Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Hari ini hari minggu, di siang hari
yang pana di sudut kota Surabaya,
aku sedang berkejaran dengan
waktu dan bus kota. Peluh mengalir
membasahi wajah dan baju, dalam
hatiku aku bertekad untuk tidak
datang terlambat hari ini. Penting
bagiku untuk dating tepat waktu hari
ini, sebab aku tidak ingin
mengecewakan dosen yang sudah
berulang kali memarahiku. Entah
kenapa hari ini semuanya tampak
tidak bersahabat denganku.
Terminal bus yang terlalu ramai
dengan orang-orang seolah-olah
mengatakan bahwa aku harus
datang lebih awal lagi jika tidak ingin
terlambat.
"Aku akan datang tepat waktu hari
ini atau tamatlah sudah semua
persiapan pada hari ini," selorohku
dalam hati.
Bus yang kutunggu akhirnya dating
juga, namun kayaknya hari ini lebih
penuh dari biasanya, aku bergegas
berdesakan dan masuk ke dalam bis
tanpa ac yang baunya bercampur-
campur antara bau keringat yang
tengik dan bau penumpang yang
tidak mandi hari ini kurasa. Tapi
dengan membulatkan tekad
akhirnya aku berhasil naik dan
seperti sudah di duga aku tidak
mendapatkan tempat duduk hari ini.
"Hmm, pasti ada pria tampan yang
mau memberikan tempat duduk
kepada gadis manis hari ini," pikirku
samil menoleh kiri dan kanan
mencari pria yang dimaksud.
Namun akhirnya aku harus berdiri
sampai bus berhenti di depan
falkutasku. Oh My God! Aku
terlambat lagi hari ini. Kali ini
keterlaluan sekali terlambat sampai
30 menit, mana hari ini ada tes kecil
lagi. Aku langsung berlari kencang
setelah membayar ongkos bus ke
pak kondektur. Rok lipit-lipit warna
senada yang kupakai berkibar-kibar
seolah ingin protes dengan
kecepatan lariku. Ada seorang
mahasiswa yang hampir kutabrak
langsung berteriak "Sinting!!" tapi
aku tak pedulu dan terus berlari.
Payudara ku yang berukuran 36 B,
dibungkus dengan BH merah merek
Pierre Cardin tampang terguncang-
guncang naik turun dengan
semangatnya, ya memang
potongan BH sedikit rendah dan
kemeja yang kupakai agak longgar
sehingga aku merasa seperti BH nya
mau melorot kebawah.
Aku terus berlari dan menaiki anak
tangga ke ruang kuliahku yang di
lantai 4. Aku berkuliah di sebuah
universitas swasta yang cukup
punya nama di Surabaya. Sambil
terus berlari aku kembali berpapasan
dengan beberapa cowok yang
sedang duduk-duduk di tangga
sambil bercakap-cakap. Mereka
bersuit-suit melihat aku berlari,
bagiku itu justru menambah
semangatku. Dengan Sepatu hak
tinggi berwarna hitam menyala
setinggi 6 cm tidak mengurangi
kegesitan ku. Aku sudah berada di
ujung tangga ketika kusadari para
cowok kurang ajar itu mungkin
mengintip dari bawah tangga.
"Sialan!!" umpatku dalam hati,
mereka pasti tahu aku mengenakan
celana dalam merah hari ini.
Akhirnya dengan segala perjuangan
aku akhir sampai ke depan ruangan
kelas, aku kemudian mengetok
pintu, masuk dan langsung ke
bangku yang masih kosong di
belakang.
Aku masih terengah-engah ketika
Pak Eko, demikian nama dosenku,
meneriaki namaku dengan keras.
"YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH
JAM BERAPA???," aku sampai
meloncat kaget mendengar teriakan
itu.
"AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,"
aku mengumpat dalam hati
kemudian dengan berat langkah
menuju ke depan kelas.
Aku berdiri di depan kelas
menghadap anak-anak yang tiba-
tiba menjadi ramai seolah di depan
kelas ada sesuatu yang aneh. Pak
Eko menatapku dengan dingin,
matanya seolah ingin menjelajahi
tubuhku, napasku masih sangat
terengah-engah dan akibatnya
payudaraku bergerak naik turun
seiring dengan napas ku. Kemeja
putih yang aku pakai memang agak
longgar tapi terbuat dari kain yang
cukup tipis, sehingga samar-samar
pasti terlihat warna BH ku yang
menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku
langsung mengecek ke bawah
untuk melihat apakah pakaian yang
aku pakai harus ditata jika tidak
semestinya,
"Semuanya tampak rapi," pikirku
cepat.
"Haah, ternyata ada noda keringat
basah yang tampak seperti bunga di
kedua sisi ketiakku. Shit!!" kataku
dalam hati.
"Maaf Pak Eko hari ini saya terlambat
karena bus sangat lama datangnya,"
aku berkata cepat namun berusaha
untuk tidak memicu kemarahannya.
"Ya, saya tahu tapi hari ini kita
sedang tes, dan kamu tahu
aturannya kan bahwa ikut tes ini
merupakan kewajiban sebelum UAS
atau kamu tidak akan lulus pelajaran
saya jika tidak mengikuti tes ini,"
jelas Pak Eko tegas.
"Kamu setelah kuliah ini harap
menemui saya di kantor, kamu
harus ikut tes susulan atau kamu
tidak akan pernah lulus," lanjutnya.
"Ya pak," jawabku cepat.
Mata kuliah Pak Eko merupakan
suatu mata kuliah yang sangat
penting untuk mengambil mata
kuliah lain karena tercantum hampir
dalam setiap prasyarat mata kuliah
lain. Dengan tidak lulus mata kuliah
ini kemungkinan semester depan
aku hanya dapat mengambil 1 mata
kuliah saja yang lain semua terkena
prasyarat.
"Aku anak yang bertekad baja, aku
harus lulus mata kuliah ini!!," tekadku
dalam hati.
Pak Eko, umur 32 tahun, perawakan
besar tinggi dan berkumis, kulitnya
agak sawo matang tapi cukup putih
untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah
cerai dengan istrinya dan sekarang
hanya tinggal sendirian di salah satu
kawasan elit di Surabaya,
sebenarnya Pak Eko orang kaya dia
punya usaha sampingan Rumah
Walet di beberapa tempat. Tidak
jelas mengapa ia mau menjadi
dosen yang bayarannya hanya
beberapa juta sebulan. Yang jelas
orangnya ramah dan punya banyak
teman. Teman saya pernah
memergoki pak Eko di salah satu
pub elit bersama temannya setelah
di tanyai katanya urusan bisnis.
Oh ya, namaku Yessy, aku cewek
berusia 20 tahun. Sekarang kuliah
semester 3 jurusan ekonomi,
tubuhku langsing tapi berisi.
Rambutku sebahu dan lurus seperti
iklan yang di re-bonding itu lho.
Banyak orang bilang aku cantik dan
bukan saja orang hanya bilang, tapi
aku sendiri bekerja paruh waktu
sebagai SPG di berbagai tempat dan
juga sebagai pagar ayu. Pokoknya
untuk urusan pamer wajah dan
badan aku pasti di ajak. Bukan apa
apa sebenarnya, tetapi memang
itulah kelebihanku. Aku punya
banyak teman cowok maupun
cewek aku orang yang pintar
bergaul atau memang aku cantik
sehingga banyak di kerubungi
cowok yang sekedar senang atau
memang menginginkan sesuatu,
bukan hanya cantik lho, tapi juga
seksi.
Dadaku cukup padat berisi dan
sesuai dengan postur tubuhku yang
tinggi 162 cm dan berat 50 Kg,
Kukira itu ukuran ideal yang di
inginkan setiap wanita. Walaupun
aku orang nya sering berada
dimuka umum tapi aku sebenarnya
agak pemalu, aku tidak berani
berbicara sambil menatap mata
orang, hanya kadang-kadang aku
harus PeDe karena di bayar untuk
itu. Tentu bukan hanya payudara ku
saja yang indah, kulitku juga putih
dan betisku mulus menantang
setiap mata yang mampu
menjelajahinya. Aku rajin
merawatkan tubuh di berbagai salon
kecantikan karena menurut bosku
supaya lebih bernilai jual, entah apa
maksudnya. Mungkin supaya
penjualan produknya semakin besar
atau supaya sering dipakai jadi SPG.
"Yessy, hari ini bapak tidak sempat
ke kantor lagi karena ada urusan
penting yang tidak bisa di tunda.
Kalau kamu betul pingin ikut tes ini,
nanti hubungi bapak agak sore ya.
Kalau lain kali bapak sudah enggak
bisa kasih tes lagi, atau kamu
mengulang aja tahun depan ya?"
ucapan Pak Eko membuyarkan
lamunan ku.
Ternyata di kelas tinggal aku
sendirian. Entah sejak kapan bubar,
kayaknya aku terlalu banyak
melamun hari ini.
"Saya mau lulus semester ini pak,
bagaimana kalau bapak tidak sempat
nanti sore saja tes nya bahkan kalau
di rumah bapak sekalipun saya
bersedia yang penting bapak mau
meluangkan waktu untuk saya"
kataku gugup karena pikiranku baru
terputus dan kacau.
"Kamu tahukan nomor HP bapak
kan? Ya sudah nanti sore bapak
tunggu ya," Lanjut pak Eko cepat
langsung bergegas pergi.
SubChapter 1b. Ketika semuanya di
awali dengan 'manis'
Sudah jam empat sore ketika
rangkaian kuliah hari ini selesai, aku
tidak sempat pulang lagi, sambil
melirik jam guess di tangan kiriku,
janjiku dengan Pak Eko adalah jam
4.15 aku harus bergegas sebelum
terlambat lagi, tidak usah melapor ke
rumah lagi tokh tidak ada orang di
rumah ku. Aku tinggal sendiri
karena aku sebenarnya bukan orang
Surabaya, aku anak luar pulau, aku
tinggal sendirian di rumah kontrakan
kecil yang tetangganya pun aku
tidak berapa kenal. Keberanianku
tinggal sendirian semata karena
tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku
memang cewek bertekad baja.
"Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak
Eko biar tidak terlambat" pikirku.
Benar juga tidak sampai 10 menit
aku sudah berdiri di depan sebuah
rumah mewah berlantai 2 Pak Eko
juga kebetulan baru pulang
sehingga kami sama-sama masuk
ke rumah. Pak Eko kemudian
meminta waktu untuk mandi
sebentar dan mempersilakan saya
duduk di sofa berbulu putih yang
tampaknya mahal. Begitu pak Eko
hilang dari pandangan mataku aku
berdiri dan melihat-lihat sekelililing.
Aku terkagum-kagum melihat
koleksi lukisan pak Eko yang indah-
indah. Tiba-tiba ada geraman di
belakangku, entah dari mana
datangnya tapi dua ekor doberman
besar sudah ada di belakangku
dalam jarak kurang dari satu meter.
Doberman-doberman tersebut
cukup besar dan tinggi. Mereka
mulai menggeram-geram dan maju
perlahan. Aku takut sekali tapi aku
tidak berani lari karena pasti di kejar
dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke
dinding dan diam mungkin anjing
itu akan menganggap aku bukan
ancaman dan pergi. Aku merasa
mereka makin mendekat mungkin
hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin
berteriak tapi takut mereka jadi
tambah galak lagipula pak Eko
kemungkinan tidak mendengar dari
kamar mandi. Aku cuma menutup
mata dan berharap yang indah-
indah.
Dalam kegelapan tiba-tiba semua
hening, anjing-anjing itu pasti sudah
pergi, aku mencoba membuka mata
dan menoleh ketika tiba-tiba terasa
napas hangat di... Astaga!! di bagian
atas belakang lutut. Salah satu
doberman itu sudah begitu
dekatnya sehingga napasnya dapat
di rasakan pada kulitku yang mulus
itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian
belakang pahaku, semakin lama
semakin ke atas. Aku mulai merasa
geli tapi tidak berani bergerak
sedikitpun, jilatan itu menjadi
semakin liar seolah-olah pahaku ada
rasanya, yah.. mungkin bau dari
kemaluanku, dan keringat yang
mengering. Aku pernah menonton
TV yang mengatakan bahwa
binatang suka tertarik dengan bau
kelamin lawan jenisnya sebelum
memulai hubungan seks. Jilatan itu
semakin naik sampai ke sela-sela
paha bagian belakang dan mulai
mengenai celana dalamku.
"Ooohh, celana dalamku pasti basah
nih" pikirku.
Ludahnya terasa sekali banyaknya
dan hangat serta geli. Aku mulai
merasa terangsang karena jilatan itu.
Doberman tersebut semakin
bersemangat. Kayaknya ia tertarik
dengan celana dalam merahku
karena ia sudah tidak menjilati paha
lagi tapi sudah menjilat celana
dalamku. Kurasakan kemaluanku
basah karena cairan kemaluanku
sendiri deras mengalir seiring
dengan ekstasi kenikmatan yang aku
rasakan.
Aku tiba-tiba terpikir bagaimana
kalau celana dalamku di korbankan
saja ke anjing itu, tapi bagaimana
dengan anjing satunya yang
menonton bagaimana kalau ia mau
juga tapi kayaknya, oh syukur lah,
hanya tinggal seekor saja. Aku
memberanikan diri untuk
mengangkat rok dan melucuti
celana dalamku. Anjing itu menurut
aja untuk menunggu seolah sudah
tahu kalau celana dalam itu akan
menjadi mainannya. Ia mundur dan
membiarkan aku melucuti celana
dalamku. Celana itu meluncur turun
dengan cepat dan kulempar yang
jauh. Tak disangka anjing itu
langsung mengejar celana dalam itu
dan memberi aku tempat kosong
dan waktu untuk lari. Aku langsung
lari dan mencari tempat yang aman.
"Harus tempat yang tidak dapat di
jangkau anjing tersebut," Pikirku
cepat.
Kulihat di kebun belakang ada
bangunan menyerupai air mancur
dan letaknya cukup tinggi tapi harus
dipanjat sedikit. Aku langsung lari
kesana dan memanjat lalu berdiri
diatasnya. Akhirnya aman juga,
begitu pak Eko selesai mandi aku
langsung berteriak minta tolong.
Anjing itu juga tampaknya sibuk
dengan celana dalamnya, sudah
hampir di telan dan di gigit-gigit.
"Harganya Rp 200.000, mati aku,
baru beli lagi," pikirku.
Tiba-tiba aku panik bagaimana
menjelaskan semua ini ke pak Eko
ya? Lagipula sekarang ia harus turun
dibantu oleh pak Eko karena tidak
mungkin dia meloncat ke bawah,
Bagaimana kalau kelihatan dari
bawah oleh pak Eko kalau aku tidak
mengenakan celana dalam? Atau
haruskan dia berterus terang saja
tokh pak Eko juga akan tahu kalau
aku tidak pakai celana dalam?
Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam
rumah dan berkata "Lho Yessy,
kamu kok di atas sana?"
"Menghindari anjing bapak"
jawabku.
"Anjingnya sudah bapak usir keluar
ayo bapak bantu turunin kamu" kata
pak Eko sembari maju mendekati.
"Saya bisa sendiri kok saya lompat
aja" jawabku lagi.
Aku ogah ketahuan kalau enggak
pakai celana dalam. Pak Eko
bersikeras mau membantu aku
turun jadi dia pergi mengambilkan
kursi untukku. Akhirnya sampai
juga di bawah lagi sekarang tinggal
mengambil celana dalam itu yang
pasti sudah di tinggalkan anjingnya
di lantai. Mataku langsung cepat
menyapu lantai mencari benda itu
sebelum terlihat pak Eko. Aku
sedang sibuk memeriksa lantai
ketika pak Eko datang lagi sambil
berkata,
"Ini punyamu ya?" ditangannya
terjulur sebuah celana dalam merah
ku yang sudah basah kuyup dan
penuh gigitan. Ini sangat
memalukan masak celana dalam
saya di pegang pak Eko terus basah
lagi.
"Iya pak, semua itu gara-gara anjing
bapak, terima kasih pak," jawabku
gugup sambil menyambar benda
itu dari tangan pak Eko.
"Nanti bapak ganti deh, maafkan
anjing bapak" kata pak Eko sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
Berdiri di depan pak Eko dengan rok
sependek ini dengan kenyataan tidak
mengenakan celana dalam
membuatku terangsang lagi. Cairan
kemaluanku pasti menetes ke lantai
nih, "Oohhh aku sudah tidak tahan
lagi" pikirku dalam hati.
Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik
cairan menetes kelantai di iringi tetes
berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh
pak Eko yang kebetulan sedang
menunduk.
"Oh, kamu pingin pipis ya? Itu ada
kamar mandi. Bapak tidak punya
celana dalam wanita buat gantinya
tapi kalau mau bapak ngajak kamu
ke mal untuk beli gantinya
sekarang," tawar pak Eko.
Saya tidak menjawab langsung aja
ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko
memandangku sampai aku masuk
ke kamar mandi.
"Bapak-bapak boleh keluar
sekarang" ucap pak Eko.
Tampak dari sebuah ruangan
sebelah yang dibatasi kaca cermin 1
arah keluarlah beberapa orang laki-
laki setengah baya. Salah satu dari
mereka tampaknya kaya dan
peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia
businessman yang sukses.
Sedangkan yang lain kelihatan
adalah kaki tangannya.
"Pak Bobi, bagaimana anjing saya
pak? Anjing ini khusus di latih di
Eropa untuk meniduri wanita yang
ditemuinya sangat hebat dan ahli di
bidangnya. Tawaran saya 750 juta
masuk akal sekali kan pak?" jelas Pak
Eko.
"Seperti yang telah bapak saksikan
sendiri dia dari belakang cermin tadi,
anjing-anjing tersebut mampu
mendekati dan melakukan inisitiaf
sendiri, mereka bisa mencium bau
kemaluan wanita dari jarak berkilo-
kilo jika bapak mau pun dia bisa
berhubungan seks dengan wanita
tanpa perlu di bimbing asal wanita
tersebut tidak melawan dan
telanjang," lanjut pak Eko jelas.
"Okelah kita deal aja yang penting
kamu harus kasih saya 1 show
sebagai complimentary dan
sekaligus melihat kemampuannya,"
Pak Bobi berkata sambil menepuk
pundak pak Eko, "Dan saya mau
wanita tadi yang dipergunakan
dalam show itu, dia tampak putih
dan merangsang serta seksi saya
suka dia," lanjut pak Bobi.
Pak Bobi langsung pamit dan keluar
di depan sudah menunggu sebuah
BMW seri 7 terbaru berwarna hitam
gress dengan supir yang berpakaian
putih-putih. BMW itu melaju cepat
meninggalkan kediaman pak Eko.
Sementara itu Yessy sudah selesai
mencuci dan mengelap kering
kemaluannya yang basah akibat
jilatan anjing tersebut. Celana dalam
itu tidak jadi dipakai kembali karena
jijik dengan ludah dan lendir dari
anjing terebut, ia bahkan akan
membuangnya jika sudah dapat
yang baru. Tentu saja ia suka
dengan ucapan pak Eko yang
berjanji untuk menggantinya
dengan yang baru. Ia keluar dengan
rok tanpa celana dalam. Terasa
dingin karena angin bertiup di
bawah kemaluannya. Ide mengenai
jalan-jalan di mal tanpa mengenakan
celana dalam cukup memalukan
rasanya apalagi lelaki yang
menemaninya mengetahui hal itu.
Tapi tidak ada pilihan lain demi tes
yang harus di kerjakan hari ini. Demi
kelulusan yang dia cita-citakan
selama ini.
Pak Eko menghampiri dia sambil
membawakan segelas besar juice
leci yang tampaknya enak dan
dingin.
"Sebagai rasa bersalah saya ini
hidangan sekadarnya, maaf kalau
tidak ada makanan, nanti keluar
makan aja sekalian sekarang di
minum dulu lalu saya tunggu di
mobil" tukas pak Eko.
Aku minum dengan cepat sampai
tumpah sedikit di kemejaku tepat di
bagian payudara sebelah kiri rasa
dingin langsung menyergap ke
dalam. Aku tidak sempat ke kamar
mandi lagi langsung kulap saja pakai
tangan dan berlari ke mobil yang
sudah menunggu di depan.
SubChapter 1c. Di mal, permainan di
mulai.
"Kamu ulang aja tahun depan ya"
ucapan pak Eko membuyarkan
keheningan di mobil, "Maaf walau
ada kejadian tadi tapi semuanya kan
berawal dari keterlambatan kamu"
lanjutnya.
"Saya harus lulus apapun caranya"
pintaku. Apapun caranya.
"Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di
mal ok, kan kamu bilang apapun
caranya" tawar pak Eko.
"Ok" kataku cepat seolah tidak ingin
dia berubah pikiran.
Begitu turun dari parkir aku
langsung berjalan menuju
department store sementara pak
Eko ikut di belakangku. Pak Eko
mengisyaratkan agar Yessy
mengikuti dia dan seolah sudah tahu
jalan pak Eko langsung menuju ke
tempat penjualan underwear di
department store tersebut. Agak
kagum namun di telan aja
kekaguman itu, perhatian Yessy
tertuju di setumpuk celana dalam
yang bermerek sama dengan BH
nya saat ini. Ia sudah
menemukannya ketika seorang
pelayan mengatakan bahwa celana
dalam tersebut boleh di coba di
kamar pas. Hal itu sedikit aneh
bukan? Seharusnya celana dalam
tidak boleh di coba? Ah tapi persetan
dengan keanehan itu yang penting
aku sekarang sudah kedinginan dan
sudah mulai terangsang lagi.
Kamar pas itu pas di sudut dengan
cermin di dua sisi. Agak sempit tapi
cukup terang berlantai karpet. Ia
mengunci pintu dengan baik dan
mulai membuka roknya. Tampak
kemaluannya menyembul sedikit
berwarna kemerahan dan tampak
basah mengkilap dibawah siraman
lampu. Ia mengangkat sebuah
kakinya ke atas sebuah dudukan
yang ada di ruang ganti tersebut
sambil memeriksa kemaluannya
yang basah. Rambut kemaluannya
nampak cukup lebat dan subur
sekali. Kemaluannya memiliki bibir
yang mungil yang mampu
mengundang semua "kumbang"
untuk berduyun-duyung
mengerubunginya. Bukan hanya
"kumbang" bahkan mungkin
kumbang juga akan berduyun-
duyun mengerubunginya, mungkin
siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan
sangat khas sekali setiap cewek bisa
mempunyai bau yang berbeda
namun seorang yang ahli dapat
tetap membedakan mana bau dari
kemaluan mana bau dari ketiak.
Setelah di usap-usap sampai tampak
kering barulah ia mengenakan
celana dalam tersebut. Astaga celana
dalam itu seksi sekali di pinggulnya,
kenapa tidak terpikir dari dulu ya?
Dia berputar-putar sejenak untuk
memastikan semuanya benar dan
melangkah keluar tanpa
membukanya lagi. Sampai di depan
tampak pak Eko lagi bercakap-cakap
dengan sang pelayan tersebut. Pak
Eko memberi kode apakah cocok
dan ia mengiyakan, selanjutnya
uang pun berpindah tangan ke laci
kasir.
"Sekarang ayo kita makan sebelum
tes di mulai" perintah pak Eko sambil
menggandeng tanganku, reflek aku
menarik tanganku tapi kembali di
pegang pak Eko kali ini agak keras
sehingga aku takut dan menurut aja
tokh habis ini selesai sudah.
Kami makan di sebuah café yang
memiliki kursi sofa berbentuk L dan
tampak sangat private mungkin
karena suasana café yang agak
remang-remang dan orang yang
tidak banyak mungkin hanya 3 meja
yang ada penghuninya kebanyakan
adalah pasangan muda. Kami
memilih meja di sudut dan mulai
memesan makanan. Pak Eko
memesan steak ayam dengan
segelas nescafe dan aku memesan
salad semangka, nasi goreng special
dan Lemon Tea. Aku betul-betul
lapar sehingga begitu di tawari
makanan ini aku mengangguk aja.
Aku sedang menunggu pesanan
ketika tiba-tiba aku merasa ada
tangan di bawah rokku.
Tangan pak Eko yang kasar meraba
pahaku yang mulus. Aku mau
berteriak tapi tidak enak kalau Cuma
pak Eko tidak sengaja benar kan.
Aku memandang pak Eko ketika
tiba-tiba pak Eko menciumku. Aku
langsung kaget dan mundur sambil
berkata
"Maaf, Bapak jangan begitu" tapi pak
Eko membalas dengan mengatakan
bahwa tes nya akan saya beri
sekarang.
Tiba-tiba terpikir bahwa bisa saja tes
di ganti dengan pelukan dan kencan
kilat seperti yang biasa di halalkan di
kalangan dosen tertentu. Ah
menurut sajalah. Tangan Pak Eko
mulai merajalela dan semakin ke
atas meraba daerah kemaluanku.
Kontan aku basah lagi karena
merasa nikmat dan geli, aku mulai
menuruti permainan pak Eko ketika
aku tersadar kami sedang ada di
mal, didalam café dan sedang
menanti makanan, dan mungkin
saja ada orang yang melihat. Saya
berusaha memberitahu dan melihat
kalau-kalau ada yang melihat tapi
sia-sia. Jari pak Eko sudah berada di
dalam celana dalamku di gosok-
gosokan ke kemaluanku yang
basah. Rangsangan yang diberikan
semakin hebat aku mulai tenggelam
dan merintih nikmat.
Tiba-tiba Pelayan entah bagaimana
sudah ada di dekat situ. Bagaimana
kalau dia melihat kami berciuman?
Ah itu sudah jelas dan mungkin
lumrah. Tapi bagaimana kalau ia
melihat tangan pak Eko berada di
bawah rok ku? Tiba-tiba semua
kembali biasa lagi pak Eko dan aku
menerima makanan kami dan
mengucapkan terima kasih. Pelayan
itu meninggalkan kami sesaat
kemudian. Pak Eko kemudian
menunjukan jarinya yang basah
oleh lendir kemaluanku. Basah sekali
sampai aku kaget dan malu apa iya
aku jadi sebasah itu. Lendir itu betul
berbau khas ketika di dekatkan ke
hidungku. Aku malu sekali belum
pernah semalu ini di depan umum.
Apalagi ketika pak Eko mencium bau
lendir tersebut dekat hidungnya.
Dunia rasanya mau runtuh aja.
Tiba-tiba pak Eko tersenyum dan
menatapku dan berkata kamu lulus
tes nomor satu.
Tiba-tiba entah kenapa aku pingin
pipis setelah selesai makan,
mungkin karena cairan yang aku
minum terlalu banyak sejak tadi.
Aku mengatakan hal itu kepada pak
Eko dan meminta izin kebelakang.
Pak Eko mempersilakan aku
langsung lari ke kamar mandi
terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku
disana kamar mandinya sedang out
of order karena mungkin sedang di
bersihkan, aku tidak menyerah dan
naik ke lantai berikutnya yang ini
juga out of order. Sementara otot
lubang kencingku mulai berteriak-
teriak seperti lagi kebakaran,
"Tolong kucurkanlah airnya, siram
api itu" kalau andaikata otot tersebut
bisa bicara.
Sepertinya kencingnya sudah
diujung mau meluncur keluar ketika
aku sedang menaiki eskalator ke
lantai berikutnya, disini malah kamar
mandinya tidak ada. Akhirnya
dengan langkah gontai dan
menahan pipis yang semakin
mendesak aku kembali ke café
dengan harapan pak Eko
mengetahui letak toilet yang lain. Pak
Eko masih minum kopi ketika aku
sampai dan langsung duduk
kembali.
"Semua toilet rusak pak" jawabku
putus asa.
"Buka saja celana dalammu dan
pipis disini" kata pak Eko ringan
seolah-olah jawaban itu sangat
bijaksana.
Wajahku memerah seketika
mendengar jawaban itu, malu
rasanya saking hebatnya sampai-
sampai pipisku muncrat sedikit.
"Bagaimana mungkin pak" Jeritku
pelan,
"Buka dulu celana dalam kamu dan
taruh di atas meja" perintah pak Eko.
Hatiku langsung berdegup kencang
dan wajahku menjadi semakin
merah. Tapi aku takut dan mengikuti
aja pak Eko. Aku mengangkat rokku
sedikit dan melucuti celana dalam ku
sambil duduk sambil berharap
cemas tidak ada orang di café itu
yang tahu. Celana dalam itu
kuserahkan ke pak Eko yang
kemudian di taruh di atas meja.
Selanjutnya aku menunggu instruksi
pak Eko. Pak Eko mengambil gelas
kosong bekas lemon tea yang tadi
kuminum dan menyodorkannya ke
aku, sambil berkata,
"Kamu pipis aja ke gelas ini, tokh
tidak ada yang tahu kalau itu lemon
tea atau pipis kamu".
Hatiku langsung copot mendengar
perintah itu. Tapi ya mungkin itu
satu-satunya jalan. Meja tempat
kami duduk bukan tipe tertutup
cuma saja karena kursi sofa
sehingga posisi meja menutupi ku
sampai batas dada dan juga meka
tersebut cukup lebar Ya cukup
tertutup dan rendah sehingga orang
tidak mudah melihat apa yang
terjadi di bawah meja tapi kalau ada
yang menjulurkan kepala di bawah
meja pasti akan terlihat pemandagan
indah.
Aku menerima gelas tersebut
dengan tangan gemetar selanjutnya
aku memposisikan duduk ku ke
ujung kursi agar bisa meletakan
gelas di bawah kemaluanku. Aku
tidak berapa jelas dimana posisi
gelas apakah sudah tepat atau
belum yang pasti aku harus
membuka paha agak lebar, tangan
kanan ku memegang gelas dan
tangan kiri ku membuka bibir
kemaluanku lebar-lebar, gelas
kuposisikan tepat di mulut bibir
kemaluanku dan tiba-tiba pak Eko
berkata,
"Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari
saya, dan jangan pipis terlalu kuat
bunyinya itu lho bisa memancing
perhatian orang,"
Saya kemudian memandang
sekeliling tampak ada beberapa laki-
laki yang duduk berhadapan tapi
tidak memperhatikan kami.
Andaikata mereka menundukan
badan kebawah sudah pasti mereka
melihat jarak meja kami Cuma 1,5
meter saja. Mereka tepat
berhadapan dengan kami, tadinya
mereka tidak ada entah kenapa bisa
berada di situ.
"Oke Yessy, kalau sudah siap saya
hitung sampai 3 dan kamu mulai
pipis, 1.. 2.. 3" demikian aba-aba dari
pak Eko.
Aku pipis dengan perlahan tapi
stabil, muncratan pertama agak
keluar dan membasahi jariku dan
mungkin juga lantai, tapi begitu pipis
keluar lancar sudah tidak tumpah
lagi. Aku betul-betul sudah tidak
tahan lagi terlambat semenit pasti
aku sudah pipis di kursi sofa
tersebut. Tiba-tiba pak Eko
memanggil pelayan di meja sebelah,
aku baru mengeluarkan 1/3 dari
seluruh kencingku, ketika pelayan
tersebut dengan sigap mendatangi
mejaku.
Tiba-tiba aku sadar celana dalamku
sudah tidak ada di atas meja. Celana
dalam tersebut berada 1/2 meter di
depan mejaku siapapun yang
mengambilnya akan tahu aku
sedang pipis ke dalam sebuah gelas,
dan dia pasti akan mendapatkan
pemandangan yang sangat indah.
Bibir kemaluan yang terbuka, gelas
yang berisi separuh cairan pipis
kekuningan, dan lubang kemaluan
yang memancarkan pipis
kekuningan, pertunjukan yang
cukup indah bukan hanya untuk
kelas café,
"Tolong ambilkan celana nona ini
jatuh di depan itu pak" pak Eko
meminta tolong pelayan untuk
mengambil celana dalam yang jatuh
di depan meja kami.
Pelayan itu membungkuk dan
mengambil celana dalam itu. Semua
terjadi begitu cepat sampai aku tidak
sempat menghentikan kegiatan ini.
Dalam hati aku mau pingsan aja,
pasti pelayan itu melihat aku pipis,
oh tidak, pelayan itu kemudian
berdiri dan sambil tersenyum
sambil menyodorkan celana dalam
itu ke saya, kedua tangan saya
sedang sibuk di bawah ketika saya
disodori celana dalam itu. Pelayan
itu wajahnya merah karena malu dia
kayaknya kaget sekali ketika tadi
memungut celana itu.
"Taruh aja di meja itu, terima kasih
pak" jawabku menahan malu dan
mukaku merah.
"Kamu ini bagaimana sih Yes,
masak orang sudah angkat barang
kamu, kasih baik-baik masak kamu
suruh taruh di meja itu kan celana
dalam yang tidak sepatutnya berada
di meja" sergap pak Eko, "Terima
dengan kedua tangan kamu, berdiri
dan membungkuk sendikit sambil
mengucapkan terima kasih, ayo
cepat!!" lanjut pak Eko setengah
marah-marah.
"Tapi..," kencingku meluncur lebih
deras dan tidak berdaya, tanganku
tidak mungkin kuangkat, Aku sadar
pak Eko sedang mempermalukan ku
di depan pelayan ini.
"Tapi saya tidak bisa pak" pintaku
memohon.
"Ya, sudah selesaikan dulu kerjamu
baru terima celana itu dan lakukan
seperti yang saya perintahkan"
lanjut pak Eko penuh wibawa.
Rasanya seperti setahun ketika
akhirnya aku selesai memuntahkan
seluruh kencing ke dalam gelas,
tepat segelas penuh. Aku jadi sadar
gelas ini harus kuangkat ke atas
meja supaya kedua tanganku
kosong. Aku mengangkat gelas itu
dengan gemetar kutaruh di atas
meja dan kemudian aku berdiri dan
menerima celana dalam itu dan
mengangguk terima kasih.
Pelayan itu sepertinya melihat
semua yang terjadi ketika dia
tersenyum penuh arti kepadaku
sambil menyodorkan celana dalam
tersebut.
"Minumannya sudah tidak diminum
lagi non, biar saya angkat" pelayan
itu berkata penuh arti seolah-olah
tidak tahu apa-apa.
"Sabar dulu belum habis diminum,
ada apa buru-buru, ayo Yessy,
habiskan dulu minuman kamu" Pak
Eko berkata seolah tidak terjadi apa-
apa juga.
Yessy langsung syok begitu melihat
segelas penuh kencingnya sendiri
dalam satu-satunya gelas yang
berisi "minuman". Matanya menoleh
ke pak Eko sambil berharap pak Eko
tidak memaksa dia untuk meminum
"minumam" dalam gelas itu.
"Ayo habiskan kalau kurang manis
bisa tambah gula" sambil
mengambil sedotan di atas meja
dan memasukan nya ke dalam gelas
tersebut.
Aku malu sekali harus meminum air
kencing sendiri dalam gelas tinggi
yang di beri sedotan lagi dan bukan
saja itu melainkan di saksikan juga
oleh 2 orang yang satu bahkan aku
tidak tahu namanya dan mereka
juga tahu bahwa itu adalah air
kencingku sendiri. Tanganku
gemetar memegang gelas yang
hangat dan memasukan sedotan ke
mulutku. Rasanya seperti berabad-
abad dan kedua orang di depanku
menunggu dengan penuh
senyuman melihat aku minum.
Rasanya sedikit asin dan baunya
sangat pesing. Warnanya kuning
dan penuh busa. Nasi goreng di
perutku rasanya mau keluar semua
ketika cairan kuning itu mulai
membasahi tenggorokanku dan
lambungku. Minum segelas penuh
rasanya lama sekali bahkan aku di
paksa menghisap sampai habis
tuntas dan menjilat gelas tersebut.
Pelayan tersebut mengambil gelas
tersebut dan diangkat ke atas sambil
berkata
"Wah, nona ini hebat ya minumnya,
mau tambah lagi"
"Tiiidak..," Tangisku.
Kami membayar lalu keluar dari
Café diiringi ucapan terima kasih
dari pelayan tersebut sambil berkata
"Lain kali datang lagi ya".
Aku hampir pingsan ketika pelayan
tersebut membisikan sesuatu ke
telingaku.
"Gelas itu tidak akan pernah ku cuci
akan di taruh di atas pajangan dan di
beri tulisan 'Yessy meminumnya
sampai Habis' tiap kali kamu datang
aku akan menceritakan peristiwa ini
kepada tamu yang ada"
Lututku langsung lemas