Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Mulut liang peranakan ibunya
terasa sempit sekali, tapi karena
adanya lendir yang sudah keluar
tadi membuatnya agak licin.
Dengan mendorong pantatnya
kuat-kuat, sebagian kepala
penisnya berhasil masuk dijepit
mulut vagina yang kelihatan rapat
tersebut. Rudi merasakan agak
sedikit pegal di kepala penisnya
karena jepitan kuat muulut
vagina. Sementara ibunya mulai
memperlihatkan kesadaran dari
tidurnya. Sebelum ibunya benar-
benar terjaga, Rudi menekankan
kuat-kuat pinggulnya ke arah
selangkangan ibunya sambil
merebahkan diri diatas tubuh
bugil ibunya. Kemaluannya
dengan cepat menerobos masuk
dengan cepat ke dalam lubang
yang relatif sempit itu. Bunyi
"Prrtt.." nampak keras terdengar
ketika penis besar Rudi
menggesek permukaan liang
senggama ibunya. Bu Ambar
segera terjaga ketika menyadari
tubuhnya terasa berat ditindih
tubuh besar dan kekar anaknya.
Sementara itu kemaluannya juga
agak nyeri dan seperi mau robek
karena dorongan paksa benda
bulat panjang yang yang sangat
besar. Ia merasa
selangkangannya seperti terbelah
oleh benda hangat dan
berdenyut-denyut itu. Perutnya
agak mulas karena sodokan keras
benda itu. Liang peranakannya
terasa mau jebol karena memuat
secara paksa benda besar yang
terasa sampai masuk rahimnya
itu.
Ketika didapatinya anaknya yang
melakukan ini semua
terperanjatlah Bu Ambar.
Secar··············
erusaha mendorong tubuh kekar
anaknya yang mendekap erat di
atas tubuhnya yang tanpa busana
lagi. Kakinya menjejak-jejak kasur
dan pinggulnya ia goyang-
goyangkan dan hentak-hentakkan
untuk melepaskan kemaluannya
dari benda sebesar knalpot
motor. Tapi Rudi makin merasa
keenakan dengan gerakan
meronta-ronta ibunya itu karena
penisnya menjadi ikut
terguncang-guncang di dalam
liang peranakan. Ia merasakan
liang itu terasa sangat hangat dan
berdenyut-denyut memijit
kemaluannya. Tubuh montok
ibunya yang didekap erat terasa
hangat dan empuk.
"Rud apa yang kamu lakukan
pada Ibu, lepaskan, lepaskan..!"
teriak ibunya pelan karena takut
membangunkan Mbok Inah
sambil tetap menggeliat-geliatkan
tubuh montoknya berusaha
melepaskan diri.
"Bu, Rudi ingin dikelonin kayak
dulu lagi," Rudi merengek sambil
makin menekan tubuh polos
ibunya.
"Rud. Ini nggak boleh Rud. Aku
kan ibumu, nak," kata ibunya
yang kini sudah mulai
mengendurkan perlawanannya
yang sia-sia.
Posisinya memang sudah kalah.
Tubuhnya sudah ditelanjangi,
didekap kuat serta kakinya
mengangkang lebar sehinnga
selangkangannya terkunci oleh
benda besar irtu.
"Bu, Rudi pokoknya ingin
dikelonin Ibu. Kalau nggak mau
berarti Ibu nggak sayang lagi
sama Rudi. Rudi mau cari pelacur
saja di pinggir jalan," sahut Rudi
dengan nada keras.
"Jangan, Rudi nggak boleh
beginian dengan wanita nakal.
Nanti kalau kena penyakit kotor,
Ibu yang sedih," kata ibunya
pelan sambil mengusap rambut
Rudi perlahan.
"Ya, sudah karena sudah terlanjur
malam ini, Rudi Ibu kelonin. Tapi
jangan beritahu Bapakmu, nanti ia
bisa marah-marah," sambung
ibunya pelan sambil tersenyum
penuh kasih sayang.
"Jadi Rudi boleh, Bu. Terima ksih
Ya, Bu. Rudi sayang sekali sama
Ibu," kata Rudi sambil mengecup
pipi ibunya.
"Iya, Ibu juga sayang sekali sama
Rudi. Makanya Rudi boleh
sesukanya melakukan apapun
pada Ibu. Yang penting Rudi
nggak mengumbar nafsu ke
mana-mana. Janji, ya Rud," kata
ibunya.
"Iya Bu, Rudi juga nggak mau
sama yang lain karena nggak ada
yang secantik dan sesayang Ibu,"
kata Rudi dengan mengendorkan
dekapan kuatnya sehingga kini
ibunya tidak merasa terlalu berat
lagi menahan beban tubuhnya
yang sudah berat itu.
"Tapi Rudi harus melakukannya
dengan pelan. Sebab punya Rudi
terlalu besar, tidak seperti
biasanya yang sering Bapakmu
masukkan ke dalam punya ibu,"
kata Bu Ambar meminta
pengertian Rudi.
Memang postur tubuh Rudi
mengikuti garis keturunan Bu
Ambar, tidak seperti bapaknya
yang pendek dan kecil.
"Sudah, sekarang punya Rudi
digerakkan pelan-pelan naik-
turun. Tapi pelan ya Rud!"
perintah ibunya lembut pada Rudi
sambil membelai-belai rambut
anaknya penuh kasih sayang.
Kini Rudi mulai menggerak-
gerakkan penisnya naik-turun
perlahan di dalam liang sempit
yang hangat itu. Liang itu
berdenyut-denyut, seperti mau
melumat kemaluannya. Rasanya
nikmat sekali. Kini mulutnya ia
dekatkan ke mulut ibunya. Mereka
pun berciuman mesra sekali,
saling menggigit bibir, berukar
ludah dan mempermainkan lidah
di dalam mulut yang lain. Tangan
Rudi mulai menggerayangi
payudara putih mulus yang
sudah mengeras bertambah liat
itu. Diremas-remasnya perlahan,
sambil sesekali dipiojit-pijitnya
bagian puting susu tang sudah
mencuat ke atas. Tangan Bu
Ambar membelai-belai kepala
anaknya dengan lembut.
Pinggulnya yang besar ia
goyang-goyangkan agar anaknya
merasakan kenikmatan di dalam
selangkangannya. Sementara
vaginanya mulai berlendir lagi dan
gesekan alat kelamin ibu dan anak
itu menimbulkan bunyi yang
seret-seret basah. "Prrtt.. prrtt..
prrtt.. ssrrtt.. srrtt.. srrtt.. pprtt..
prrtt.."
Penis besar anaknya memang
terasa sekali, membuat
kemaluannya seperti mau robek.
Vaginanya menjadi membengkak
besar kemerah-merahan seperti
baru melahirkan. Membuat
syaraf-syaraf di dalam liang
senggamanya menjadi sangat
sensirif terhadap sodokan kepala
penis anaknya. Sodokan kepala
penis itu terasa mau membelah
bagian selangkangannya. Belum
lagi urat-urat besar seperti cacing
yang menonjol di sekeliling
batang kemaluan anaknya
membuat Bu Ambar merasakan
nikmat. Meski agak pegal dan
nyeri tapi rasa enak di
kemaluannya lebih besar. Ia
merasakan seperti saat malam
pertama. Agak sakit tapi enak.
Lendirnya kini makin banyak
keluar membanjiri kemaluannya,
karena rangsangan hebat pada Bu
Ambar. Ketika Rudi
membenamkan seluruh batang
kemaluannya, Bu Ambar
merasakan seperti benda besar
dan hangat berdenyut-denyut itu
masuk ke rahimnya. Perutnya kini
sudah bisa menyesuaikan diri
tidak mulas lagi ketika saat
pertama tadi anaknya menyodok-
nyodokkan penisnya dengan
keras.
Bu Ambar kini mulai menuju
puncak orgasme. Vaginanya
mulai menjepit-jepit dengan kuat
penis anaknya. Kakinya
diangkatnya menjepit kuat
pinggang anaknya dan tangannya
menjambak-jambak rambur
Aanaknya. Dengan beberapa
hentakan keras pinggulnya,
muncratlah air maninya dalam
lubang kemaluannya menyiram
dan mengguyur kemaluan
anaknya. Setelah itu Bu Ambar
terkulai lemas di bawah tubuh
berat anaknya. Kakinya
mengangkang lebar lagi pasrah
menerima tusukan-tusukan
kemaluan Rudi yang semakin
cepat. Tangannya menelentang,
memperlihatkan bulu ketiaknya
yang tumbuh subur lebat dan
panjang. Mengetahui hal itu Rudi
melepaskan kulumannya pada
mulut ibunya agar ia bisa
bernafas lega. Bu Ambar tampak
terengah-engah seperti baru lari
maraton. "Ibu sudah tua, Rud.
Nggak kayak dulu lagi bisa tahan
sampai lama. Tenaga dan kondisi
fisik Ibu tidak sekuat dulu lagi.
Jadi, Ibu tidak bisa mengimbangi
kamu," bisik ibunya sambil
mengatur napas. Keringat Bu
Ambar nampak bercucuran dari
sekujur tubuhnya membuat
hawa semakin hangat.
Tanpa merasa lelah Rudi terus
memacu penisnya dan sesekali
menggoyang-goyangkan
pinggulnya. Sepertinya ia ingin
mengorek-ngorek setiap sudut
jalan bayi yang dulu dilaluinya.
Suara bunyi becek makin keras
terdengar karena liang itu kini
sudah dibanjiri lendir kental yang
membuatnya agak lebih licin. Bu
Ambar mulai merasakan pegal
lagi di kemaluannya karena
gerakan anaknya yang bertambah
liar dan kasar. Tubuhnya ikut
terguncang-guncang ketika Rudi
menghentak-hentakkan
pinggulnya dengan keras dan
cepat. "Plok.. plokk.. ploll..
plookk.. crrpp.. crrpp.. crrpp..
srrpp.. srrpp.." Bunyi keras
terdengar dari persenggamaan
ibu anak itu. "Rud pelan, Rud..!"
desis ibunya sambil meringis
kesakitan. Kemaluannya terasa
nyeri dan pinggulnya pegal
karena agresivitas anaknya yang
seperti kuda liar. Rudi yang
merasakan dalam
selangkangannya mulai
terkumpul "bom" yang mau
meledak tidak menyadari ibunya
sudah kewalahan, malahan terus
mempercepat gerakannya.
Bu Ambar hanya bisa pasrah
membiarkan dirinya diperlakukan
seperti itu. Ia tidak ingin
mengganggu kesenangan
anaknya. Baginya yang lebih
penting hanyalah bisa
memberikan tempat penyaluran
kebutuhan biologis yang aman
dan nyaman untuk anak yang
disayanginya. Kakinya menjejak-
jejak kasur dan pinggulnya yang
besar disentak-sentakkannya
perlahan untuk mengimbangi
rasa nyeri dan pegal. Napasnya
mendesah-desah seperti orang
kepanasan habis makan cabai dan
tangannya menjambak rambut
anaknya. Kini Rudi sudah
mencapai orgasme. Dipagutnya
leher jenjang ibunya dan
ditekankannya badannya kuat-
kuat sambil menghentakkan
pinggulnya keras berkali-kali
membuat tubuh ibunya ikut
terdorong. Muncratlah air mani
dari penisnya mengguyur rahim
dan kemaluan ibunya. Karena
banyaknya sampai-sampai ada
yang keluar membasahi
permukaan sprei.
Sementara Bu Ambar merasakan
tulang-tulang di daerah
pinggulnya seperti rontok, karena
sodokan bertenaga dari anaknya.
Tapi ia bahagia karena anaknya
bisa mendapatkan kepuasan dari
tubuhnya yang sebenarnya
sudah tua. Rudi akhirnya terbujur
lemas di atas tubuh ibunya
dengan keringat bercucuran
membasahi tubuh keduanya.
Dikecupnya lembut bibir ibunya.
"Bu, terima kasih, yaa. Rudi
sayang sekali dengan Ibu," bisik
Rudi terengah-engah mengatur
napasnya kembali. "Ibu juga,
sayang," desah Bu Ambar pelan
sambil membelai rambut anak
semata wayangnya.