Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
"Mas, komputernya hang lagi
nih..!" teriakku.
Tidak berapa lama, Bryan masuk
ke kamarku.
"Kamu emang gatek, Yen.."
celetuk Bryan kakak iparku.
Belum sempat aku bangun dari
tempat duduk, kedua tangan
Bryan sudah berada di bawah
ketiakku. Jemarinya yang berbulu,
begitu cepat menekan tombol
'Ctrl-Alt-Del'. Komputer di
depanku kembali berfungsi. Aku
terhenyak. Bryan masih berdiri
menunduk di belakangku. Dengan
sengaja kedua tangannya
menyentuh payudaraku. Aku
tidak bereaksi. Memang ini yang
kuinginkan. Jujur saja, aku
sebetulnya dapat mengatasi
masalah komputer 'hang'.
Sebenarnya yang tadi hanya trik
saja untuk 'memancing' Mas
Bryan masuk ke kamarku.
"Lembut banget Yen..," bisiknya
lirih.
Tidak lama kemudian dia keluar
kamar. Hampir aku tidak
mendengar ucapannya. Pikiranku
jauh menerawang.
"Seandainya Mas Bryan menjadi
milikku..," gumanku dalam hati.
Aku terus membayangkan
bagaimana bahagianya Priscilla,
kakak sulungku, bersuamikan
seorang Bryan. Badannya tinggi
tegap. Kulitnya yang putih bersih,
ditumbuhi bulu-bulu halus. Mas
Bryan yang peranakan Jawa-
Pakistan, sudah satu setengah
tahun tinggal di rumah kami.
Karena Cilla, panggilan kakak
sulungku, sedang mengandung,
Mama meminta mereka tinggal
sementara di rumah ini.
Dering handphone membuyarkan
lamunanku. Ahh, rupanya hanya
SMS saja. Tapi, wooww ternyata
itu pesan dari Mas Bryan.
Isinya singkat, "YEN, TOKETNYA
INDAH BANGET, SORRY YA
NGACENG AJA."
Aku tersenyum membacanya.
Aku mengerti maksud kata-kata
terakhirnya, bukan ngaceng aja,
tapi ngga sengaja. Kalaupun Mas
Bryan benar-benar terangsang
ketika berada di kamarku,
memang wajar. Bukan hanya dia
yang mengatakan buah dadaku
indah, bahkan teman-teman
cewek di kampus pun iri melihat
punyaku ini. Apalagi sebelum Mas
Bryan masuk kamarku, aku
sengaja hanya mengenakan kaos
oblong tanpa BH.
Malamnya, Mas Bryan SMS lagi.
Dia sedang asyik menonton liga
Italy di home theatre rumahku.
Dalam pesannya, dia minta
ditemani nonton bola. Kujawab
tidak. Aku memang tidak senang
menonton bola.
"KALO BOLA YANG LAIN MAU."
pancingku me-reply pesannya.
Sebetulnya aku ingin sekali berdua
dengannya di malam seperti ini.
Tetapi yang menjadi masalah
adalah letak home theatre yang di
pojok dekat taman persis
bersebelahan dengan kamar tidur
Mamaku. Kalau ketahuan kan jadi
kacau semua. Kamar Mas Bryan
sendiri ada di lantai atas,
bersebelahan dengan adikku yang
bungsu. Tetapi, kalau nonton TV
Mas Bryan lebih senang di bawah.
Mbak Cilla sudah tahu kebiasaan
suaminya menonton bola di
bawah. Kesempatan ini
kumanfaatkan sekalian. Tetap
lewat sarana SMS, kupancing Mas
Bryan masuk kamarku.
Gairah seksku sedang
memuncak-muncaknya malam
itu. Mungkin karena mau dapat
mens. Aku harus berterima kasih
banyak pada fasilitas SMS lintas
operator ini. Sudah dua minggu
lebih, saya dan Mas Bryan saling
kirim pesan rahasia. Padahal kami
sama-sama berada di rumah.
Kalau bicara langsung atau
telepon kan beresiko ada yang
menguping. SMS benar-benar
menghubungkan cintaku
padanya.
Pintu kamar terkuak perlahan.
Dengan sedikit berjinjit Mas Bryan
masuk kamarku. Mengenakan
celana pendek dan kasus oblong.
Kumis dan cambangnya baru
dicukur. Birahiku menggelora
melihat wajah Mas Bryan di
depanku. Bahunya yang lebar
mendatar ditambah dadanya
yang bidang membuatku ingin
segera menggelayutinya manja.
"Blom tidur Yen..?" tanyanya
berbasa-basi.
Tidak kujawab. Aku hanya
tersenyum manja sambil
mengibas rambutku. Malam itu
aku memakai baju tidur model
'you can see' dan celana selutut.
Agak lama kukibaskan rambutku.
Mas Bryan pasti tidak melewatkan
kesempatan emas ini. Dengan
kaos 'you can see', jelas terlihat
olehnya payudaraku yang putih
menyembul.
Pelukan hangat Mas Bryan
langsung menyergap. Memeluk
dari belakang, membuat
tangannya bebas-puas
menggerayangi payudaraku.
Sambil mendesis-desis, bibirnya
yang seksi mulai melumat leher
dan belakang kupingku. Pantas
saja Mbak Cilla betah di kamar.
Mas Bryan memang paling jago
memanjakan cewek.
Permainannya lembut dan halus.
Baru kali ini aku merasakan
sentuhan-sentuhan seorang lelaki
yang membuatku nikmat
keenakan.
Tidak seperti Joko pacarku, Mas
Bryan sangat sabar menelusuri
seluruh bagian tubuhku. Dia
begitu menikmati jengkal demi
jengkal lekuk tubuhku. Aku sangat
menikmati permainan jilatan lidah
dan remasan jari-jarinya yang
nakal. Kini aku hanya menyisakan
celana dalam saja. Pakaian tidur
dan BH sudah dicampakannya.
Entah kenapa, Mas Bryan belum
juga menjamah bagian paling
peka dari tubuhku. Padahal aku
sudah sangat mengharapkan
jilatan demi jilatan merambah
bibir kemaluanku yang sudah
mulai membasah.
Ternyata, kesabaran Mas Bryan
menjelajahi bagian tubuhku
berhenti sampai disitu. Tiba-tiba
dia mengangkat tubuhku ke
tempat tidur. Dengan sedikit
tergesa-gesa, dia membaringkan
tubuhku di pinggir tempat tidur.
Buru-buru dia melepas celana
dalamku dan CD-nya. Dengan
berlutut di pinggir tempat tidur,
Mas Bryan sudah mengeluarkan
senjata pamungkasnya. Sebatang
daging keras memanjang sudah
mendekati selangkanganku.
"Jangan dulu Mas..!" sahutku lirih.
Aku kecewa berat. Kenapa sih
setiap lelaki selalu ingin cepat-
cepat memasukkan batangnya ke
lubang kemaluannya wanita.
Padahal aku masih butuh foreplay
yang lama. Kenikmatan tidak
hanya didapat ketika batang itu
ada dalam lubang kemaluan.
"Mas sudah ngga tahan,
sayang..!" katanya.
Batang kokoh berurat itu mulai
menekan-nekan. Aku meringis
kesakitan.
"Ahh.., perlahan dong Mas..!" aku
menahan sakit.
Seperti tidak mendengar
permintaanku, Mas Bryan
semakin kencang menekan.
Kedua tangannya menyangga
tubuhnya di bibir tempat tidur.
Sementara kedua lututnya
bertekuk di lantai. Gaya seperti ini
pernah saya lihat di film biru.
Kedua kakiku ditekuknya seperti
kecoa kepanasan. Menurut cerita
teman-temanku, posisi inilah
yang didambakan setiap wanita.
Dalam posisi seperti ini, penetrasi
alat vital pria akan maksimal.
Sementara kedua tangannya akan
bebas meremas payudara si
wanita. Tetapi semua itu tidak
kuperoleh dari Mas Bryan.
Tidak seperti yang kuduga, sudah
hampir tiga menit Mas Bryan
belum berhasil menembus
keperawananku. Puluhan kali dia
mendorong batang kemaluannya,
aku belum merasakan nikmatnya
batangan daging memenuhi
rongga vaginaku.
Tiba-tiba Mas Bryan berkata, "Mau
keluar nih Cilla..!" sambil meringis
menahan sakit.
Aku tersenyum mendengar
ucapannya. Mas Bryan tidak sadar
kalau tubuh yang dihimpitnya
adalah tubuhku, adik iparnya,
bukan Mbak Cilla istrinya.
Dan, "Cret.. cret.. cret.." cairan
putih kental menghujam perutku.
Aku masih telentang ketika Mas
Bryan mengenakan celananya.
Tanpa permisi, dia langsung
meninggalkanku. Cairan sperma
Mas Bryan terasa meleleh ke
bawah. Kemudian terhenti dan
menggumpal di sela-sela bulu
kemaluanku yang lebat. Seperti
tidak percaya, aku mengenang
kejadian beberapa menit yang
lalu. Bukan tidak percaya pada hal
yang kami berdua lakukan, tetapi
pada 'kemampuan' Mas Bryan.
Mungkin aku terlalu tinggi
menghayal dan berharap Mas
Bryan sebagai lelaki perkasa,
sehingga aku merasa kecewa
dalam kenyataannya.
Padahal, kalau Mas Bryan tidak
terburu-buru, akan kuberikan
pertama kali kenikmatan
untuknya. Biarlah, Joko pacarku
mengambil sisanya, karena
memang aku tidak berharap
banyak dari Joko. Hubunganku
selama ini dengannya lebih karena
aku menuruti keinginan Mama
saja. Maklum sudah tua,
menjanda pula. Mama ingin, aku
Yennita, satu-satunya anak
perempuan yang single,
berjodohan dengan keponakan
Papa almarhum.
Paginya aku bangun kesiangan.
Seluruh badan terasa pegal,
mungkin karena permainan
semalam yang tidak tuntas.
Kusambar handphone-ku, lagi-
lagi SMS dari Mas Bryan. Tidak
seperti biasanya, kali ini pesannya
agak panjang. Intinya, dia minta
maaf atas 'happy ending' yang
kurang bagus tadi malam.
Menurut pengakuannya dalam
SMS yang berturut-turut,
sebelum tubuhku dibawanya ke
atas tempat tidur, dia sudah
merasa khawatir kalau Mbak Cilla
atau Mama mengetahui kejadian
itu. Dasar lelaki, Mas Bryan tidak
mau melepaskan kesempatan itu
begitu saja. Maka yang terjadi
adalah dia buru-buru
mengarahkan batang
kemaluannya ke liang
keperawananku. Dia masih
sempat menikmati ejakulasi.
Sementara aku, hanya dapat
pegal dan kecewa saja. Tapi
sudahlah.
Hari-hari berikutnya, kami masih
sering ber-SMS ria. Isinya apalagi
kalau bukan saling memancing
birahi. Belajar dari film "Mission
Impossible," kami selalu langsung
menghapus setiap pesan SMS.
Bahkan, kalau sedang tiduran di
samping Mbak Cilla pun, Mas
Bryan sengaja menyimpan
handphone-nya di bawah bantal,
agar dering atau vibrasinya tidak
terdengar istrinya.
Pernah suatu ketika, lewat SMS
Mas Bryan memberitahu kalau dia
mau 'main' sama Mbak. Dia
menantangku kalau mau
mengintip permainan 'bola'-nya.
Pintu kamarnya sengaja dibuka
sedikit, memberi celah bagiku
menikmati permainan seru
mereka. Penasaran, kuturuti
tantangannya. Dan alamaak,
Bryan di atas ranjang memang
seperti yang kudambakan selama
ini. Kakakku sampai kewalahan
mengimbangi irama permainan
suaminya. Dari wajahnya, terlihat
mereka lemas kelelahan.
Kenikmatan duniawi akhirnya
mereka renggut berdua malam
itu. Sementara aku hanya dapat
menelan ludah.
Ada juga lucunya Mas Bryan ini.
Masih dengan SMS, dia
'melaporkan' hasil permainan
dengan kakakku Cilla.
Ternyata isi dalam SMS-nya
adalah, "Aku membayangkan
tubuh Yennita ketika menindih
Mbak Cilla."
Gila..! Aku balas SMS itu,
"BUKTIKAN DENGANKU MAS,
JANGAN HANYA
MEMBAYANGKAN." aku mulai
memancing dia lagi.