Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Malam telah larut dan jam
telah menunjukan pukul 9
malam. Sedari siang tadi
kakakku bersama
suaminya menghadiri
pertemuan sebuah
Network Marketing dan
diteruskan dengan
pertemuan khusus para
leaders.
Untuk menghilangkan
suntuk, aku connect ke
internet dan berbagai
macam situs aku buka,
seperti biasa pasti terdapat
banyak situs porno yang
asal nyrobot. Biasanya aku
langsung close karena aku
enggak enak dengan
kakakku, tetapi malam
ini mereka tidak ada
dirumah, hanya bersama
dengan seorang baby siters
keponakanku, namanya
Imah baru berumur 18
Tahun
dan berasal dari
Wonosobo. Memang agak
kolotan dan dusun sekali,
tetapi kalau aku
perhatikan lagi Imah
memiliki body
yang lumayan bagus
dengan wajah yang tidak
terlalu jelek.
Kami biasa mengobrolkan
acara tivi atau terkadang
Im-im (panggilan Imah
sehari-hari) aku ajari
internet meskipun
hasilnya sangat buruk.
Entah kenapa malam ini
keinginanku untuk melihat
situs porno sangat besar
dan libidoku naik
saat aku lihat foto-foto
telanjang di internet,
tanpa aku sadari Im-im
keluar dari kamar dan
berjalan ke arahku entah
sudah berapa lama dia
berdiri disampingku ikut
memperhatikan foto-foto
telanjang yang ada di
monitor komputer.
"Apa enggak malu ya..?"
tanya Im-im yang
membuatku kaget dan
segera aku ganti situsnya
dengan yang "normal".
Dengan
berusaha tenang, aku
minta Imah mengulangi
pertanyaannya.
"Itu lho tadi, gambar
cewek telanjang yang Mas
buat, emangnya nggak
malu kalau dilihat orang?"
Memang Imah sangat lugu
dan ndusun kalau soal
beginian. Dengan santai
aku jawab sembari
menyuruhnya duduk
disebelahku.
"Begini Im, ini foto bukan
aku yang buat, orang yang
buat ini (sambil aku
perlihatkan lagi situs yang
memuat foto
telanjang tadi), merekakan
model yang dibayar jadi
ngapain malu kalau dapat
duit."
Kemudian Im-im melihat
lebih seksama satu per
satu foto telanjang itu
dengan posisi badan agak
membungkuk sehingga
terlihat jelas bulatan
kenyal panyudaranya,
sudah sejak lama aku
menikmati pemandangan
ini dan aku sangat terobsesi
untuk tidur dengan Im-im.
Aku tersentak kaget saat
Imah bertanya soal foto
dimana seorang cowok
sedang menjilati vagina
cewek.
"Apa nggak geli ceweknya
dijilati kayak gitu terus
lagian mau-maunya cowok
itu jilatin punya ceweknya
padahalkan
tempat pipis?".
Dengan otak yang sudah
kotor aku mulai berfikir
bagaimana aku
memanfaatkan
kesempatan ini dengan
baik.
"Gini Im, vaginanya cewek
kalau dijilatin oleh cowok
malah enak, memang
awalnya geli tapi lama-
lama ketagihan ceweknya.
Kamu belum pernah coba
kan?" tanyaku pada Im-im
sambil tanganku
membuka foto-foto yang
lebih hot lagi.
"Belum pernah sama
sekali, tapi kalau ciuman
bibir dan susuku diremes
sudah pernah, aku takut
kalau nanti hamil".
(memang Im-im sangat
terbuka tentang pacarnya
yang di Bogor dan pernah
suatu hari cerita kalau
pacarnya ngajak tidur
di hotel tapi Im-im nggak
mau).
"Kalau Cuma kayak gitu
nggak bakal bikin hamil,
gemana kalau kamu coba,
nanti kalau kamu hamil
aku mau tanggungjawab
dan nggak perlu bingung
soal uang, terus kalau
ternyata kamu nggak
hamil, kamu nanti aku
ajari gaya-gaya yang ada
difoto ini. Gimana?"
Dan Im-im cuma diam
sambil lihatin wajahku,
sebenarnya aku tahu dia
naksir aku sudah lama tapi
karena posisi dia hanya
babysiters yang
membuatnya nggak PD.
"Benar ya.., janji lho?"
pintanya dengan sedikit
ragu.
Dan dengan wajah penuh
semangat aku bersumpah
untuk menepati janjiku,
meskipun aku enggak ada
niat untuk menepati
janjiku. Aku putuskan
sambungan internet dan
mulai "melatih" Im-im
dengan diawali teknik
berciuman yang sudah
pernah
dia rasakan dengan
pacarnya, sentuhan halus
bibirnya yang lembut
membuatku membalas
dengan ganas hingga
tanpa terasa
tanganku telah meremas
payudara Imah yang
memang masih kencang.
Desahan halus mulai
muncul saat bibirku
menelusuri
lehernya yang agak
berbulu seolah Im-im
menikmati semua
pelatihan yang aku berikan.
Aku merasa cumbuan ini
kurang nyaman, aku dan
Imah pindah ke dalam
kamar Im-im, perlahan
aku rebahkan tubuhnya
dan
bibirku bergantian
menjelajah bibir dan
lehernya sedangkan
tanganku berusaha
membuka kaos dan BH-
nya dan kini separoh
tubuh Imah telah bugil
membuat libidoku tidak
karuan. Tanpa ada
keluhan apapun Imah
terus mendesah nikmat
dan tangannya
membimbing tangan kiriku
meremas teteknya yang
bulat sedangkan payudara
kanannya aku lumat
dengan bibirku hingga
terdengar jeritan kecil Im-
im. Entah berapa lama aku
mencumbu bagian atas
tubuhnya dan sebenarnya
keinginanku untuk
bercinta sudah sangat
besar tetapi aku tahu ini
bukan saat yang tepat.
Perlahan aku turunkan
celana pendek dan celana
dalamnya bersama hingga
Imah sepenuhnya bugil
dan ini yang membuat dia
malu. Untuk membuat
Imah tidak merasa
canggung aku
mencumbunya lebih ganas
lagi sehingga kini Imah
mendesah lebih
keras lagi dan tangan
kanannya meremas kaosku
untuk menyalurkan
gairahnya yang mulai
memuncak. Bibirku kini
mulai
menjalar kebawah menuju
vaginanya yang tertutup
kumpulan bulu hitam,
perlahan aku angkat
kedua pahanya hingga
posisi
selakangannya terlihat
jelas. Samar-samar terlihat
lipatan berwarna merah di
vaginanya dan aku tahu
baru aku yang
melihat surga dunia milik
Im-im.
Kini bibirku mulai menjilati
vaginanya yang mulai
banjir dengan halus agar
Im-im tidak merasa geli
dan ternyata
rencanaku berjalan lancar,
desahan yang tadi
menghiasi cumbuanku
dengan Imah kini mulai
diselingi lenguhan dan
jeritan kecil yang
menandakan kenikmatan
luar biasa yang sedang
dirasakan babysiters
keponakanku. Semakin
lama
semakin banyak lendir
yang keluar dari
kemaluannya yang
membuatku lebih
bergairah lagi, tiba-tiba
seluruh tubuh Imah
kejang dan suara
lenguhannya menjadi
gagap sedangkan kedua
tangannya meremas kuat
kasurnya. Dengan diiringi
lenguhan
panjang Imah mencapai
klimak, tubuhnya bergerak
tidak beraturan dan aku
lihat sepasang teteknya
mengeras sehingga
membuatku ingin
meremasnya dengan kuat.
Setelah kenikmatannya
perlahan turun seiring
tenaganya yang habis
terkuras
membuat tubuhnya yang
bugil menjadi lunglai,
dengan kepasrahannya
aku menjadi sangat ingin
segera menembus
vaginanya
dengan penisku yang
sedari tadi sudah tegang.
"Imah merasa sangat aneh,
bingung aku jelasin
rasanya" katanya dengan
perlahan.
"Belum pernah aku
merasakan hal ini
sebelumnya, aku takut
kalau terjadi apa-apa,"
sambil memelukku erat.
Sambil kukecup
keningnya, aku jawab
kekhawatiranya.
"Ini yang disebut
kenikmatan surga dunia
dan kamu baru merasakan
sebagian. Imah nggak
perlu takut atau khawatir
soal
ini, kan aku mau
tanggungjawab kalau
kamu hamil," sambil
kubalas pelukannya.
Sekilas aku lupa libidoku
dan berganti dengan
perasaan ingin melindungi
seorang cewek, kemudian
tanpa disengaja tangan
Im-im menyentuh penisku
sehingga membuat
penisku kembali
menegang. Wajah Imah
tersipu malu saat aku lihat
wajahnya yang
memerah, kucium bibirnya
dan tanpa menunggu
komandoku Im-im
membalasnya dengan
lebih panas lagi dan kini
Imah terlihat
lebih PD dalam
mengimbangi cumbuanku.
Teteknya aku remas
dengan keras sehingga Im-
im mengerang kecil. Kini
bajuku
dibuka oleh sepasang
tangan yang sedari tadi
hanya mampu meremas
keras kasur yang kini
sudah acak-acakan
spreinya dan
aku imbangi dengan
melepas celana pendekku
dan segera terlihat penis
yang sudah tegang karena
aku terbiasa tidak memakai
CD saat dirumah. Melihat
pemandangan itu, Imah
malu dan menjadi sangat
kikuk saat tangannya aku
bimbing memegang
penisku dan setelah
terbiasa dengan
pemandangan ini aku
membuat gaya 69 dengan
Imah berada diatas yang
membuatnya
lebih leluasa menelusuri
penisku.
Setelah beberapa lama
aku bujuk untuk
mengulumnya, akhirnya
Im-im mau melakukan
dan menjadi sangat
menikmati, sedangkan
aku terus menghujani
vaginanya dengan jilatan
lidahku yang memburunya
dengan ganas. Karena
tidak kuat menahan rasa
nikmat yang menyerang
seluruh tubuhnya, Im-im
tak mampu meneruskan
kulumannya dan lebih
memilih menikmati jilatan
lidahku di vaginanya dan
aku tahu Imah
menginginkan kenikmatan
yang lebih lagi sehingga
tubuh bugilnya aku
rebahkan
sedangkan kini tubuhku
menindihnya sembari aku
teruskan bibirku
menjelajahi bibirnya yang
memerah.
Perlahan tanganku
menuntun tangan kanan
Im-im untuk memegang
penisku hingga berada
tepat di depan mulut
vaginanya,
aku gosok-gosok penisku
di lipatan vaginanya dan
mengakibatkan sensasi
yang menyenangkan, erat
sekali tangannya
memelukku sambil telus
mengerang nikmat tanpa
memperdulikan lagi
suaranya yang mulai
parau. Vaginanya semakin
basah
dan perlahan penisku yang
tidak terlalu besar
mendesak masuk ke
dalam vaginanya dan
usahaku tidak begitu
berhasil
karena hanya bisa
memasukkan kepala
penisku. Perlahan aku
mencoba lagi dan dengan
inisiatif Im-im yang
mengangkat
kedua kakinya hingga
selakangannya lebih
terbuka lebar yang
membuatku lebih leluasa
menerobos masuk
vaginanya dan
ternyata usahaku tidak sia-
sia. Dengan sedikit
menjerit Imah mengeluh,
"Aduh.., sakit. Pelan-pelan
dong" dengan terbata-
bata dan lemah kata-kata
yang keluar dari mulutnya.
Saat seluruh
penisku telah masuk
semua, aku diam sejenak
untuk merasakan
hangatnya lubang
vaginanya.
Perlahan aku gerakkan
penisku keluar-masuk
liang vaginanya hingga
menjadi lebih lancar lagi,
semakin lama semakin
kencang aku gerakkan
penisku hingga memasuki
liang paling dalam.
Berbagai rancauan yang
aku dan Imah keluarkan
untuk
mengekspresikan
kenikmatan yang kami
alami sudah tidak
terkendali lagi, hampir 15
menit aku menggenjot
vaginanya yang
baru pertama kali
dimasuki penis hingga aku
merasa seluruh syaraf
kenikmatanku tegang.
Rasa nikmat yang aku
rasakan
saat spermaku keluar dan
memasuki lubang
vaginanya membuat
seluruh tubuhku
menegang, aku lumat
habis bibirnya yang
memerah hingga Im-im
dan kedua tanganku
meremas teteknya yang
mengeras. Akhirnya aku
bisa merasakan tubuh Im-
im yang
lama ada dianganku.
Kami berdua tergolek
lemah seolah tubuhku tak
bertulang, kupeluk tubuh
Imah dengan erat agar dia
tidak galau dan
setelah tenagaku pulih
aku berusaha memakaikan
baju padanya karena Im-
im tidak mampu berdiri
lagi. Saat aku hendak
mengenakan CD aku lihat
sedikit bercak merah
dipahanya dan aku
bersihkan dengan CD ku
agar Im-im tidak tahu
kalau
perawannya sudah aku
renggut tanpa dia sadari.
Kami berdua melakukan
hal itu berulangkali dan
Imah semakin pintar
memuaskanku dan selama
ini dia tidak hamil yang
membuatnya sangat PD.
Tanpa disadari 2 tahun
aku menikmati tubuhnya
gratis meskipun kini Imah
tidak menjadi babysiters
keponakanku sebab
kakakku telah pindah
rumah mengikuti
suaminya yang dipindah
tugaskan ke daerah lain.
Sekarang Im-im
menjadi penjaga rumahku
dan sekaligus pemuas
nafsuku saat pacar-
pacarku tidak mau aku
ajak bercinta.
Saat lebaran seperti biasa
Imah pulang kampung
selama 2 minggu dan yang
membuatku kaget dia
membawa seorang cewek
sebaya dengan Imah dan
bernama Dina yang
merupakan sepupunya.
Memang lebih cantik dan
lebih seksi dari Imah yang
membuatku berpikir kotor
saat melihat tubuh yang
dimiliki Dina yang lugu
seperti Imah 2 tahun lalu.
Pada malam harinya,
setelah kami melepas rasa
kangen dengan bercinta
hampir 2 jam, Imah tiba-
tiba menjadi serius saat dia
mengutarakan
maksudnya.
"Mas, aku sudah 2 tahun
melayani Mas untuk
membereskan urusah
rumah dan juga
memberikan kepuasan
diranjang seperti
yang aku berikan saat ini,"
Imah terdiam sejenak.
"Aku ingin tahu, apakah
ada keinginan Mas untuk
menikahiku meskipun
sampai saat ini aku tidak
hamil. Apa Mas mau
menikahiku?"
Aku terhenyak dan diam
saat disodori pertanyaan
yang tidak pernah terlintas
sedikitpun selama 2 tahun
ini. Lama aku
terdiam dan tidak tahu
mau berkata apa dan
akhirnya Imah meneruskan
perkataannya.
"Imah tahu kalau Mas
nggak ada keinginan
untuk menikahiku dan aku
nggak menuntut untuk
menjadi suamiku, 2 tahun
ini
aku merasa sangat bahagia
dan sebelum itu aku telah
mencintai Mas dan
menjadi semakin besar
saat aku tahu Mas sangat
perhatian denganku."
Imah terdiam lagi dan aku
memeluknya erat penuh
rasa sayang dan Imah pun
membalas pelukanku.
"Tapi.., aku ingin lebih dari
ini. Aku ingin bisa
menikmati cinta dan kasih
sayang seorang suami dan
itu yang membuatku
menerima pinangan
seorang pria yang
rumahnya tidak jauh dari
desaku." Aku terhenyak
dan menjadi lebih bingung
lagi dan
belum bisa menerima
kabar yang benar-benar
mengagetkanku.
Kami berdua hanya bisa
diam dan tanpa terasa
meleleh air mataku dan
aku baru merasa bahwa
aku ternyata benar-benar
menginginkannya, namun
ternyata sudah terlambat.
Keesokan harinya aku
mengantar Imah ke
terminal untuk kembali
pulang
ke desanya dan menikah
dengan seorang duda
tanpa anak, menurutnya
calon suaminya akan
menerimanya meskipun
dia sudah
tidak perawan. Dengan
langkah gontai aku
kembali ke mobilku dan
melalui hari-hariku tanpa
Imah.