Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
Selasa,18Maret2025 | Jam:15:09:20WIB
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Ayahku adalah seorang
Kepala Sekolah Dasar dan
Ibuku adalah
seorang Guru Agama di
salah satu MTs di Kota P,
sebuah kota
kecil di wilayah E - Jawa
Tengah, jadi bisa
dibayangkan betapa
ketat mereka mendidik
anak-anaknya dalam hal
keagamaan. Setiap
sore aku wajib mengaji di
sebuah langgar di
kampungku agar
jiwa keagamaan terpateri
dalam jiwaku. Itulah
keadaanku.
Kurang lebih tiga belas
tahun yang lalu saat aku
jadi
pengangguran setelah
gagal mengikuti UMPTN,
aku merantau ke
Jakarta untuk mencari
kerja sambil menunggu
kesempatan untuk
ikut UMPTN berikutnya.
Selama di Jakarta aku
menumpang
ditempat kontrakan
kakakku yang juga masih
bujangan, yang saat
itu sudah bekerja.
Sekian lama di Jakarta
rupanya keberuntungan
belum berpihak
kepadaku, sehingga
akhirnya aku memutuskan
untuk pulang
kampung. Soalnya kupikir
mending jadi
pengangguran di kampung
sendiri daripada lontang-
lantung di kota orang.
"Mas..!! Aku besok mau
pulang saja ke P," aku
minta ijin
kakakku malam harinya
setelah ia istirahat.
"Lho, ngapain pulang? Kan
mending di sini dulu,
sambil
nyari-nyari kerja. Siapa
tahu sebentar lagi dapat
kerjaan."
"Ah enggak enak
nganggur terus di sini Mas.
Mending nganggur
di P aja. Banyak temannya.
Di sini lontang-lantung
sendirian
enggak enak."
"Ya sudah kalau maumu
begitu."
Akhirnya kakakku tidak
bisa berbuat banyak dan
membiarkan aku
pulang ke Kota P keesokan
harinya. Siang itu aku
sudah
berangkat dari Grogol,
tempat kontrakkan
kakakku ke arah Pulo
Gadung untuk pulang
kampung dengan bus
malam. Akhirnya aku
memperoleh bus yang
lumayan longgar, karena
memang
penumpangnya sedikit.
Aku memilih bangku yang
isi 2 dibelakang
dekat pintu belakang.
Karena kebetulan tempat
itulah yang
masih kosong. Lainnya
sudah terisi walau cuma
satu-satu. Aku
tidak ingin duduk dengan
orang yang tidak kukenal
karena aku
memang agak kurang bisa
bergaul.
Bus berangkat dari Pulo
Gadung dengan banyak
bangku yang masih
kosong. Begitu sampai
Cakung, bus berhenti lagi
dan banyak
sekali penumpang yang
ikut naik. Salah satu yang
kebetulan
memilih duduk dikursi
sebelahku adalah seorang
perempuan yang
kalau kutaksir mungkin
umurnya sekitar 29 tahun-
an. Saat itu
aku masih baru 19
tahunan. Tubuhnya cukup
tinggi untuk ukuran
wanita Indonesia yaitu
sekitar 160 Cm dengan
bobot yang cukup
proporsional. Tidak gemuk
dan tidak pula terlalu
kurus.
Kulitnya putih bersih
dengan potongan rambut
pendek ala Demi
Moore. Wajahnya tidak
begitu cantik tapi cukup
menarik untuk
dipandang.
"Sini masih kosong dik??"
tanyanya yang sempat
mengagetkanku
"Ooh.. ap..apa mbak?"
"Bangku ini masih kosong
enggak? Ngalamun ya?" ia
mengulangi
pertanyaannya sambil
tersenyum.
"Oh iya mbak masih
kosong kok!!"
"Enggak mengganggu kan
kalau aku duduk disini?"
"Oh..eh..enggak apa-apa
mbak!!"
Akhirnya perempuan itu
duduk di sebelahku. Yach,
walaupun
tidak begitu cantik namun
orangnya putih bersih.
Dalam hati
aku sempat bersorak juga,
aku pikir ini mungkin rejeki
juga
soalnya masih banyak kursi
kosong eh, kok
perempuan ini malah
memilih duduk di kursi
paling belakang. Dan dasar
aku yang
sulit bergaul, aku jadi
cuma berani mencuri-curi
pandang
kearahnya tanpa berani
memulai percakapan.
Hatiku dag-dig-dug
tak karuan soalnya gugup
kalau berdekatan dengan
perempuan
yang belum kukenal.
Rupanya lama-lama
perempuan itu tahu juga
kalau aku selalu
mencuri-curi pandang
kearahnya. Karena pas aku
lagi melirik
kearahnya, tiba-tiba ia
menengok kearahku
sambil tersenyum.
Plos! Aku tak sanggup
berkata apa-apa saking
gugupnya karena
ketahuan telah mencuri-
curi pandang.
"Kenapa dik? Ada yang
salah dengan diriku?"
"Eh..oh.. enggak apa-apa
kok mbak," jawabku
gugup.
"Lho dari tadi Mbak amati
kamu selalu mencuri-curi
pandang
padaku memangnya
kenapa?" ia masih
tersenyum.
"Ah, eng..enggak kok
mbak. Saya memang suka
grogi kalau
berdekatan dengan wanita
yang belum kenal kok
mbak."
"Ooo.. begitu ya. Eh,
ngomong-ngomong adik
ini mau kemana?"
"Saya mau pulang ke Kota
P, mbak! Nah kalau mbak
sendiri mau
kemana?" tanyaku agak
berani setelah percakapan
mulai terbuka.
"Sama dik! Saya juga mau
ke Kota P, tepatnya ke K.
Adik P-nya
di mana?"
"Sa.. saya di kotanya
mbak!"
"Kalau di kotanya.. kenal
sama mbak I enggak? Dia
itu anaknya
pak S yang jadi Kepala SD
di K. Dia juga rumahnya di
kota-nya."
"Ooh, mbak I yang dulu
pernah jadi juara bintang
radio ya
mbak? Kalau itu sich saya
kenal banget, wong itu
kakakku yang
paling besar kok. Dan dia
sekarang malah tinggal di
Jakarta
ikut suaminya. Sekarang
dia ngajar di salah satu
SMUN di
Halim."
"Ooh jadi adik ini adiknya
mbak I ya? Kok saya dulu
waktu main
ke rumah mbak I nggak
pernah ketemu adik?"
Setelah melalui
percakapan yang panjang
akhirnya aku tahu
namanya adalah mbak Yn
dan bekerja di Instansi
Keuangan di
bilangan Kalibata Jakarta
Selatan. Ia kebetulan pada
saat itu
mau pulang untuk cuti
selama dua minggu. Dari
percakapan
itulah aku juga tahu
bahwa ia sudah menjadi
janda karena
suaminya kawin lagi dan ia
memilih cerai daripada
dimadu. Ia
berumur 29 tahun saat itu
dan sudah memiliki
seorang anak
perempuan yang baru
berumur 5 tahun yang
tinggal dengan Bapak
Ibunya mbak Yn di K.
Kami berdua semakin
akrab, karena mbak Yn
memang orangnya
supel dan pintar bicara.
Pada saat ia mengeluarkan
kue kering
untuk dibagikan padaku,
tanpa sengaja tanganku
dipegangnya.
Badanku mulai gemetar
tak tahu apa yang harus
kulakukan,
sehingga aku tetap
memegang tangannya
yang halus walaupun
kue-nya telah kupegang
dengan tangan yang
satunya. Tanpa sadar
kami masih berpegangan
tangan untuk beberapa
saat dalam
kegelapan bus malam
yang melaju kencang
menembus kegelapan
malam.
Tanpa kata-kata kami
saling meremas jemari
masing-masing dalam
kegelapan, karena
memang lampu bus telah
dimatikan. Hatiku
semakin berdebar tak
karuan. Apalagi saat kulirik
ia juga
menengok ke arahku
sambil tersenyum. Aku
malu sekali, ingin
kulepaskan tangannya,
tetapi justru ia semakin
erat
menggenggam jemariku.
Bahkan ia menyenderkan
tubuhnya ke
badanku. Aku semakin
gemetar dan panas dingin
dibuatnya.
"Dik Gaber kenapa? Kok
gemeteran sih?"
"Eh.. oh.. enggak kenapa-
kenapa kok mbak!"
"Memang dik Gaber
belum pernah punya
pacar?"
"Sudah pernah sich mbak..
cuman cinta monyet.
Biasa, cuman
surat-suratan waktu SMA
dulu," gemeteranku
semakin kelihatan
dalam suaraku.
"Ooh, makanya gemeteran
begini. Mbak ngantuk
boleh tidur
nyandar bahu dik Gaber
khan?"
Tanpa menunggu jawaban
dariku, mbak Yn telah
menyandarkan
kepalanya ke tubuhku.
Aku yang duduk di dekat
jendela jadi
semakin terpojok. Entah
disengaja atau tidak pada
saat ia
menyandarkan tubuhnya
ketubuhku bagian
dadanya yang empuk
ketat menekan lenganku.
Hal ini membuat aku yang
belum pernah
berdekatan dengan wanita
menjadi sangat
terangsang. Batang
kemaluanku mulai
menggeliat bangun dan
mengeras yang
menimbulkan rasa sakit
karena terjepit celana
jeans-ku yang
ketat. Kemudian tanganku
dilingkarkan kepundaknya
dan sekarang
ia menyandar di dadaku
dengan tangan yang bebas
memelukku.
Udara malam yang dingin
semakin membuat kami
terlena dalam
kehangatan saling
berpelukan. Apalagi
suasana bus yang gelap
sangat berpihak pada
kami. Tangan mbak Yn
bergerak perlahan
menyusur tulang iga-ku
dan bergerak terus ke atas
ke bawah.
Aku yang merasa kegelian
dan terangsang bercampur
aduk jadi
satu menjadi sesak
napasku. Ia terus
menggerakkan tangannya
sampai akhirnya ia pun
memegang tanganku yang
satunya dan
dibimbingnya ke arah
dadanya. Dengan rasa
penasaran dan takut
kubiarkan saja apa yang
dilakukannya. Aku
membiarkan saja
tanganku dibimbing
kearah dadanya yang
kalau kulihat dari kaus
yang dikenakannya
besarnya sedang. Begitu
menyentuh tonjolan
bukit yang membusung di
balik kaos mbak Yn,
tanganku
ditekannya. Aku mengikuti
saja apa yang dilakukan
oleh mbak
Yn. Karena belum tahu
apa yang musti dilakukan
dalam
menghadapi situasi
semacam ini, tanganku
hanya bergerak
menekan-nekan seperti
apa yang dibimbing mbak
Yn tadi.
Sementara itu tangan
mbak Yn sudah mulai
berpindah. Sekarang
tangannya mengelus
lututku kearah atas dan
balik lagi ke bawah
sehingga membuat batang
kemaluanku yang kencang
menjadi
semakin sakit karena
terjepit celanaku yang
ketat. Aku
menggeser kakiku untuk
memperbaiki posisi batang
kemaluanku
yang terjepit celana
dangan merenggangkan
kedua kakiku agak
terbuka. Hal ini membuat
tangan mbak Yn semakin
leluasa
bergerak menyusur paha
ku di bagian dalam hingga
keselangkanganku dan
menekannya dengan
lembut begitu tangannya
berada di atas bagian
celanaku yang menonjol.
Napasku semakin
sesak mendapat perlakuan
yang seumur hidupku baru
kurasakan
ini. Apalagi kemudian
tangan mbak Yn seolah-
olah memijat dan
meremas batang
kemaluanku yang sudah
sangat kencang dari luar
celana jeans-ku.
Sementara tanganku
tanpa sadar sudah mulai
meremas-remas kedua
bukit payudara mbak Yn
bergantian dengan
gemasnya.
"Sekarang sabuk dik Gaber
dilonggarkan," bisik mbak
Yn.
"Ken.. kenapa mbak??"
bisikku kaget.
"Kalau kencang begini kan
ini-nya bisa kesakitan,"
kata mbak
Yn sambil menekan
batang kemaluanku dari
luar.
Seperti kerbau dicucuk
hidungnya aku nurut saja
apa yang
dikatakan mbak Yn.
Kulonggarkan sabukku
dan duduk dengan
posisi seperti semula. Aku
yang semula penakut
sekarang
menjadi lebih berani.
Dengan tabah
kutelusupkan tanganku
kedalam kaos mbak Yn
lewat bawah, kemudian
merayap mengelus
perutnya yang halus ke
atas dan terus keatas
hingga berhenti
di atas bra mbak Yn yang
lembut. Tangan mbak Yn
bergerak ke
balik punggungnya dan
tiba-tiba kurasakan kain
penutup bukit
payudara mbak Yn jadi
longgar. Rupanya tadi
mbak Yn membuka
kait bra-nya yang ada di
belakang. Aku jadi leluasa
bergerak
meremas dan mengelus
kedua bukit payudaranya
yang kenyal dan
halus silih berganti. Serasa
mendapat mainan baru
aku dengan
gemas dan antusias
meremas, mengelus dan
meraba-raba kedua
tonjolan bukit payudara
mbak Yn yang kenyal dan
halus itu.
"Mmhhh," napas mbak Yn
kudengar mulai memburu
saat dengan
gemas putting
payudaranya yang mulai
mengeras itu kupelintir
dengan jepitan telunjuk
dan ibu jariku. Lalu aku
sendiri
merasakan sekarang
tangan mbak Yn mulai
menarik ritsluiting
celana jeans-ku dan
menyusupkan tangannya
kebalik CD-ku.
Napasku tertahan dan
badanku semakin panas
dingin saat tangan
mbak Yn yang lembut
mulai menyelusup ke
dalam CD-ku dan
mengusap rambut yang
tumbuh di sekitar
kemaluanku. Tanganku
semakin liar meremas dan
meraba kedua bukit
kembar di dada
mbak Yn, ketika kurasakan
ada sesuatu yang meledak-
ledak dan
mendorong di bawah
pusarku karena tangan
mbak Yn yang hangat
dan lembut kini sudah
mulai mengusap dan
meremas batang
kemaluanku dengan
lembut.
Mungkin mbak Yn yang
sudah berpengalaman
mengetahui keadaanku
hingga semakin kencang
meremas dan mengurut
batang kemaluanku
yang sudah sangat
kencang. Napasku seolah
terhenti, dan mataku
erat terpejam saat
kurasakan sesuatu yang
mendesak di perut
bagian bawahku tidak
dapat kutahan lagi dan
meledak. Badanku
serasa mengawang dan
kurasakan suatu
kenikmatan yang belum
pernah kurasakan saat
rasa ingin kencing yang
tidak dapat
kutahan lagi keluar dan
membasahi tangan lembut
mbak Yn.
Crrrtt! Cratt!
"Ahhh!", tanpa sadar aku
melenguh. Aku jadi malu
sekali pada
mbak Yn.
"Enak dik??" bisik mbak Yn
mesra.
"Ah, mbak Yn. Saya jadi
malu karena mengotori
tangan mbak."
"Enggak apa-apa kok.
Memang dik Gaber belum
pernah keluar
itu-nya?"
"Kalau onani sendiri sich
pernah mbak, tapi kalau
yang begini,
be.. belum mbak..."
"Terus kalau tidur sama
cewek sudah pernah
belum?"
"Be.. belum mbak. Saya
enggak berani."
"Nah kalau belum pernah
dan ingin merasakan tidur
dengan
cewek, nanti kita bisa
nginap dulu sebelum
pulang. Dik Gaber
mau enggak?"
"Ah, sa.. saya takut mbak!"
"Lho, takut sama siapa?
Kan mbak enggak nggigit,
malah bikin
kamu keenakan iya kan?"
Aku terdiam karena tidak
tahu musti menjawab apa.
Di sisi lain
aku ingin dan penasaran
sekali merasakan
bagaimana rasanya
tidur dengan cewek,
sementara di sisi lain aku
merasa takut
pada apa. Entahlah aku
tidak tahu. Mungkin
dogma agama yang
telah tertanam dalam
diriku bahwa tidur dengan
perempuan yang
bukan muhrimnya adalah
zina, membuat rasa
takutku timbul. Lama
aku bergulat dalam
pikiranku antara ya dan
tidak, tetapi
rupanya syeitan telah
keluar sebagai
pemenangnya.
Kediamanku
ternyata dianggap sebagai
persetujuanku.
Bus kami sampai ke Kota P
dini hari. Pukul 03.00 bus
kami
sudah masuk terminal.
Sementara untuk pulang
harus berganti
bus lagi dan belum ada
bus yang ke kotaku yang
berangkat.
Apalagi mbak Yn yang dari
kotaku masih harus naik
angkutan
pedesaan lagi, jadi cukup
beralasan kalau kami
akhirnya
memutuskan untuk
menginap. Kami pun
akhirnya mencari
penginapan yang banyak
bertebaran di sekitar
terminal.
Singkat cerita kami pun
check-in satu kamar.
Kemudian aku
langsung masuk kamar
mandi dan mandi karena
risi CD-ku basah
sekali oleh air maniku
sendiri setelah di bus tadi
aku sempat
mengalami orgasme
karena dikerjain mbak Yn.
Selagi mandi
tiba-tiba mbak Yn masuk
ke kamar mandi dengan
tanpa sehelai
kain pun menutupi
tubuhnya yang putih. Aku
terkesiap. Mataku
melotot menyaksikan
pemandangan luar biasa
yang baru
seumur-umur kulihat ini.
Tubuhnya yang polos
berdiri di depan
mataku tanpa ada rasa
sungkan sama sekali.
Kulitnya putih
bersih, perutnya yang
cukup rata tanpa guratan
bekas
melahirkan kelihatan
serasi dengan tonjolan
bukit payudara-nya
yang sedang besarnya yang
masih kencang
menggantung di dada
mbak Yn. Putingnya
kulihat besar dan
berwarna agak kecoklatan.
Sementara di bagian
bawah perutnya tampak
tonjolan bukit yang
lebat ditumbuhi bulu-bulu
hitam yang sangat lebat.
Sehingga
kulihat sangat kontras
sekali perpaduan antara
kulitnya yang
putih bersih tanpa cacat
berpadu dengan sebentuk
warna hitam
yang terpusat di bawah
perutnya.
Aku masih melongo saat ia
memencet hidungku
sambil tersenyum
dan mengatakan ingin ikut
mandi sekalian.
"Aku mandi sekalian aja.
Soalnya udah keburu
ngantuk, biar
tidurnya enak!" demikian
ia berkilah.
"Ak.. aku malu mbak,"
dalam hatiku sebenarnya
senang soalnya
ini adalah pertama kali
aku dapat melihat tubuh
wanita
telanjang. Syeitan benar-
benar telah
memanangkan diriku.
Yang
kuingin pada saat itu
adalah cuma rasa
penasaran.
"Alaah.. pakai malu
segala," desisnya, "Ayo sini
mbak
mandiin."
Aku diam saja karena tak
mampu berkata-kata lagi.
Kemudian
mbak Yn mengambil
sabun dan mulai
menggosok tubuhku yang
sudah
basah dengan tangannya
yang penuh sabun.
Perlahan rasa nikmat
itu menyerangku lagi saat
tangan mbak Yn
menggosok punggungku
dengan sabun dan
sebentar-sebentar
tonjolan lembut dan
hangat
di dadanya menekan
punggungku dari belakang
saat ia menyabun
dadaku dari arah belakang.
"Akhhh," aku mendesah
panjang saat mbak Yn
dengan memelukku
ketat dari belakang
menyabun tubuhku
bagian bawah, aku begitu
terangsang. Di
punggungku menempel
ketat tonjolan bukit
payudara yang lembut dan
hangat, sedangkan
selangkanganku
digosok-gosok dan diurut
tangan mbak Yn yang
lembut.
Kupejamkan mataku
untuk menikmati sensasi
yang luar biasa
bagiku. Aku merasakan
betapa batang
kemaluanku yang sudah
tegang berdenyut-denyut
dalam genggaman tangan
mbak Yn yang
licin karena busa sabun. Ia
terus mengurut-urut
batang
kemaluanku ke atas dan
ke bawah dengan lembut
dengan sesekali
diselingi remasan di
kantung buah zakarku.
Napasku kian
memburu dan desahanku
kian kencang.
"Ouchh, shhhh,
mbaaakkk.. ouchhhhh!"
aku hampir saja
merasakan
adanya sesuatu yang
mendesak hendak keluar
dari bawah perutku.
Dan mbak Yn yang
rupanya sudah cukup
berpengalaman tahu
keadaanku hingga ia
menghentikan aksinya.
"Sekarang gantian mbak
yang dimandiin dong,"
pinta mbak Yn tak
berapa lama kemudian.
Aku pun mengguyur
tubuh telanjang mbak
Yn dengan air dan
kemudian tanganku
dengan canggung mulai
menyabuni punggungnya.
"Pelan-pelan dik, jangan
takut," bisiknya yang
membuat
keberanian dan rasa pede-
ku mulai bangkit. Aku pun
mulai
meraba (menyabuni)
punggung mbak Yn
kemudian tanganku mulai
berani nakal mulai turun
ke pinggulnya, terus turun
dan
akhirnya dengan gemas
tanganku mulai meremas
sambil menyabuni
buah pantat mbak Yn
yang besar dan indah. Lalu
setelah puas
bermain-main dengan
pantat mbak Yn, aku pun
mengikuti gaya
menyabun mbak Yn tadi.
Tanganku merayap ke
depan dan mulai
menyabuni kedua buah
gumpalan yang
menggantung indah di
dada
mbak Yn. Dengan gemas
kuurut bukit kembar itu
sehingga
putingnya mulai mengeras.
"Oohhhh, enaakkk diiik.
Terusshhhh, shhhh!" mbak
Yn
mendesis-desis seperti
orang kepedasan. Aku pun
tak lupa
menempelkan batang
kemaluanku yang sudah
mengencang sejak tadi
ke tengah-tengah belahan
buah pantat mbak Yn
yang membuatku
merasa sangat nikmat.
Apalagi mbak Yn
kemudian menggoyangkan
pinggulnya menggeser dan
semakin erat menekankan
batang
kemaluanku ditengah
belahan kedua belah buah
pantatnya yang
licin karena sabun.
"Ouchh, ter.. ter.. ushh
dik," mbak Yn mendesis
desis ketika
tanganku mulai bergerak-
gerak menyabuni
gundukan bukit kecil
yang lebat ditumbuhi
rambut di selangkangan
mbak Yn. Tubuhnya
semakin liar bergerak
menggeser batang
kemaluanku yang
terjepit di sela-sela
bongkahan buah
pantatnya. Tubuh kami
yang licin sangat
membantu pergerakan
dan gesekan-gesekan
tubuh kami. Hal ini
membuat sensasi yang luar
biasa bagi kami
berdua. Batang
kemaluanku yang terjepit
diantara belahan buah
pantat mbak Yn dan
tubuhku sendiri semakin
berdenyut denyut.
Aku sudah tidak tahan lagi.
"Oochh.. mbaakkk aku su..
sudah tak ku.. aatthh
mbaaak!"
bisikku di telinganya. Mbak
Yn pun menghentikan
gerakannya dan
memintaku untuk segera
membersihkan tubuh kami
dari sabun.
Beberapa siraman air
dingin ternyata cukup
untuk menolongku
untuk tidak sampai
mengeluarkan air maniku
yang sudah
mendesak-desak ingin
disalurkan. Aku merasa
agak cool walau
pun batang kemaluanku
masih tegak berdiri. Dan
setelah selesai
mengeringkan tubuh kami
dengan handuk, mbak Yn
segera
menuntunku untuk
menuju ke tempat tidur.
Dengan masih
bertelanjang bulat kami
bergandengan tangan dan
melemparkan
tubuh kami ke tempat
tidur double-bed yang
empuk.
Kami berbaring saling
bersebelahan. Mbak Yn
yang sudah
berpengalaman rupanya
tahu bahwa aku masih
sangat hijau dalam
hal seperti ini. Dengan
serta merta tanganku
dibimbingnya ke
arah dadanya, sementara
tangannya sendiri juga
mulai mengelus
dadaku. Kembali kami
saling raba dan saling
pencet. Tanganku
segera meremas bukit
payudaranya dengan
gemas bergantian kanan
dan kiri.
"Oohhh, terushhh diiik,"
Mbak Yn terus mendesah.
"Aahhh!", aku pun ikutan
mendesah tatkala tangan
mbak Yn
kembali mengurut-urut
batang kemaluanku
dengan lembut. Tubuhku
menggigil menahan
kenikmatan yang luar
biasa ketika tangan
mbak Yn mengocok-
ngocok batang
kemaluanku.
"Mbaak, oohhhh!"
"Sek.. sekarang kamu naik..
diiik.. oochhh" mbak Yn
pun
rupanya sudah tak tahan
lagi. Kemudian
dipentangkannya kedua
pahanya lebar-lebar dan
disuruhnya aku untuk naik
keatas
perutnya.
Aku pun dengan arahan
mbak Yn segera
menempatkan diri di
tengah-tengah pentangan
pahanya dan mulai
menindih tubuhnya.
Tangan mbak Yn segera
memandu batang
kemaluanku dan
diarahkannya ke tengah-
tengah gundukan daging
di bawah
perutnya yang lebat
ditumbuhi rambut.
"Akhhhh!, aku mengerang
saat ujung kepala
kemaluanku mulai
digesek-gesekkan oleh
mbak Yn ke celah-celah
yang begitu
hangat dan sudah basah.
"Doronghh.. pelan-
pelannh diik. Ouchhh!!"
"Hkk. Ouchhh," napasku
seolah terhenti seketika
ketika ujung
kepala kemaluanku mulai
menerobos celah yang
sempit, hangat
dan licin di sela-sela paha
mbak Yn. Mbak Yn pun
kudengar
napasnya tertahan
"Achhh, oochh, terushh..
doronghhhh!"
Aku terus mengikuti aba-
aba mbak Yn. Kutarik
pantatku ke atas
begitu kurasakan kira-kira
hampir separuh batang
kemaluanku
terbenam dalam celah
kemaluan mbak Yn, dan
kemudian kudorong
lagi ke bawah. Setelah
beberapa kali kulakukan
hal itu aku
disuruh untuk menekan
dan membenamkan
seluruh batang
kemaluanku ke dalam
liang kemaluannya
"Sekkaranghhh, ma..
masukkanhh.. Ouchhh!",
Mbak Yn menjerit tertahan
saat kutekan
pantatku kuat kuat hingga
seluruh batang
kemaluanku terbenam
kedalam liang
kemaluannya yang masih
cukup sempit dan sangat
hangat. Mbak Yn pun
segera menggerakkan
pinggulnya memutar.
Baru beberapa putaran
dilakukan mbak Yn. Tiba-
tiba aku
merasakan seolah-olah
batang kemaluanku
seperti diremas-remas
oleh jepitan daging yang
licin dan hangat sehingga
mataku
sampai terpejam erat-erat
menahan nikmat yang
amat sangat. Aku
merasakan seolah olah
ada desakan yang maha
dahsyat yang
mendesak dari bawah
pusarku. Desakan itu
terlalu kuat untuk
dapat kutahan
"Ouuchh.. mbakkk, akk
sudahhh oochhhhhh",
dengan erangan yang
panjang aku merasakan
seolah-olah tubuhku
tersentak oleh
aliran listrik ribuan volt,
jiwaku seolah melayang
dan
kepalaku terdongak ke
atas. Mbak Yn yang sudah
tahu kondisiku
semakin gila memutar
pantatnya diangkatnya
pantatnya
tinggi-tinggi untuk
menyongsong sodokanku.
"Terr.. russh. Terushhh..
ohhh.. terussshhhh",
desisnya tak
henti-henti. Sementara
aku sudah tidak mampu
lagi menahan
ledakan yang sedari tadi
kucoba untuk
menahannya. Dan crrrt,
cratttt! Jebolah
pertahananku. Air mani
keperjakaanku
menyembur di dalam liang
kemaluan mbak Yn yang
hangat dan
memenuhi semua celah
yang ada di dalamnya.
Badanku masih
terkejat-kejat untuk
beberapa saat lamanya
seolah-olah
menuntaskan sisa-sisa
kenikmatan yang ada.
"Terr.. ushhh.. diiikkk,
terusshhhh!", desisnya
berulang-ulang. Namun
aku sudah tak mampu
bergerak lagi.
Dengan gemas mbak Yn
yang rupanya sedang
dalam pendakian
segera membalik tubuhku
dan kini posisinya
menindihku. Walau
pun sudah terkuras air
maniku, namun batang
kemaluanku belum
begitu mengendur.
Sekarang giliran mbak Yn
yang bergerak di
atas perutku. Tubuhnya
bergerak liar seperti
seorang joki yang
sedang menaiki kuda
balap. Payudaranya
bergoyang-goyang indah.
"Ayo, putar pinggulmu
diikkkh.. ouchhh."
Aku pun mengikuti
komandonya. Kugerakkan
pinggulku memutar
seperti yang diinginkan
mbak Yn.
"Ya, ya.. beg..ituuu.
Ouchhhh! Terushhhh!"
akhirnya kurasakan
jepitan liang kemaluan
mbak Yn semakin erat
menjepit batang
kemaluanku. Tubuh mbak
Yn tersentak dan matanya
membeliak.
"Ouchhhh, terrushhhh,"
dan akhirnya tubuhnya
ambruk di atas
perutku.
"Shh.. kamu.. sudah cukup
hebbathhh dikk!",
napasnya mulai
teratur.
"Tapi saya kalah mbak,
saya sudah keluar duluan!"
"Enggak apa apa. Mbak
juga bisa orgasme kok!
Memang kamu baru
kali ini merasakan
bersetubuh ya dik?"
"Iya mbak. Terima kasih ya
mbak telah memberikan
pengalaman
yang berharga bagi saya."
"Saya justru yang terima
kasih, kamu telah
memberikan
kehangatan pada mbak
yang sudah cukup lama
tidak merasakan
seperti ini sejak bercerai
dulu."
Begitulah kami pun lalu
beristirahat sambil tetap
berpelukan
dengan tubuh mbak Yn
masih tetap menindihku
dan batang
kemaluanku masih tetap
menancap di dalam
kehangatan liang
kemaluan mbak Yn.