Andri telah
ternoda oleh anak kecil
berusia sepuluh tahun,
sepupunya lagi?!
Putrinya yang baru
berumur empat belas
tahun itu sudah tidak
perawan lagi?!
"Nanti aja, Tante! Enak!".
"Anak jahanam!", teriak
Tante Tika marah. Ia
menempeleng Tommy,
sehingga bocah itu
hampir mental.
Sementara itu, Andri
langsung ambruk tak
sadarkan diri.
Sejak kejadian itu
hubungan keluarga
Tommy dengan Tante
Tika menjadi tegang.