Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
"Hey kok ada di sini!" Kami sama-
sama kaget ketika sore itu
bertemu di front desk sebuah
hotel terbaik di Yogyakarta.
"Baru datang?, Mbak Irma sama
siapa?" tanyaku.
"Sendiri," jawabnya, "Udah
berapa lama disini?" ia balik
bertanya.
Mbak Irma adalah istri kakak
iparku. Ia baru datang mendapat
tugas mendadak dari kantornya
dan besok sore sudah pulang lagi
ke Jakarta. Sedangkan aku baru
pulang dari tempat kerja, sudah
tiga hari di Yogya dari rencananya
seminggu. Karir Mbak Irma di
kantornya memang cukup baik,
bahkan penghasilannya jauh lebih
baik ketimbang suaminya. Jika
bertemu aku, ia cukup antusias
membicarakan masalah-masalah
pekerjaan. Sedangkan suaminya
biasanya diam saja
mendengarkan dan tidak bisa
mengikuti pembicaraan.
Mbak Irma mempunyai paras
yang cantik, tetapi yang lebih
mengundang pikiran jorok para
lelaki adalah tubuhnya yang
mungil dan sintal amat seksi.
Menyadari kelebihannya itu, ia
selalu memakai celana panjang
dan baju-baju atau kaos yang
ketat. Seakan sengaja
mempertontonkan buah dada
dan lekukan-lekukan indah
tubuhnya. Terus terang setiap
bertemu atau berbicara
dengannya aku tidak kuat lama-
lama menatapnya. Aku seringkali
berpaling ke arah lain kalau
berbicara dengannya. Keadaan itu
justru membuat janggal
hubungan kami. Mbak Irma
seakan mengerti usahaku untuk
menjinakkan liar mataku. Aku
hampir tak pernah bisa bicara
dengannya secara santai.
Parasnya yang sensual selalu
membuatku gelisah. Pernah suatu
saat aku mencoba untuk bersikap
santai berbicara sambil menatap
matanya yang bening. Tetapi
lama-kelamaan mataku terasa
berat kemudian semakin berat lagi
seolah menahan beban puluhan
ton. Akhirnya mataku merasa
capai sehingga kemudian
pandanganku turun, kemudian
turun lagi dan berhenti pada buah
dadanya yang menyembul di
balik kaosnya yang ketat. Aku
menarik nafas panjang sebelum
kemudian tersadar kembali. Akan
tetapi kesadaran itu sudah
terlambat, Mbak Irma telah
menangkap basah kelakuan
mataku yang nakal. Entah apa
yang dipikirkan Mbak Irma saat
itu. Ia kemudian merubah posisi
duduknya. Setelah kejadian itu
aku semakin tidak berani menatap
Mbak Irma.
Akan tetapi sekarang Mbak Irma
ada di depanku. Setelah check in,
aku membantu Mbak Irma
membawakan tasnya ke
kamarnya. Ketika berjalan di
lorong hotel, aku sempat
memperhatikan pantat Mbak Irma
yang sintal seolah meliuk-liuk
menggoda kejantananku.
"Lumayan juga hotelnya,"
ujarnya sambil memperhatikan
sekeliling kamar. Setelah
menyimpan barang-barangnya di
lemari, aku kemudian duduk di
kursi menghadap ke tempat tidur.
Sementara itu Mbak Irma
kemudian melepaskan jaketnya
sehingga kini yang tersisa adalah
tang top-nya yang berwarna
hitam dengan celana ketatnya
berwarna hitam juga. Dengan
baju yang relatif minim itu, kini
belahan dada dan pangkal lengan
Mbak Irma semakin terbuka. Aku
mengagumi begitu mulus dan
putihnya tubuh Mbak Irma.
"Aduh capai juga," gumannya.
Setelah minum aqua yang
tersedia di meja kecil kemudian
dia berjalan menghampiri tempat
tidur. Tidak disangka-sangka ia
kemudian membalikkan
badannya kemudian merebahkan
badannya di tempat tidur
sementara kakinya menggantung
ke lantai. Apa yang terlihat adalah
onggokan kewanitaannya yang
menyembul di balik celananya
yang relatif tipis. Bahkan belahan
diantara dua bibir kemaluannya
pun tampak dengan jelas terlihat.
Suasana dalam kamar yang
hening dan nyaman itu ikut
membantu meningkatkan
nafsuku. Detak jantungku
semakin terasa memburu. Aku
merasakan ada aliran panas
antara jantung sampai ke
tenggorokan. Nafasku menjadi
tersengal-sengal. Beberapa kali
aku menarik nafas panjang
mencoba menenangkan diri.
Kejantanan dan sekitarnya terasa
panas dan kaku atau entah apa
rasanya.
Kini kepalaku terasa pusing,
mungkin peredaran darahku
menjadi tidak teratur. Dalam
keadaan tersebut pikiran warasku
telah terbang entah ke mana. Aku
mencoba lagi sekuat tenaga untuk
mengendalikan diri, terlintas di
pikiranku untuk segera lari secepat
kilat menerjang pintu menjauhi
situasi yang sangat menyiksa itu.
Akan tetapi semakin lama aku
semakin tidak dapat
mengendalikan diri. Dalam
pikiranku, aku ingin berbuat
sesuatu. Kalaulah nanti terjadi
apa-apa dan Mbak Irma marah,
aku akan segera balik
menyalahkan Mbak Irma, kenapa
bersikap begitu, mengundang
nafsuku sebagai laki-laki yang
normal. Tekadku sekarang telah
terfokus. Aku ingin meraba
onggokan indah di selangkang
Mbak Irma itu. Akan tetapi
tanganku kini menjadi kaku.
Seakan erat menempel pada
sandaran kursi. Akan tetapi
kepalaku yang sudah semakin
pusing dan darahku yang
semakin mendidih telah
mendorongku untuk berbuat
nekat.
Setelah aku berdiri, tampaklah
wajah sensual Mbak Irma beserta
dua payudaranya yang montok.
Matanya menatapku, mestinya dia
tahu gelagatnya bahwa aku
sedang mendekatinya. Kalaulah
dia akan menolak, semestinya dia
segera merubah posisi tubuhnya
pikirku. Akan tetapi ia hanya
menatapku. Berarti dia tidak
menghindar terhadap semua
kemungkinan yang akan terjadi
pikirku. Tanpa basa-basi aku
mengelus onggokan yang
kuimpikan itu, kemudian aku
berjongkok mencium onggokan
itu dalam-dalam. Aku
menciumnya dengan nafas yang
panjang sampai paru-paruku
penuh. Betul juga dugaanku, dia
tidak marah. Dia menggelinjang
sebentar, tanpa merubah posisi
tubuhnya. Setelah menciumnya
dengan penuh kelembutan, aku
bangkit kembali, kemudian
merayap di tempat tidur
menghampiri wajahnya.
"Mbak aku nggak tahan.." ucapku
mesra.
"Ah Ronny.." sahutnya.
"Mbak, aku ingin
menyetubuhimu," godaku.
Sengaja aku mengucapkan kata-
kata jorok untuk membangkitkan
birahinya. Dia tertawa kecil.
"Ron, seharusnya jadwalku ke
Yogya baru minggu depan, tetapi
sengaja kupercepat menjadi hari
ini setelah tahu bahwa kamu ada
di sini," ucapnya.
Nah lo. Pengakuannya bagaikan
guntur yang menggema ke
seluruh ruangan. Berarti dia ingin
ketemu aku.
"Mbak.." gumanku. Aku segera
merangkulnya kemudian
menyeret tubuhnya ke atas
sehingga seluruh tubuhnya kini
berada di atas kasur. Aku
memeluknya, menindihnya,
kemudian menciumi pipi kiri dan
kanannya penuh kemesraan.
Sedangkan kedua tangan Mbak
Irma merangkul pundakku, erat
sekali. Nafas kami sama-sama
memburu. Terasa kenyal buah
dadanya. Lama aku
menggumulinya, menciumi
lehernya kemudian bawah
telinganya baik kiri maupun
kanan. Kami sama-sama menarik
nafas panjang. Mbak Irma
ternyata sangat bernafsu. Bibir
sensualnya menyambar bibirku,
kemudian kami saling mengulum.
Tampaknya ia mencari lidahku,
kemudian kujulurkan dan
langsung dia hisap dalam-dalam.
Tangan Mbak Irma terus
merayap-rayap di sekitar
punggungku. Kini selangkangan
Mbak Irma terasa bergerak
mengangkat ke atas dan ke
bawah.
Kemudian aku duduk,
kupelorotkan celana panjangnya
berbarengan dengan CD-nya
sampai benar-benar terlepas.
Tidak begitu susah karena karet di
sekitar pinggang celananya yang
lentur, demikian juga Mbak Irma
ikut membantu. Gila benar. Di
hadapanku terhampar
pemandangan surga dunia nan
indah. Kulitnya sangat mulus,
putih bersih bagaikan pualam.
Sementara di sekitar lubang
surganya ditumbuhi bulu-bulu
tipis nan halus. Sementara bibir
surganya sangat indah, mungil
berwarna merah kecoklatan. Aku
segera mengulum bibir surganya
itu. Aku remas-remas
menggunakan bibirku. Kembali
aku melumat bibir-bibir surganya
itu dengan buasnya. Kedua
kakinya kemudian ditekuk
sehingga telapaknya menapak di
tempat tidur. Mbak Irma
menggelinjang-gelinjang naik
turun. "Oh.. oh.. oh, Rud.." Aku
segera menjulurkan lidah
menyapu lubang surganya dari
bawah sampai ke atas.
Sedangkan kedua tanganku
memegangi kedua paha
mungilnya. Lidahku kemudian
berputar-putar di sekitar
klitorisnya. Gerakan pinggulnya
semakin lincah lagi demikian juga
nafasnya semakin memburu.
Tidak lama kemudian kedua
kakinya rapat menjepit kepalaku
diiringi erangan panjang yang
memilukan. "Oh.." Terasa ada
cairan hangat mengalir dari
lubang kenikmatannya. Ternyata
Mbak Irma telah mencapai
orgasmenya. Aku menghentikan
semua aktivitasku sampai tubuh
Mbak Irma lunglai. Kakinya
kemudian dijulurkan lagi.
Sejenak kemudian Mbak Irma
duduk, ia membuka dasi yang
masih mengikat di leherku,
kemudian kancing bajuku satu-
satu ia lepaskan. Akupun
kemudian membuka baju dan
BH-nya. Wow.. Tampaklah
payudara yang montok
menggantung kencang di
dadanya. Aku tak habis pikir,
mengapa tubuh Mbak Irma begitu
bagusnya. Kemudian Mbak Irma
meraih ikat pinggangku,
melepaskannya kemudian
celanaku pun ia pelorotkan.
Akirnya kami sama-sama
telanjang. Sementara itu senjataku
sudah tegak berdiri. Aku langsung
menyambar dan melumat
payudara yang ranum itu dengan
rakusnya. Kemudian mendorong
Mbak Irma sehingga rebah
kembali. Namun Mbak Irma
meronta berusaha merubah
posisinya, setelah kuberi
kesempatan ternyata ia berputar
membentuk posisi 69, kemudian
ia mengulum kejantananku. Aku
menggelinjang merasakan
nikmatnya permainan bibir
mungilnya. Sementara itu, aku
menikmati indahnya pantat Mbak
Irma kemudian meremas-
remasnya. Mbak Irma pandai
sekali memainkan lidah dan
bibirnya mengocok kejantananku.
Aku menggelinjang-gelinjang lagi
merasakan nikmatnya yang tiada
tara. Untuk mengimbangi
permainan Mbak Irma yang luar
biasa, kemudian aku memainkan
lubang kenikmatannya yang
sudah basah tidak karuan.
Kemudian aku kocok
menggunakan jari tengahku.
Rupanya Mbak Irma sudah tidak
tahan.
Mbak Irma bergerak merubah
posisinya kemudian duduk di
sampingku yang kini terlentang.
"Ronn.. masukin yah," pintanya
memelas. Aku hanya mampu
tersenyum. Mbak Irma kemudian
mengangkang di selangkanganku.
Ia membimbing dan
mengarahkan kejantananku ke
lubang kenikmatannya. Kemudian
perlahan-lahan menurunkan
pantatnya. Setelah kepala
kejantananku masuk, kemudian ia
mengeluarkannya lagi dan
kemudian mengocoknya kembali.
Kejantananku semakin dalam
menerobos lubang
kenikmatannya yang mungil.
Semakin dalam semakin terasa
nikmat sekali pijitan-pijitan lubang
kenikmatannya. Aku tak dapat lagi
menceritakan bagaimana
nikmatnya saat itu, apalagi Mbak
Irma adalah fantasiku selama ini.
Kedua payudaranya kuremas-
remas. Gerakan Mbak Irma
semakin liar. Desahannya
semakin kencang. "Oh.. oh.. oh.."
Ia terus mengocok kejantananku.
Semakin kencang. Semakin
kencang lagi. Akhirnya Mbak Irma
menjatuhkan badannya ke
dadaku. Wajahnya lekat
diselusupkan di leherku. Nafasnya
tersengal-sengal. Sementara
pantatku terus kudorong ke atas.
"Ron aku mau keluar.." desahnya
tertahan. "Aku juga Ir.." jawabku.
Tak lama kemudian kami sama-
sama mencapai klimaksnya.
Terasa lubang kenikmatannya
berdenyut-denyut meremas
kejantananku. Kami sama-sama
lunglai. Mbak Irma tertidur dalam
pelukan di dadaku.
Sekitar sejam kemudian kami
sama-sama kaget terbangun oleh
dering suara telepon. Ternyata HP
Mbak Irma yang berbunyi. Mbak
Irma kemudian menjawabnya,
"Hallo Pap.." Ternyata telepon dari
kakak iparku, suaminya. Ia duduk
dengan kaki kirinya bersila
sementara kaki kanannya ditekuk
tegak. Ia merunduk
menempelkan HP di telinganya.
Rambutnya terurai menutupi
wajahnya. Kemudian ia
menyibakkan rambutnya.
Tampak sekali lagi wajah
sensualnya seperti yang selama
ini kulihat. Tapi kali ini aku
melihatnya dalam keadaan
telanjang bulat. Tiba-tiba nafsuku
bangkit kembali. Kejantananku
terasa memanas dan kemudian
tegak berdiri. Aku kemudian
menghampirinya dan
memeluknya. Tangan kiri Mbak
Irma berusaha mencegahku.
Tetapi aku terus meremas
payudaranya dari belakang dan
menciumi pundaknya.
Akhirnya Mbak Irma mengikuti
kegilaanku selagi dia telepon
suaminya. Ia berusaha
mengurangi pembicaraannya dan
memancing suaminya untuk
terus berbicara. Nafsuku semakin
memburu. Demikian juga Mbak
Irma. Ia menggeliat-geliat sambil
memejamkan matanya.
Kemudian aku membimbingnya
untuk menungging. Ia
mengikutinya. Nafsuku semakin
memuncak lagi. Kali ini aku
semakin terburu-buru.
Kejantananku langsung
kumasukkan ke lubang
kenikmatannya dari belakang.
Pelan-pelan akhirnya seluruh
kejantananku masuk. Kedua
pantat indahnya kupegang. Aku
lanjutkan dengan mengocok
kejantananku. Aku semakin
bergairah kala itu. Tampaknya
Mbak Irma semakin tidak tahan.
Pipi kirinya jadi tumpuan di atas
bantal sementara HP-nya terus
menempel di pipi kanannya. Aku
terus mengocoknya sampai
terdengar bunyi, "Blep.. blep..
blep.." Tampaknya Mbak Irma
menutup HP-nya dan dilanjutkan
dengan erangan yang tadi
tertahan. "Oh.. ohh.. oh.." tak
lama kemudian kami sama-sama
mencapai puncak kenikmatan lagi.
Kemudian kami berpelukan lagi.
"Gila kamu," katanya sambil
ketawa. Kemudian kami tertawa
bersama-sama.
Ketika aku kembali ke Jakarta, aku
beberapa kali menyakinkan diri
bahwa tidak ada yang janggal dari
sikapku. Aku takut sekali kalau
perbuatanku sampai tercium.
Demikian juga tatkala suatu saat
Mbak Irma sekeluarga datang ke
tempatku yaitu tempat mertuaku,
aku berusaha menghindar
darinya. Setelah basa-basi
sebentar aku kemudian pergi ke
halaman belakang menyiram
bunga-bunga. Namun Mbak Irma
memang nakal, ia malah sengaja
mencari kesempatan
menghampiriku pura-pura mau
menjemur baju anaknya. "Ronn..
kapan tugas ke luar kota lagi?"
bisiknya sambil melirik dan
senyum menggoda.
TAMAT