Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Aku sebenarnya tidak tega menagih
utang
pada kawanku yang satu ini.
Namun, karena
keadaanku juga sangat mendesak,
aku
memberanikan diri dengan harapan
temanku bisa
membayar, minimal separuhnya
dulu. Sayang
sekali, Darta, kawanku yang baru
menikah enam
bulan yang lalu ini, tak bisa
membayar barang
sedikit pun. Memang aku mengerti
keadaannya. Ia
menikah pun karena desakan orang
tua Mila, yang
kini jadi istrinya. Darta sendiri,
sampai saat ini
belum punya pekerjaan. Karena hari
sudah larut,
aku tahu diri, segera permisi pada
Darta. "Gua jadi
enggak enak nih.." "Sudahlah Ta.
Gua gak apa-apa
koq. Gua cuma nyoba aja,
barangkali ada," aku
menukasnya, takut membuatnya
jadi beban
pikiran. "Ma, gua mau bisikin
sesuatu..' tiba-tiba
Darta mendekatkan mulutnya ke
arah telingaku.
Dan aku benar-benar terkejut, ketika
Darta
menawarkan istrinya untuk kutiduri.
"Gila lu..
Sialan.." ucapku. "Sstt.. Jangan
berisik. Gua juga
kan ingin balas budi sama elu.
Soalnya eu udah
banyak berbuat baik sama gua. Gak
ada salahnya
kan, kalau kita saling berbagi
kesenangan.."
begitulah ucap Darta dengan serius.
Memang
diam-diam sudah sejak lama aku
selalu
memperhatikan Mila. Bahkan aku
pun memuji
Darta, bisa mendapatkan gadis
secantik Mila. Selain
posturnya yang tinggi, Mila memiliki
kulitnya yang
putih dan mulus. Tubuhnya
menggairahkan.
Memang selalu terbungkus rapat,
dengan baju
yang longgar. Namun aku dapat
membayangkan,
betapa kenyalnya tubuh Mila. Baru
melihat wajah
dan jemari tangannya pun, aku
memang suka
langsung berpantasi;
membayangkan Mila jika
berada di hadapanku tanpa busana.
Lalu Mila
kugumuli dengan sesuka hati.
Namun untuk
berbuat macam-macam, rasanya
kubuang jauh-
jauh. Karena aku sangat tahu, Mila
itu orang baik-
baik, dan keturunan orang baik-baik
pula. Lihat
saja penampilannya, yang selalu
terbungkus
sopan dan rapi. "Lu serius, Ta?
Bagaimana dengan
Mila? Apa dia mau?" aku pun
akhirnya mulai
terbuka. "Kita pasang strategi, donk!
Kalau secara
langsung, jelas istri gua kagak
bakalan mau,"
jawabnya. "Gimana caranya?" aku
penasaran.
Darta kembali membisikan lagi
rencana gilanya.
Aku memang sangat menginginkan
hal itu terjadi.
Sudah kubayangkan, betapa
nikmatnya
bersetubuh dengan perempuan
aduhai seperti
Mila. "Mila..! Mila..! Milaa..!" Darta
memanggil
istrinya. Dan tanpa selang waktu
lama, Mila ke luar
dari dalam kamarnya dengan
dandanan yang
tetap rapat. "Ada apa, Bang?" tanya
Mila. "Tolong
belikan rokok ke warung..!" kata
Darta sambil
merogoh uang ribuan ke dalam
sakunya. "Baik,
Bang," Mila menerima uang itu, lalu
ke luar. Darta
segera menyuruhku masuk ke
dalam kamarnya,
seraya masuk ke kolong ranjang.
Aku mau saja,
berbaring di tembok dingin, di
bawah ranjang.
Lalu Darta ke luar lagi. Pintu kamar,
tampak masih
terbuka. Tidak lama kemudian,
terdengar suara
Mila yang datang. Mereka bercakap-
cakap di ruang
tamu. Dan Darta mengatakan kalau
aku sudah
pulang, karena ada ditelepon sama
bos-ku. Mila
kedengarannya tidak banyak tanya.
Dia tak terlalu
mempedulikan kehadiranku. Hingga
suara pintu
yang dikunci pun, bisa terdengar
dengan jelas.
Kulihat dua pasang kaki memasuki
kamar. Pintu
ditutup. Dikunci pula. Bahkan
termasuk lampu pun
dimatikan, sehingga mataku tak
melihat apa-apa
lagi. Yang kudengar hanya suara
ranjang yang
berderit dan suara kecupan bibir,
entah siapa yang
mengecup. Lalu ada juga yang
terdengar suara
seleting celana, dan nafas Mila yang
mulai tak
beraturan. Pluk, pluk, pluk..
Sepertinya pakaian
mereka mulai dilemparkan ke lantai,
satu persatu.
"Emh.. Ah.. Uh.. Oh.." Jelas, itu
suara milik Mila.
"Euh.. He.. Euh.." nah kalau itu,
suara Darta.
Tampaknya mereka sudah mulai
bercumbu
dengam hebatnya. Ranjang pun
sampai
bergoyang-goyang begitu dahsyat.
"Emh.. Akh..
Ayo Bang.. Aduuh ss.." suara Mila
membuat
nafasku bergerak lebih kencang dari
biasanya. Aku
bisa merasakan, Mila sedang ada
dalam puncak
nafsunya. Aku sudah tidak tahan
mendengar
suara dengusan nafas kedua insan
yang tengah
memadu berahi ini. Hingga aku
mulai membuka
celanaku, bajuku dan celana
dalamku. Aku sudah
telanjang bulat. Lalu aku bergerak
perlahan, ke luar
dari tempat persembunyian, kolong
tempat tidur.
Meski keadaan sangat gelap, namun
aku masih
bisa melihat dua tubuh yang
bergumul. Terutama
tubuh Mila, yang putih mulus. Darta
sudah
memasukan penisnya, dan sedang
memompanya
turun naik, diiringi desahan nafas
yang tersengal-
sengal. Konvensional. Mila
sepertinya lebih
menikmati berada di posisi bawah,
sambil kedua
tangannya memeluk erat tubuh
Darta, dan kakinya
menjepit pantat Darta. Aku mulai
tidak tahan. Tiba-
tiba Darta semakin mempercepat
pompaannya.
Ranjang bergoyang lebih ganas lagi.
Dan suara
erangan tertahan Mila semakin
menjadi-jadi. "Emh,
emh, emh, emh.. Ah.. Oh.." Hanya
itu yang keluar
dari mulut Mila, karena mulutnya
disumpal oleh
mulut Darta. Dan akhirnya. "Agh..
Agh..!" suara
Darta mengakhiri pendakian itu.
Namun
tampaknya Mila belum selesai.
Terbukti, kakinya
masih menyilang erat, mengunci
paha Darta, agar
tak segera mencabut penisnya.
Tetapi apa hendak
dikata, Darta sudah lemas. Ia
tergolek dengan
nafas yang lemah-lunglai.
Kesempatan inilah,
saatnya aku harus masuk. Demikian
yang
direncanakan Darta tadi. Maka tanpa
ragu lagi, aku
segera melompat ke atas ranjang.
Meraih tubuh
Mila dan langsung menindihnya.
Tentu saja Mila
terpekik kaget. "Siapa Kau..! Kurang
ajar..! Pergi..!
Ke luar..! jangan..! setaan..!" Mila
berontak. Ia
sangat marah tampaknya. "Mila, aku
punya
hutang pada kawanku. Berilah ia
sedikit
kesempatan.." Darta yang
menjawab, sambil
mengelus rambutnya. "Biadab..!
Aku tidak mau..!
Lepaskan..! bangsat..!" Mila
mendorong tubuhku.
Namun karena nafsuku sudah
memuncak, aku tak
mungkin menyerah. Kutekan lebih
keras
tubuhnya, sambil tanganku
berusaha menuntun
agar penisku segera masuk. Mila
tetap meronta.
Mila berkali-kali meludahi mukaku.
Tetapi aku
diam-diam menikmatinya. Bahkan
ludahnya
malah kusedot dari bibirnya, dan
kutelan.
Meskipun liang vagina Mila sudah
licin, namun
penisku tetap agak seret untuk
segera
menembusnya. Mila terpekik, ketika
aku menekan
dan memaksakannya sekaligus.
Bles..! Akhirnya
masuk juga. Kudiamkan beberapa
saat, karena aku
ingin mencumbu dulu bibirnya. Mila
tetap
berontak, sampai akhirnya
kehabisan tenaga.
Akhirnya ia hanya diam. Kurasakan
ada air mata
yang mengalr dari kedua kelopak
matanya. Tetapi
aku semakin bernafsu. Kuremas-
remas payu
daranya yang ternyata memang
cukup besar dan
begitu kenyal. Lalu aku mulai
memompa penisku.
Mila terpekik kembali. Kasihan juga,
aku
melihatnya. Sehingga aku bergerak
perlahan-
lahan, sampai akhirnya vagina Mila
bisa
beradaptasi dengan penisku. Mila
tidak bereaksi. Ia
diam saja. Namun aku sangat
menikmatinya.
Walaupun Mila diam, tentunya jauh
lebih nikmat
dari pada melakukannya dengan
patung. Aku
terus memompanya, sampai
napasku mulai
ngos-ngosan. Kucoba menyalurkan
nafasku ke
arah telinga Mila. Dan hasilnya cukup
bagus. Lama
kelamaan, di sela isakan tangisnya,
diam-diam
kurasakan vaginanya diangkat,
seakan Mila ingin
menerima hunjaman penisku lebih
dalam. Tentu
saja aku semakin bersemangat.
Kupompa lebih
cepat lagi. Tiba-tiba isakan tangisnya
berhenti,
diganti dengan nafasnya yang kian
memburu. Dan
yang lebih mengagetkan lagi,
kakinya tiba-tiba
mengunci pantatku. Aku
tersenyum, sambil
mencumbui telinganya. "Kau
menikmatinya,
sayang?" bisikku. "Diam..!" dia
membentakku.
Namun aku yakin, Mila hanya tidak
mau mengakui
kekalahan dirinya. Buktinya, ketika
penisku
kucabut, Mila menekan pantatku.
Tangannya pun
memeluk tubuhku, agar aku
merapatkannya
kembali. Lalu ada suara erangan dari
bibirnya yang
tertahan. Bersamaan erangan itu,
kedua kakinya
semakin erat menekan pantatku.
Dan vaginanya
ditekan pula ke atas. Aku pun sangat
terangsang.
Hingga detik-detik akhir pun akan
segera tiba.
Kupeluk erat pula tubuh Mila.
Kugenjot lebih cepat
dan lebih keras. Sampai akhirnya
tiba pada
genjotan yang terakhir. Aku tekan
sangat kuat.
Kugigit pelan lehernya. "Agh.. Agh..
Agh.." Maniku
keluar di dalam vaginanya.
Begitupun Mila. "Akh..
Akh.. Akh.. Ss.." begitulah yang
keluar dari mulut
Mila. Lalu kemudian Mila mendorong
tubuhku dan
seakan menyesali dan tak mau lagi
bersentuhan
denganku.