Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Namaku Anton, umur 30 tahun,
punya pengalaman unik,
bersetubuh dengan
ibu kandungku sendiri sewaktu
aku berusia 14 tahun.
Ceritanya begini, aku adalah anak
laki-laki satu-satunya dari dua
bersaudara. Waktu aku SMP,
orang tuaku, yang adalah
pedagang beras di
kota Tuban, mengirim aku
sekolah ke Surabaya, tempat
kakak
perempuanku yang sudah di SMA
juga belajar.
Aku kost di rumah ibu Sandra,
yang rumahnya tepat di depan
rumah kost
kakak perempuanku di daerah
Tambaksari.
Biasanya tiap bulan ibuku datang
ke Surabaya untuk menengok
dan
memberi kami uang saku.Dia
biasanya tidur sekamar dengan
kakak
perempuanku, Rina, di kamar
kostnya.
Tapi waktu itu kebetulan, mbak
Rina lagi ikut camping ke Tretes,
maka
ibu terpaksa tidur di kamar
kostku. Ibu Sandra, pemilik
rumah kost
tentu mengijinkan, karena kami
adalah anak dan ibu kandung.
Rupanya, ibu tidak tahu bahwa
anaknya yang kini sudah kelas
tiga SMP
ini mulai suka perempuan, dan
bukan anak ingusan lagi.Maka
terjadilah
peristiwa itu.
Ceritanya begini, karena terlalu
capek, ibu langsung tertidur pulas
di tempat tidurku. Tapi aku, entah
bagaimana tiba-tiba terbangun
pada
pukul 12 malam. Entah, setan
mana yang merasuki aku, malam
itu
kontolku memang tegang alias
ngaceng melihat daster tipis yang
dipakai ibuku tersingkap. Hatiku
sudah dag-dig-dug antara mau
menyetubuhinya atau tidak. Aku
memang malu kalau ketahuan
melakukan
itu, tapi nafsuku susah kuredam.
Maka pelan-pelan ku singkapkan
daster ibuku sampai ke pinggang.
Hatiku makin keras berdegup
melihat kedua paha ibu yang
putih mulus.
Dalam usianya yang 38 tahun, ibu
masih tampak segar.
Pelan-pelan kulorot celana dalam
ibu, dan kulihat bulu-bulu halus
tampak di sekitar
selangkangannya. Tepat di tengah
selangkangan itu
kulihat sebuah garis dua garing
memanjang bewarna merah tua,
kemaluan
ibuku.
Melihat ini, aku seakan lupa kalau
wanita yang telentang itu adalah
ibu, maka aku segera melucuti
celana dalamku sendiri, dan
merangkak
di antara kedua pahanya. Batang
kemaluanku yang sudah
berdenyut-
denyut karena tegang itu segera
kuarahkan ke sebuah lubang kecil
di
antara kedua garis merah itu.
Sekali ayunkan pantat, masuklah
batang penisku ke dalam liang
vagina
yang limabelas tahun yang lalu
melahirkan aku ke dunia ini.
Sreettt... kepala kemaluanku
menggesek dinding kemaluan
ibu, aduuhhh
rasanya enuaaak! Semakin dalam
kubenamkan kemaluanku
semakin enaak
rasanya.
Blessss!Amblas sudah seluruh
kemaluanku ke dalam vagina ibu.
Srettt... aduh enak rasanya ketika
kutarik. Blesss... aduhh masuk
lagi, enak lagi, Srettt, aduh
enaknya ketika kutarik lagi.
Bless-Sreettt-Blesss-Srettt, akupun
makin hanyut dalam kenikmatan.
Batang kemaluanku seperti dipilin-
pilin, nikmat!
Tiba-tiba ibu membuka mata, dia
membelalak kaget ketika
mengetahui
aku berada di atas tubuhnya yang
terlentang.
"Haii, Anton! apa-apaan ini?"
bisiknya, takut kalau orang lain
mendengar suaranya.Mata ibu
makin membelalak ketika melihat
batang
kemaluanku sudah amblas ke
liang vaginanya.
"Ton, kau gila apa? aku ini khan
ibu kandungmu?" kata ibu sambil
mendorong aku sekuat tenaga.
Plep! batang kemaluanku tercabut
dari vagina ibu ketika aku
terdorong
sampai jatuh terduduk.
"Ampun, bu, aku nggak tahan,"
kataku sambil menutup
kemaluanku. Malu
rasanya berbuat begitu pada ibu
sendiri.
"Lho. kamu khan masih SMP,
masih 14 tahun, masak sudah
pingin
begituan," kata ibu.
"Bu, aku sungguh pingin, tapi
tidak ada salurannya. Tadinya aku
mau
ke tempat pelacuran, tapi ibu
keburu datang, maka jadilah
semua ini,"
bisikku sambil menunduk malu.
"Lho, kamu tidak boleh main
dengan pelacur! kotor itu, nanti
kamu
sakit," kata ibu.
"Tapi aku sungguh ndak tahan
bu," kataku masih menunduk.
Tiba-tiba ibu mendekatkan
wajahnya ke mukaku dan
berkata," Ton, kamu
jangan ke pelacur, malam ini ibu
kasih kamu kesempatan untuk
merasakan seks, tapi janji kamu
tidak ke pelacur," katanya.
Aku kaget, tidak kusangka ibu
tidak marah. Rupanya di lebih
kawatir
kalau aku main dengan pelacur.
"Ibu tidak marah?" kataku seolah
tidak percaya.
"Apa boleh buat, daripada kamu
ke pelacur," katanya..
Lalu ibu melepas pakaiannya
sehingga dia kini telanjang bulat.
Harus
kuakui ibu adalah seorang wanita
seksi, buah dadanya tampak
masih
padat, perutnya datar, kulit
tubuhnya halus.
Melihat ini batang kemaluanku
tegang lagi. Langsung aku
menindih
tubuh ibu, kujilati semua bagian
tubuhnya, ketiak dan
selangkangannya
tidak terkecuali.
Dan puncaknya pun tiba,
kemaluanku kembali menelusuri
jepitan dinding
vagina ibu.
Blesss-srett--bless-srettt-bless,
srettt, batang penisku semakin
cepat keluar masuk liang vagina
ibu untuk merasakan kenikmatan
yang
semakin memuncak.
Ibu tampak memejamkan mata,
tangannya sekali-kali membelai
punggungku. Aku pun juga
sekali-kali menghentikan gerakan
penisku,
maklum berkali-kali aku
merasakan kenikmatan yang luar
biasa sehingga
hampir memuncratkan air mani.
Sambil berhenti aku
membenamkan dalam-dalam
batang penisku dalam
jepitan vagina ibu yang licin dan
hangat. Sementara itu bibirku
rajin
menjilati buah dadanya, kuhisap
kedua putingnya, kuciumi dan
kujilati
kedua ketiaknya. Shhhhh,
nikmatttt!
Bunyi lendir yang terkocok makin
keras bunyinya ketika aku kembali
menggerakkan pantatku naik
turun. Ibu memang nikmat,
batang
kemaluanku seperti diurut-urut
oleh daging lincin dan berlendir,
enuaaak rasanya.
Tiba-tiba aku tidak dapat
mengontrol kenikmatan ini,
batang
kemaluanku betul-betul
menyentuh bagian ternikmat
dalam vagina ibu,
sehingga aku meregang, tegang,
aduuuuhhh enakknyaaa
buuu, "crut,crut,crut,crut" air
maniku muntah ke dalam vagina
ibu.
Akupun lemas, tertidur di sebelah
tubuh ibu.
Pagi harinya, ibu berpesan agar
aku tidak menceritakan kepada
siapa-
siapa kejadian itu,dan agar aku
tidak ke pelacur. Pengalaman
bersetubuh dengan ibu
kandungku yang kedua kalinya
terjadi
sebulan kemudian, ketika ibu
kembali mengunjungi aku dan
kakak
perempuanku.
Sudah dua malam itu ibu tidur
dengan kakak perempuanku,
biasanya ibu
tinggal sampai empat malam di
Surabaya sebelum kembali ke
Tuban.
Pada malam ke tiga, aku mampir
ke rumah kost kakak
perempuanku yang
terletak persis di depan rumah
kostku. Kulihat ibu tengah duduk
sendirian di kamar kakakku,
rupanya kakak lagi pergi kursus
malam
itu.
"Lho, kamu koq nggak belajar?"
sapa ibu ketika melihat aku
memasuki
rumah kost itu.
"Aku lagi pusing, bu?" jawabku
pelan.
"Kenapa, kamu sakit?" tanya ibu
sambil menempelkan tangan
kanan di
keningku.
"Ah enggak, cuma......" kataku
tertahan.
"Cuma apa?" Ibu mengejar.
"Bu, maaf... saya lagi pengin
bener untuk melakukan lagi,"
bisikku.
"Melakukan apa?" cecar ibu.
"Itu lho, yang kita lakukan di
kamar saya bulan lalu," jawabku
sambil
tersipu-sipu.
"Ya ampun, Ton, kamu mau
lagi?" tanyanya.
"iya bu, nggak kuat rasanya,"
kataku menunduk.
"Tapi kamu tahan khan selama ini,
tidak ke pelacur?" tanya ibu lagi.
"Ndak bu, saya takut kena
penyakit," jawabku lagi.
"Oke deh, kamu pulang dulu ke
kamarmu, nanti sebentar lagi ibu
menyusul ke sana," Jawab ibu
sambil berdiri.
Hatiku pun dag-dig-dug
membayangkan apa yang bakal
terjadi. Batang
penisku kontan menggeliat-geliat
ingin segera merasakan elusan-
elusan dan pilinan-pilinan dari
vagina ibu. Aku segera ngacir
pulang
ke rumah kostku, dan masuk ke
kamar.
Tak lama kemudian, kudengar ibu
bercakap-cakap dengan ibu
kostku, Bu
Sandra.
"Bagaimana anak saya, Bu
Sandra?" tanya ibu.
"Oh, baik-baik saja bu, dia rajin
sekali belajarnya," Jawab Bu
Sandra.
"Ini bu, saya mau berbicara agak
pribadi dengan anak saya, boleh
kan
saya masuk ke kamarnya?" tanya
ibu.
"Oh silahkan bu, silahkan saja,
monggo," kata Bu Sandra.
Sementara itu, aku sudah nggak
tahan, sambil menunggu ibu,
telapak
tanganku mengelus-elus kepala
batang penisku, aduuh, enaknya,
apalagi
ujung penis itu sudah
mengeluarkan cairan bening dan
licin.
Tiba-tiba, pintu kamarku terbuka,
dan masuklah ibuku, yang malam
itu
masih mengenakan celana
pendek warna hitam dan kaus
putih. Buah
dadanya tampak padat
menggelayut di dadanya. Melihat
aku tiduran
sambil memainkan batang
penisku, ibu tersenyum sambil
menggelengkan
kepala.
"Ya ampun anak ibu sudah nggak
sabaran," katanya, lalu tangannya
bergerak melepas kausnya,
breettt. Aku terbelalak, melihat
kulit
tubuh ibu yang masih mulus,
kuning langsat. Glek, glek, aku
menelan
ludah beberapa kali.
Breet, ya ampun, kini kutangnya
pun ditanggalkannya. Glek,glek,
aku
kembali menelan ludah
membayangkan nikmatnya
menjilati kedua buah
dada yang kenyal dan padat itu.
Sroott, kini malah celana
pendeknya dilorotnya, lalu sroot
lagi, kini
dia sudah telanjang bulat. Aduhh
mak! aku ndak tahan
menyaksikan ibu
telanjang bulat. Batang penisku
makin berdenyut-denyut.
Dengan langkah pelan ibu
mendekati aku, ia tersenyum
melihat aku
gemetaran.Aku makin menggigil
ketika tangan kanan ibu
menyelusup
masuk ke celana pendekku.
Kurasakan ada aliran kenikmatan
di batang penisku ketik jari-jari
tangan itu mengusap batang
penisku.
"Sebenarnya kamu masih kecil
nak, kontolmu pun masih kecil,
tapi koq
kamu sudah punya keinginan
kuat untuk bersetubuh," kata ibu.
"Ayo lepas pakaianmu,"
tambahnya.
Tanpa dikomando dua kali, aku
segera melucuti pakaianku. Kini
kami
berdua telanjang bulat. Ibu pun
mulai merebahkan badannya di
ranjang,
kedua pahanya dibuka untuk
menyambut tubuhku. Tepat di
tengah
selangkannya, kulihat dua garis
merah tua terbuka, dan persis di
tengah garis itu, kulihat ada
lubang kecil yang terbuka sedikit,
liang vagina ibu.
Tapi aku tidak segera
memasukkan batang penisku ke
sana, meski
kontolku meronta-ronta seperti
memprotes keras.
Aku lebih tertarik untuk menciumi
dulu kedua gundukan daging di
dada
ibu, sambil meremas-remas,
mengelus-elus gundukan susu
itu.
Mmmmm.....enak katakku dalam
hati ketika mencium bau wangi
campur
keringat di buah dada ibu. Ingin
rasanya kugigit kedua puting
susunya, tapi aku tidak sampai
hati.
Ibu sendiri tampak pasrah,
matanya terpejam, tangannya
mengelus-elus
punggungku.
Kini aku sudah nggak tahan betul,
sebab batang kemaluanku sudah
meronta keras. Maka pelan-pelan
kuarahkan batang kemaluan itu ke
liang vagina ibu, dan Blesssssss,
enaaaaakkkkk, masuklah batang
penisku untuk keduakalinya
keliang memek ibu, yang dahulu
melahirkan
aku ke dunia ini.
Blesss, srettt, bless, sretttt, batang
kemaluanku kembali melakukan
gerakan keluar masuk liang
vagina itu. Aduuuuuhhhhh seperti
diurut-
urut deh rasanya, enakkkk seperti
dielus-elus daging basah, kenyal
dan berlendir licin.
Bless, srett, bless, sretttt,
enuaaakkkkk, serasa otot-otot
lingkar
dalam kemaluan ibu ikut-ikutan
berdenyut-denyut menjepit-jepit
batang
kemaluanku.
Ibu masih memejamkan mata,
tapi gerakan tangannya makin
cepat
mengelus-elus punggungku,
mungkin dia juga merasakan
kenikmatan ini.
Semakin cepat aku melakukan
gerakan memompa, semakin
nikmat rasanya,
seolah ada ribuan semut yang lari
dari ujung kemaluanku ke pangkal
kemaluanku, geli-geli nikmat.
Buah dada ibu yang besar itu ikut
bergoyang-goyang seirama
dengan sodokan kemaluanku.
"Aduhhh bu, aku nggak tahan
lagi," desahku dalam kenikmatan
yang amat
sangat.
Bless, srettt, bless, srettt,
kemaluanku terus mengocok di
dalam
liang vagina ibu yang sempit.
Crot-crot-crot bunyi lendir yang
terkocok dalam liang vagina ibu
terdengar seirama dengan makin
memuncaknya kenikmatan yang
kurasakan.
Tiba-tiba aku merasakan
kenikmatan itu sudah memenuhi
selangkanganku,
buah pelirku sudah penuh dengan
kenikmatan, dan siap
memuntahkannya.
Adduuuuuhhh kataku sambil
mempercepat gerakan penisku.
Bless-srettt-blesss-
srettt.......Aukhhhhh Crut-crut-
crut-crut, air
maniku muncrat ke liang memek
ibu.
"Aduh bu, enaaaaakkkk" kataku
pelan, ibu cuma tersenyum
"Nanti kalau kamu lulus SMP
dengan nilai bagus, ibu akan
memberimu
pelayanan yang terbaik,
ternikmat," kata ibu tersenyum
Hubungan seksku dengan ibu
kandungku berlangsungs setiap
bulan
sekali, yakni ketika dia
mengunjungiku. Janjinya untuk
memberi
pelayanan istimewa kalau aku
lulus dengan nilai baik pun jadi
kenyataan, karena aku termasuk
dalam tiga besar lulusan terbaik di
SMPku.
Pelayanan istimewa itu tidak
diberikan di kamar kostku di
Surabaya,
melainkan di satu losmen di
Tretes, yang berhawa dingin itu.
Losmen itu menjadi saksi bisu
dari pelayanan istimewa yang
diberikan
ibu. Begini ceritanya:
Malam itu ibu meminta aku
melucuti pakaianku hingga
telanjang bulat,
dan memintaku telentang di
tempat tidur. Lalu, dia juga
melucuti
pakaiannya sampai telanjang
bulat. Busyet!!! kemaluanku
langsung
meronta-ronta, nyut-nyut-nyut,
berdenyut-denyut begitu mataku
melihat
tubuh ibu yang kuning langsat,
dan kedua buah dadanya yang
padat
tanpa sehelai benangpun.
"Tenang dulu, kamu tidur dulu,
pejamkan mata," kata ibu padaku
yang
hampir menubruk tubuhnya.
Akupun menurut, kuletakkan
kepalaku di bantal, dan
memejamkan mata.
Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu
yang hangat di kepala
kemaluanku.
Hangat basah.....apa ini??? Ya
ampunnn kepala penisku sudah
masuk ke
mulut ibu. Aduuhhhh, enaknya
ketika lidah ibu memainkan ujung
batang
penisku.
Aduuuhhh....sshhhhhhh. Aku
mendesis ketika lidah itu terus
mengusap-usap ujung penisku
dan kepala bagian bawah dari
penisku.
Rasanya geliiiiii, nikmattttt.
Lidah ibu terus menyusur ke
batang penisku dengan gerakan
mengusap-
usap. Aduuhhhhh....rintihku.
Lidah itu kini sudah sampai di
buah pelirku, memandikan buah
pelirku
dengan air liur ibu yang hangat.
Geliiiii deeeehhhhhh.
Sssshhhhhhh....
Setelah itu, giliran pangkal paha
kananku diselusurinya. Lidah itu
mengusap-usap pangkal paha
kananku, terus menyusur ke
paha, lutut, ke
ujung kaki. Aduuhhhhh
Sssshhhhhh. Lalu ke ujung kaki
kiri, naik lagi
ke tulang kering, ke lutut, ke
pangkal paha, dan naik terus ke
buah
zakar, ke batang penis, ke kepala
penis. Ampuunnnnnn
enuaaaknyaaaaa.
Kini, lidah itu sudah naik
menyusuri perutku, menjilat-jilat
pusarku,
terus naik lagi ke dada kanan,
melumuri puting susu kananku
dengan
air liur yang hangat, puting susu
kiri juga, lalu ke leher, dan
akhirnya ke mulut....
Mmmmmmm kuhisap lidah itu
ketika memasuki mulutku, kugigit
sedikit
dengan gemasssss... Tiba-tiba,
aduuhhhh...aku merasa batang
kemaluanku memasuki jepitan
daging hangat, kenyal dan
berlendir....vagina ibu. Rupanya
saat mulutku asyik menikmati
lidahnya, ibu menyodokkan
vaginanya ke batang kemaluanku
yang memang
sudah nyut-nyut-nyut itu.
Tanpa mengeluarkan lidahnya
dari mulutku, ibu mulai menekan
pantatnya
ke bawah. Blesssss.... Ujung
penisku seolah diurut oleh daging
yang
bergerinjal, dan basah dalam
vagina ibu,
enuaakkkkkkkkkkkkkkkkkkk.
Ibu terus melakukan gerak
memompa. Blesss-sretttt-blesss-
srettt....... aduhhhhh batang
kemaluanku kembali merasakan
elusan dan
remasan dinding vagina ibu.
Akupun menggelepar sehingga
lidah ibu
keluar dari mulutku. Tapi lidah ibu
terus mengejar, sehingga bisa
kembali masuk ke dalam
mulutku. Sementara pantatnya
tetap memompa,
crep-crep-crep-crep. Aduhhhhh...
bu, enaak....rintihku pelan.
Tiba-tiba ibu melepaskan
mulutnya dari mulutku. Kini
tangannya
bertumpu pada dadaku, dan dia
mulai memutar-mutar pantatnya
seolah
gerakan seorang penyanyi
dangdut. Serrrrrr-serrrrr-serrrrr
batang
peniskupun ikut terputar kekiri
dan ke kanan seirama dengan
putaran
pantat ibu. Addduuuuuuhhhh,
nggak tahaannn nih.... desisku.
Ibu tidak ambil pusing dengan
rintihanku, dia tetap memutar,
memompa,
memutar, memompa pantatnya.
Crot-crot-crot, bunyi lendir
terkocok
terdengar dari vagina ibu.
Buah dada ibu yang padat itu juga
ikut tergoyang-goyang seirama
dengan gerakkan tubuhnya,
sementara perutnya tampak
menahan dan
melepaskan nafas.
Sekitar lima menit aku
terombang-ambing dalam
kenikmatan yang luar
biasa, sampai ketika ibu mulai
mengubah posisi. Kini wajah dan
badannya membelakangi aku,
sehingga pantat dan
punggungnya yang
menghadap ke mukaku.
Sementara tangannya bertumpu
pada lututku,
pantatnya kembali memompa.
crot-crot-crot lendir kembali
terkocok,
tapi kali ini lebih keras karena
batang penisku tertekan
mengarah ke
ujung kaki, bukan ke atas ke
kepala.
Aduhhhhhh
enaaakknyaaaa.......Seluruh otot
lingkar dalam vagina ibu
makin erat melingkari batang
penisku sehingga tiap tarikan dan
tusukan memberi rasa pijatan
yang nikmat pada batang
penisku.
Ssshhhhhhhh..... enaakkk.
Kenikmatan itu makin menumpuk
dan mendekati puncaknya ketika
gerakan
pantat ibu makin cepat. Batang
penisku makin membengkak
karena serasa
tertekan ke bawah, sehingga
menambah kenikmatan yang
menjalar di
sana.
Ketika ibu makin mempercepat
kocokkannya, aku tak tahan lagi,
aku
segera bangun memeluk tubuh
ibu dari belakang, kuremas buah
dadanya,
sementara batang penisku terus
mengalami kocokan-kocokan dari
vagina
ibu. Crot-crot-crot, bunyi lendir
makin keras, dan akhirnya
oohhhhhhhhhh.... crut-crut-crut-
crut, air maniku muncrat,
membasahi
liang vagina ibu.
"Aduhhhh puas bu," kataku
kembali merebahkan diri.
Ibu cuma tersenyum lalu
berkata,"itu hadiah kelulusan
kamu dari SMP."
"Terimakasih, tapi masih ada
ronde kedua dan ketiga khan?"
tanyaku.
"Pasti deh...., tapi nanti ibu mau
cebok dulu," katanya sambil
menuju
kamar mandi dalam kamar
losmen itu.
Malam itu aku mengalami
ejakulasi dua kali lagi dari ronde
kedua dan
ketiga dengan ibu. Esoknya kami
check-out dari losmen untuk
menuju ke Tuban