Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Aku kost di daerah Senayan,
kamarku bersebelahan dengan
kamar seorang gadis manis yang
masih kecil, tubuhnya mungil, putih
bersih dan senyumnya benar-benar
mempesona. Dalam kamar kostku
terdapat beberapa lubang angin
sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu
kututup dengan kertas putih.., tapi
setelah gadis manis itu kost di
sebelah kamarku, maka kertas putih
itu aku lepas, sehingga aku dapat
bebas dan jelas melihat apa yang
terjadi pada kamar di sebelahku itu.
Suatu malam aku mendengar suara
pintu di sebelah kamarku dibuka,
lalu
aku seperti biasanya naik ke atas
meja untuk mengintip. Ternyata
gadis itu baru pulang dari
sekolahnya.., tapi kok sampai larut
malam begini tanyaku dalam hati.
Gadis manis itu yang belakangan
namanya kuketahui yaitu Melda,
menaruh tasnya lalu mencopot
sepatunya kemudian mengambil
segelas air putih dan
meminumnya.., akhirnya dia duduk
di kursi sambil mengangkat kakinya
menghadap pada lubang angin
tempat aku mengintip. Melda sama
sekali tidak bisa melihat ke arahku
karena lampu kamarku telah
kumatikan sehingga malah aku yang
dapat leluasa melihat ke dalam
kamarnya. Pada posisi kakinya yang
diangkat di atas kursi, terlihat jelas
celana dalamnya yang putih dengan
gundukan kecil di tengahnya.., lalu
saja tiba-tiba penisku yang berada
dalam celanaku otomatis mulai
ereksi. Mataku mulai melotot melihat
keindahan yang tiada duanya,
apalagi ketika Melda lalu bangkit dari
kursi dan mulai melepaskan baju
dan rok sekolahnya sehingga kini
tinggal BH dan celana dalamnya.
Sebentar dia bercermin
memperhatikan tubuhnya yang
ramping putih dan tangannya mulai
meluncur pada payudaranya yang
ternyata masih kecil juga. Diusapnya
payudaranya dengan lembut.
Dipuntirnya pelan puting susunya
sambil memejamkan mata, rupanya
dia mulai merasakan nikmat, lalu
tangan satunya meluncur ke bawah,
ke celana dalamnya digosoknya
dengan pelan, tangannya mulai
masuk ke celananya dan bermain
lama. Aku bergetar lemas
melihatnya, sedangkan penisku
sudah sangat tegang sekali. Lalu
kulihat Melda mulai melepaskan
celana dalamnya dan.., Woww,
belum ada bulunya sama sekali,
sebuah vagina yang menggunduk
seperti gunung kecil yang tak
berbulu. Ohh, begitu indah, begitu
mempesona. Lalu kulihat Melda naik
ke tempat tidur, menelungkup dan
menggoyangkan pantatnya ibarat
sedang bersetubuh. Melda
menggoyang pantatnya ke kiri, ke
kanan.., naik dan turun.., rupanya
sedang mencari kenikmatan yang
ingin sekali dia rasakan, tapi sampai
lama Melda bergoyang rupanya
kenikmatan itu belum dicapainya,
Lalu dia bangkit dan menuju kursi
dan ditempelkannya vaginanya pada
ujung kursi sambil digoyang dan
ditekan maju mundur. Kasihan
Melda.., rupanya dia sedang
terangsang berat.., suara nafasnya
yang ditahan menggambarkan dia
sedang berusaha meraih dan
mencari kenikmatan surga, Namun
belum juga selesai, Melda kemudian
mengambil spidol.., dibasahi
dengan
ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu
dimasukan ke lubang vaginanya,
begitu spidol itu masuk sekitar satu
atau dua centi matanya mulai
merem melek dan erangan
nafasnya
makin memburu, "Ahh.., ahh", Lalu
dicopotnya spidol itu dari
vaginanya,
sekarang jari tengahnya mulai juga
dicolokkan ke dalam vaginanya..,
pertama.., jari itu masuk sebatas
kukunya kemudian dia dorong lagi
jarinya untuk masuk lebih dalam
yaitu setengahnya, dia melenguh,
"Oohh.., ohh.., ahh", tapi heran aku
jadinya, jari tengahnya dicabut lagi
dari vaginanya, kurang nikmat
rupanya.., lalu dia melihat sekeliling
mencari sesuatu.., aku yang
menyaksikan semua itu betul-betul
sudah tidak tahan lagi. Penisku
sudah sangat mengeras dan tegang
luar biasa, lalu kubuka celana
dalamku dan sekarang penisku
bebas bangun lebih gagah, lebih
besar lagi ereksinya melihat vagina
si
Melda yang sedang terangsang itu.
Lalu aku mengintip lagi dan
sekarang
Melda rupanya sedang
menempelkan vaginanya yang
bahenol itu pada ujung meja
belajarnya. Kini gerakannya maju
mundur sambil menekannya
dengan kuat, lama dia berbuat
seperti itu.., dan tiba-tiba dia
melenguh, "Ahh.., ahh.., ahh",
rupanya dia telah mencapai
kenikmatan yang dicari-carinya.
Setelah selesai, dia lalu berbaring di
tempat tidurnya dengan nafas yang
tersengal-sengal. Kini posisinya tepat
berada di depan pandanganku.
Kulihat vaginanya yang berubah
warna menjadi agak kemerah-
merahan karena digesek terus
dengan ujung kursi dan meja.
Terlihat jelas vaginanya yang
menggembung kecil ibarat kue
apem yang ingin rasanya kutelan,
kulumat habis.., dan tanpa terasa
tanganku mulai menekan biji
penisku dan kukocok penisku yang
sedang dalamn posisi "ON".
Kuambil
sedikit krim pembersih muka dan
kuoleskan pada kepala penisku, lalu
kukocok terus, kukocok naik turun
dan, "Akhh", aku mengeluh pendek
ketika air maniku muncrat ke
tembok sambil mataku tetap
menatap pada vagina Melda yang
masih telentang di tempat tidurnya.
Nikmat sekali rasanya onani sambil
menyaksikan Melda yang masih
berbaring telanjang bulat. Kuintip
lagi
pada lubang angin, dan rupanya dia
ketiduran, mungkin capai dan lelah.
Esok harinya aku bangun kesiangan,
lalu aku mandi dan buru-buru
berangkat ke kantor. Di kantor
seperti biasa banyak kerjaan
menumpuk dan rasanya sampai
jam sembilan malam aku baru
selesai. Meja kubereskan, komputer
kumatikan dan aku pulang naik taksi
dan sekitar jam sepuluh aku sampai
ke tempat kostku. Setelah makan
malam tadi di jalanan, aku masih
membuka kulkas dan meminum bir
dingin yang tinggal dua botol. Aku
duduk dan menyalakan TV, ku-stel
volumenya cukup pelan. Aku
memang orang yang tidak suka
berisik, dalam bicarapun aku senang
suara yang pelan, kalau ada wanita
di kantorku yang bersuara keras,
aku langsung menghindar, aku tidak
suka. Acara TV rupanya tidak ada
yang bagus, lalu kuingat kamar
sebelahku, Melda.., yang tadi malam
telah kusaksikan segalanya yang
membuat aku sangat ingin
memilikinya Aku naik ke tempat
biasa dan mulai lagi mengintip ke
kamar sebelah. Melda yang cantik itu
kulihat tengah tidur di kasurnya,
kulihat nafasnya yang teratur naik
turun menandakan bahwa dia
sedang betul-betul tidur pulas. Tiba-
tiba nafsu jahilku timbul, dan segera
kuganti celana panjangku dengan
celana pendek dan dalam celana
pendek itu aku tidak memakai celana
dalam lagi, aku sudah nekat, kamar
kostku kutinggalkan dan aku pura-
pura duduk di luar kamar sambil
merokok sebatang ji sam su.
Setelah
kulihat situasinya aman dan tidak
ada lagi orang, ternyata pintunya
tidak di kunci, mungkin dia lupa atau
juga memang sudah ngantuk sekali,
jadi dia tidak memikirkan lagi
tentang
kunci pintu. Dengan berjingkat, aku
masuk ke kamarnya dan pintu
langsung kukunci pelan dari dalam,
kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku
duduk di tempat tidurnya
memandangi wajahnya yang
mungil dan, "Alaamaak", Melda
memakai daster yang tipis, daster
yang tembus pandang sehingga
celana dalamnya yang sekarang
berwarna merah muda sangat jelas
terbayang di hadapanku. "Ohh..,
glekk", aku menelan ludah sendiri
dan repotnya, penisku langsung
tegang sempurna sehingga keluar
dari celana pendekku. Kulihat
wajahnya, matanya, alisnya yang
tebal, dan hidungnya yang
mancung agak sedikit menekuk
tanda bahwa gadis ini mempunyai
nafsu besar dalam seks, itu
memang rahasia lelaki bagi yang
tahu. Ingin rasanya aku langsung
menubruk dan mejebloskan penisku
ke dalam vaginanya, tapi aku tidak
mau ceroboh seperti itu. Setelah aku
yakin bahwa Melda benar-benar
sudah pulas, pelan-pelan kubuka tali
dasternya, dan terbukalah, lalu aku
sampirkan ke samping. Kini kulihat
pahanya yang putih kecil dan padat
itu. Sungguh suatu pemandangan
yang sangat menakjubkan, apalagi
celana dalamnya yang mini
membuat gundukan kecil ibarat
gunung merapi yang masih ditutupi
oleh awan membuat penisku
mengejat-ngejat dan mengangguk-
ngangguk. Pelan-pelan tanganku
kutempelkan pada vaginanya yang
masih tertutup itu, aku diam
sebentar takut kalau kalau Melda
bangun, aku bisa kena malu, tapi
rupanya Melda benar-benar tertidur
pulas, lalu aku mulai menyibak
celana dalamnya dan melihat
vaginanya yang mungil, lucu,
menggembung, ibarat kue apem
yang ujungnya ditempeli sebuah
kacang. "Huaa", aku merinding dan
gemetar, kumainkan jariku pada
pinggiran vaginanya, kuputar terus,
kugesek pelan, sekali-sekali
kumasukkan jariku pada lubang kecil
yang betul-betul indah, bulunyapun
masih tipis dan lembut. Penisku
rasanya makin ereksi berat, aku
mendesah lembut. Ahh, indahnya
kau Melda, betapa kuingin
memilikimu, aku menyayangimu,
cintaku langsung hanya untukmu.
Oh, aku terperanjat sebentar ketika
Melda bergerak, rupanya dia
menggerakkan tangannya sebentar
tanpa sadar, karena aku mendengar
nafasnya yang teratur berarti dia
sedang tidur pulas.Lalu dengan
nekatnya kuturunkan celana
dalamnya perlahan tanpa bunyi,
pelan, pelan, dan lepaslah celana
dalam dari tempatnya, kemudian
kulepas dari kakinya sehingga kini
melda benar-benar telanjang bulat.
Luar biasa, indah sekali bentuknya,
dari kaki sampai wajahnya kutatap
tak berkedip. Payudaranya yang
masih berupa puting itu sangat
indah sekali. Akh, sangat luar biasa,
pelan-pelan kutempelkan wajahku
pada vaginanya yang merekah bak
bunga mawar, kuhirup aroma
wanginya yang khas. Oh, aku
benar-benar tidak tahan, lalu lidahku
kumainkan di sekitar vaginanya. Aku
memang terkenal sebagai si pandai
lidah, karena setiap wanita yang
sudah pernah kena lidahku atau
jilatanku pasti akan ketagihan, aku
memang jago memainkan lidah,
maka aku praktekan pada vagina si
Melda ini. Lereng gunung vaginanya
kusapu dengan lidahku, kuayun
lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali
sengaja kusenggol clitorisnya yang
indah itu. Kemudian gua kecil itu
kucolok lembut dengan lidahku
yang
sengaja kuulur panjang, aku usap
terus, aku colok terus, kujelajahi gua
indahnya sehingga lama-kelamaan
gua itu mulai basah, lembab dan
berair. Oh, nikmatnya air itu, aroma
yang khas membuatku terkejet-
kejet, penisku sudah tidak sabar lagi,
tapi aku masih takut kalau kalau
Melda terbangun bisa runyam nanti,
tapi desakan kuat pada penisku
sudah sangat besar sekali. Nafasku
benar-benar tidak karuan, tapi
kulihat
Melda masih tetap saja pulas
tidurnya.-Akupun lebih
bersemangat
lagi, sekarang semua kemampuan
lidahku kupraktekan saat ini juga,
luar biasa memang, vagina yang
mungil, vagina yang indah, vagina
yang sudah basah. Rasanya seperti
sudah siap menanti tibanya
senjataku yang sudah berontak
untuk menerobos gua indah
misterius yang ditumbuhi rumput
tipis milik Melda, namun kutahan
sebentar, karena lidahku dan
jilatanku masih asyik bermain di
sana, masih memberikan
kenikmatan yang sangat luar biasa
bagi Melda. Sayang Melda tertidur
pulas, andaikata Melda dapat
merasakan dalam keadaan sadar
pasti sangat luar biasa kenikmatan
yang sedang dirasakannya itu, tapi
walaupun Melda saat ini sedang
tertidur pulas secara psycho seks
yang berjalan secara alami dan
biologis,..nikmat yang amat sangat
itu pasti terbawa dalam mimpinya,
itu pasti dan pasti, walaupun yang
dirasakannya sekarang ini hanya
sekitar 25%, Buktinya dengan
nafasnya yang mulai tersengal dan
tidak teratur serta vaginanya yang
sudah basah, itu menandakan faktor
psycho tsb sudah bekerja dengan
baik. Sehingga nikmat yang luar
biasa itu masih dapat dirasakan
seperempatnya dari keseluruhannya
kalau di saat sadar. Akhirnya Karena
kupikir sudah cukup rasanya lidahku
bermain di vaginanya, maka pelan-
pelan penisku yang memang sudah
minta terus sejak tadi kuoles-oleskan
dulu sesaat pada ujung vaginanya,
lalu pada clitorisnya yang mulai
memerah karena nafsu, rasa basah
dan hangat pada vaginanya
membuat penisku bergerak sendiri
otomatis seperti mencari-cari lubang
gua dari titik nikmat yang ada di
vaginanya. Dan ketika penisku dirasa
sudah cukup bermain di daerah
istimewanya, maka dengan hati-hati
namun pasti penisku kumasukan
perlahan-lahan ke dalam
vaginanya.., pelan, pelan dan,
"sleepp.., slesepp", kepala penisku
yang gundul sudah tidak kelihatan
karena batas di kepala penisku
sudah
masuk ke dalam vagina Melda yang
hangat nikmat itu. Lalu kuperhatikan
sebentar wajahnya, Masih!, dia,
Melda masih pulas saja, hanya
sesaat saja kadang nafasnya agak
sedikit tersendat, "Ehhss.., ehh..,
ss",
seperti orang ngigau. Lalu kucabut
lagi penisku sedikit dan kumasukkan
lagi agak lebih dalam kira-kira
hampir setengahnya, "Akhh.., ahh,
betapa nikmatnya, betapa enaknya
vaginamu Melda, betapa seretnya
lubangmu sayang". Oh, gerakanku
terhenti sebentar, kutatap lagi
wajahnya yang betul-betul cantik
yang mencerminkan sumber seks
yang luar biasa dari wajah mata dan
hidungnya yang agak menekuk
sedikit,.. ohh Melda, betapa
sempurnanya tubuhmu, betapa
enaknya vaginamu, betapa
nikmatnya lubangmu. Oh, apapun
yang terjadi aku akan bertanggung
jawab untuk semuanya ini. Aku
sangat menyayangimu. Lalu
kembali
kutekan agak dalam lagi penisku
supaya bisa masuk lebih jauh lagi ke
dalam vaginanya, "Bleess..,
blessess", "Akhh.., akhh", sungguh
luar biasa, sungguh nikmat sekali
vaginanya, belum pernah selama ini
ada wanita yang mempunyai vagina
seenak dan segurih milik Melda ini.
Ketika kumasukan penisku lebih
dalam lagi, kulihat Melda agak
tersentak sedikit, mungkin dalam
mimpinya dia merasakan kaget dan
nikmat juga yang luar biasa dan
nikmat yang amat sangat ketika
senjataku betul-betul masuk, lagi-
lagi
dia mengerang, erangan nikmat,
erangan sorga yang aku yakin sekali
bahwa melda pasti merasakannya
walaupun dirasa dalam tidurnya.
Akupun demikian, ketika penisku
sudah masuk semua ke dalam
vaginanya, kutekan lagi sampai
terbenam habis, lalu kuangkat lagi
dan kubenamkan lagi sambil
kugoyangkan perlahan ke kanan kiri
dan ke atas dan bawah, gemetar
badanku merasakan nikmat yang
sesungguhnya yang diberikan oleh
vagina Melda ini, aneh sangat luar
biasa, vaginanya sangat menggigit
lembut, menghisap pelan serta
lembut dan meremas senjataku
dengan lembut dan kasih sayang.
Benar-benar vagina yang luar biasa.
Oh Melda, tak akan kutinggalkan
kamu. Lalu dengan lebih semangat
lagi aku mendayung dengan
kecepatan yang taktis sambil
membuat goyangan dan gerakan
yang memang sudah kuciptakan
sebagai resep untuk memuaskan
melda ini. Akhirnya senjataku
kubenamkan habis ke dasar
vaginanya yang lembut, habis
kutekan penisku dalam-dalam.
Aakh,
sumur Melda memang bukan main,
walaupun lubang vaginanya itu kecil
tetapi aneh dapat menampung
senjata meriam milikku yang kurasa
cukup besar dan panjang, belum
lagi dengan urat-urat yang tumbuh
di sekitar batang penisku ini, vagina
yang luar biasa. Lama-kelamaan,
ketika penisku benar-benar
kuhunjamkan habis dalam-dalam
pada vaginanya, aku mulai
merasakan seperti rasa nikmat yang
luar biasa, yang akan muncrat dari
lubang perkencinganku. "Ohh..,
ohh", kupercepat gerakanku naik
turun, dan akhirnya muncratlah air
maniku di dalam vaginanya yang
sempit itu. Aku langsung lemas, dan
segera kucabut penisku itu, takut
Melda terbangun. Dan setelah
selesai, aku segera merapikan lagi.
Celana dalamnya kupakaikan lagi,
begitu juga dengan dasternya juga
aku kenakan lagi padanya. Sebelum
kutinggalkan, aku kecup dulu
keningnya sebagai tanda sayang
dariku, sayang yang betul-betul
timbul dari diriku, dan akhirnya
pelan-pelan kamarnya kutinggalkan
dan pintunya kututup lagi. Aku
masuk lagi ke kamarku, berbaring di
tempat tidurku, sambil
menerawang, aku menghayati
permainan tadi. Oh, sungguh suatu
kenikmatan yang tiada taranya. Dan
Akupun tertidur dengan pulas.
Keesokan harinya seperti biasa aku
bangun pagi, mandi dan siap
berangkat ke kantor, namun ketika
hendak menutup pintu kamar, tiba-
tiba Melda keluar dan tersenyum
padaku. "Mau berangkat Pak?",
tanyanya, aku dengan gugup
akhirnya mengiyakan ucapannya,
lalu kujawab dengan pertanyaan
lagi. "Kok Melda nggak sekolah?".
"Nanti Pak, Melda giliran masuk
siang", akupun tersenyum dan
Meldapun lalu bergegas ke depan
rumah, rupanya mau mencari
tukang bubur ayam, perutnya lapar
barangkali. Taxi kucegat dan aku
langsung berangkat ke kantor.