Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Kedua barbel kecil masing-masing
seberat 5 kilogram terasa telah
kian berat saja kuayun-ayunkan
bergantian. Keringatku telah sejak
tadi berseleweran membasahi
seluruh tubuhku yang
kuperhatikan lewat cermin
sebesar pintu di depanku itu telah
tambah mekar dan kekar. Kalau
dibandingkan dengan atlet
binaraga, aku tak kalah indahnya.
Aku hanya tersenyum sambil
kemudian menaruh kedua
barbelku dan menyeka keringat di
dahi. Kuperhatikan jam telah
menunjukan pukul 22:39 tepat.
Ya, memang pada jam-jam
seperti ini aku biasa olahraga berat
untuk membentuk otot-otot di
tubuhku. Suasana sepi dan udara
sejuk sangat aku sukai. Kamar
kost-ku di pinggirn utara kota
Jogja memang menawarkan
hawa dinginnya. Itulah sebabnya
aku sangat betah kost di sini sejak
resmi jadi mahasiswa hingga
hampir ujian akhirku yang
memasuki semester delapan ini.
Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu
berolahraga dengan telanjang
bulat, sehingga dapat
kuperhatikan tubuhku sendiri
lewat cermin itu yang kian hari
kian tumbuh kekar dan indah.
berkulit sawo matang gelap.
Rambut kasar memenuhi hampir
di seluruh kedua lengan tangan
dan kaki serta dadaku yang
membidang ke bawah, lebih-lebih
pada daerah kemaluanku.
Rambutnya tumbuh subur
dengan batang zakarnya yang
selalu terhangati olehnya. Kuraba-
raba batang kemaluanku yang
mulai beranjak tegang ereksi ini.
Hmm, ouh, mengasyikan sekali.
Air keringatku turut membasahi
batang zakar dan buah pelirku.
Dengan sambil duduk di kursi
plastik aku berfantasi seandainya
ini dilakukan oleh seorang wanita.
Mengelus-elus zakarku yang
pernah kuukur memiliki panjang
20 centimeter dengan garis
lingkar yang 18 centimeter!
Mataku hanya merem melek saja
menikmati sensasi yang indah ini.
Perlahan-lahan aku mulai
melumuri batang zakarku dengan
air liurku sendiri. Kini sambil
menggenggam batang zakar, aku
terus menerus melakukan
mengocok-ngocok secara lembut
yang berangsur-angsur ke tempo
cepat.
Aku tengah menikmati itu semua
dengan sensasiku yang luar biasa
ketika tiba-tiba pintu kamar kost-
ku diketok pelan-pelan. Sial, aku
sejenak terperangah, lebih-lebih
saat kudengar suara cewek yang
cukup lama sekali tak pernah
kudengar.
"Mas, Mas Wid? Ini aku, Irma!"
Irma? Adik sepupuku dari
Pekalongan? Ngapain malam-
malam begini ini datang ke Jogja?
Gila! Buru-buru aku melilitkan kain
handuk kecilku sambil memburu
ke arah pintu untuk
membukakannya. "Irma?" ucapku
sambil menggeser posisiku
berdiri untuk memberi jalan
masuk buat adik sepupuku yang
terkenal tomboy ini. Irma terus
saja masuk ke dalam sambil
melempar tas ranselnya dan lari
ke kamar mandi yang memang
tersedia di setiap kamar kost ini.
Sejenak aku melongok keluar,
sepi, hanya gelap di halaman
samping yang menawarkan
kesunyian. Pintu kembali kututup
dan kukunci. Aku hanya
menghela nafasku dalam-dalam
sambil memperhatikan tas ransel
Irma.
Tak berapa lama Irma keluar
dengan wajah basah dan kusut.
Rambutnya yang lebat sebahu
acak-acakan. Aku agak terkejut
saat menyadari bahwa kini Irma
hanya memakai kaos oblong khas
Jogja. Rupanya ia telah melepas
celana jeans biru ketatnya di
kamar mandi. Kulit pahanya yang
kuning langsat dan ketat itu
terlihat jelas. "Ada masalah apa
lagi, hmm? Dapat nilai jelek lagi di
sekolahan lalu dimarahi Bapak
Ibumu?" tanyaku sambil
mendekat dan mengelus
rambutnya, Irma hanya terdiam
saja. Anak SMU kelas dua ini
memang bandel. Mungkin sifat
tomboynya yang membuat
dirinya begitu. Tak mudah diatur
dan maunya sendiri saja. Jadinya,
aku ini yang sering kewalahan jika
ia datang mendadak minta
perlindunganku. Aku memang
punya pengaruh di lingkungan
keluarganya.
Irma hanya berdiri termangu di
depan cermin olah ragaku. Walau
wajahnya merunduk, aku dapat
melihat bahwa dia sedang
memandangi tubuhku yang
setengah telanjang ini.
"Lama ya Mas, Irma nggak ke
sini."
"Hampir lima tahun," jawabku
lebih mendekat lagi lalu kusadari
bahwa lengan dan tangannya luka
lecet kecil.
"Berantem lagi, ya? Gila!" seruku
kaget menyadari memar-memar
di leher, wajah, kaki, dan entah
dimana lagi.
"Irma kalah, Mas. Dikeroyok
sepuluh cowok jalanan. Sakit
semua, ouih. Mas, jangan bilang
sama Bapak Ibu ya, kalau Irma
kesini. Aduh..!" teriak tertahan
Irma mengaduh pada dadanya.
"Apa yang kamu rasakan Ir?
Dimana sakitnya, dimana?"
tanyaku menahan tubuhnya yang
mau roboh.
Tapi dengan kuat Irma dapat
berdiri kembali secara gontai
sambil memegangi lenganku.
"Seluruh tubuhku rasanya sakit
dan pegal semua, Mas, ouh!"
"Biar Mas lihat, ya? Nggak apa-apa
khan? Nggak malu, to?" desakku
yang terus terang aku sudah
mulai tergoda dengan postur
tubuh Irma yang bongsor ketat.
Irma hanya mengangguk kalem.
"Ah, Mas Wid. Irma malah pengin
seperti dulu lagi, kita mandi
bareng.. Irma kangen sama
pijitan Mas Wid!" ujar Irma
tersenyum malu.
Edan! Aku kian merasakan batang
kemaluanku mengeras ketat. Dan
itu jelas sekali terlihat pada bentuk
handuk kecil yang menutupinya,
ada semacam benda keras yang
hendak menyodok keluar. Dan
Irma dapat pula melihatnya!
Perlahan kulepas kaos oblong
Irma. Sebentar dirinya seperti
malu-malu, tapi kemudian
membiarkan tanganku kemudian
melepas BH ukuran 36B serta CD
krem berenda ketatnya. Aku
terkejut dan sekaligus terangsang
hebat. Di tubuh mulusnya yang
indah itu, banyak memar
menghiasinya. Aku berjalan
memutari tubuh telanjangnya.
Dengan gemetaran, jemariku
menggerayangi wajahnya,
bibirnya, lalu leher dan terus ke
bawahnya. Cukup lama aku
meraba-raba dan mengelus serta
meremas lembut buah dadanya
yang ranum ini. "Mas Wid.. enak
sekali Mas, teruskan yaa.. ouh,
ouh..!" pinta mulut Irma sambil
merem-melek. Mulutku kini maju
ke dada Irma. Perlahan kuhisap
dan kukulum nikmat puting
susunya yang coklat kehitaman
itu secara bergantian kiri dan
kanannya. Sementara kedua
jemari tanganku tetap meremas-
remas kalem dan meningkat
keras. Mulut Irma makin merintih-
rintih memintaku untuk berbuat
lebih nekat dan berani. Irma
menantangku, sedotan pada
puting susunya makin kukeraskan
sambil kuselingi dengan memilin-
milin puting-puting susu tersebut
secara gemas.
"Auuh, aduh Mas Wid, lebih
keras.. lebih kencang, ouh!"
menggelinjang tubuh Irma sambil
berpegangan pada kedua
pundakku. Puting Irma memang
kenyal dan mengasyikan.
Kurasakan bahwa kedua puting
susu Irma telah mengeras total.
Aku merendahkan tubuhku ke
bawah, mulutku menyusuri kulit
tubuh bugil Irma, menyapu
perutnya dan terus ke bawah lagi.
Rambut kemaluan Irma rupanya
dicukur habis, sehingga yang
tampak kini adalah gundukan
daging lembut yang terbelah
celah sempitnya yang rapat.
Karuan lagi saja, mulutku
langsung menerkam bibir
kemaluan Irma dengan penuh
nafsu. Aku terus mendesakkan
mulutku ke dalam liang
kemaluannya yang sempit sambil
menjulurkan lidahku untuk
menjilati klitorisnya di dalam sana.
Irma benar-benar sangat
menggairahkan. Dalam masalah
seks, aku memang memliki
jadwal rutin dengan pacarku yang
dokter gigi itu. Dan kalau
dibandingkan, Irma lebih unggul
dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak
hanya melumat-lumat bibir
kemaluan Irma, tapi juga
menyedot-nyedotnya dengan
ganas, menggigit kecil serta
menjilat-jilat.
Tanpa kusadari kain handukku
terlepas sendiri. Aku sudah
merasakan batang kemaluanku
yang minta untuk menerjang
liang kemaluan lawan. Karuan
lagi, aku cepat berdiri dan
meminta Irma untuk jongkok di
depanku. Gadis itu menurut saja.
"Buka mulutmu, Dik. Buka!"
pintaku sambil membimbing
batang kemaluanku ke dalam
mulut Irma. Gadis itu semula
menolak keras, tapi aku terus
memaksanya bahwa ini tidak
berbahaya. Akhirnya Irma
menurut saja. Irma mulai
menyedot-nyedot keras batang
kemaluanku sembari meremas-
remas buah zakarku. Ahk,
sungguh indah dan
menggairahkan. Perbuatan Irma
ini rupanya lebih binal dari Sinta.
Jemari Irma kadangkala
menyelingi dengan mengocok-
ngocok batang kemaluanku, lalu
menelannya dan melumat-lumat
dengan girang.
"Teruskan Dik, teruskan, yeeahh,
ouh.. ouh.. auh!" teriakku
kegelian. Keringat kembali
berceceran deras. Aku turut serta
menusuk-nusukan batang
kemaluanku ke dalam mulut
Irma, sehingga gadis cantik ini
jadi tersendak-sendak. Tapi justru
aku kian senang. Kini aku tak
dapat menahan desakan titik
puncak orgasmeku. Dengan cepat
aku muntahkan spermaku di
dalam mulut Irma yang masih
mengulum ujung batang
kemlauanku.
"Croot.. creet.. crret..!"
"Ditelan Dik, ayo ditelan habis, dan
bersihkan lepotannya!" pintaku
yang dituruti saja oleh Irma yang
semula hendak
memuntahkannya. Aku sedikit
dapat bernafas lega. Irma telah
menjilati dan membersihkan
lepotan air maniku di sekujur
ujung zakar.
"Maass, ouh, rasanya aneh..!" ujar
Irma sambil kuminta berdiri.
Sesaat lamanya kami saling
pandang. Kami kemudian hanya
saling berpelukan dengan hangat
dan mesra. Kurasakan desakan
buah dadanya yang kencang itu
menggelitik birahiku kembali.
"Ayo Dik, menungging di depan
cermin itu!" pintaku sambil
mengarahkan tubuh Irma untuk
menungging. Irma manut.
Dengan cepat aku terus
membenamkan batang
kemaluanku ke liang kemaluan
Irma lewat belakang dan
melakukan gerakan maju mundur
dengan kencang sekali. "Aduuh,
auuh.. ouh.. ouh.. aah.. ouh,
sakit, sakit Mas!" teriak-teriak
mulut Irma merem-melek. Tapi
aku tak peduli, adik sepupuku itu
terus saja kuperkosa dengan
hebat. Sambil berpegangan pada
kedua pinggulnya, aku menari-
narikan batang kemaluanku pada
liang kemaluan Irma.
"Sakiit.. ouhh..!"
"Blesep.. slep.. sleep.." suara
tusukan persetubuhan itu begitu
indah.
Irma terus saja menggelinjang
hebat.
Aku segera mencabut batang
kemaluanku, membalikkan posisi
tubuh Irma yang kini telentang
dengan kedua kakinya kuminta
untuk melipat sejajar badannya.
sementara kedua tangannya
memegangi lipatan kedua
kakinya. Kini aku bekerja lagi
untuk menyetubuhi Irma.
"Ouuh.. aahhk.. ouh.. ouh..!"
Dengan menopang tubuhku
berpegangan pada buah dadanya,
aku terus kian ganas tanpa
ampun lagi menikam-nikam
kemaluan Irma dengan batang
kemaluanku.
"Crroot.. cret.. creet..!"
Menyemprot air mani zakarku di
dalam liang kemaluan Irma.
"Maas.. ouuh.. aduh.. aahk!" teriak
Irma yang langsung agak lunglai
lemas, sementara aku berbaring
menindih tubuh bugilnya dengan
batang kemaluanku yang masih
tetap menancap di dalam
kemaluanya.
"Dik Irma, bagaimana kalau adik
pindah sekolah di Jogja saja. Kita
kontrak satu rumah.. hmm?"
tanyaku sambil menciumi mulut
tebal sensual Irma yang juga
membalasku. "Irma sudi-sudi
saja, Mas. Ouh.." Entah, karena
kelelehan kami, akhirnya tidur
adalah pilihannya. Aku benar-
benar terlelap.
TAMAT