Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Ini kisah nyata dimana aku
menggauli sekaligus 4 orang
dalam 1 keluarga. Kisah ini terjadi
pada pertengahan tahun 2007.
Aku pria yang sudah berkeluarga
dan waktu itu berusia 43 tahun.
Tinggal dan bekerja di Jakarta.
Pada suatu hari ketika sedang
sibuk-sibuknya di kantor, datang
sepucuk surat lewat perusahaan
kurir yang ditujukan kepadaku dari
kota asal kelahiran ku di jawa
barat. Tanpa alamat pengirim.
Dengan perasaan bingung campur
penasaran aku buka surat itu.
Surat itu ternyata dari mantan
pacar (Wati, nama samaran) cinta
pertama kami berdua sewaktu
SMA tahun 1981. Hampir 26 tahun
yang lalu. Isinya menyatakan
bahwa dia sudah menikah namun
selalu teringat aku, mempunyai 3
orang anak berikut alamat lengkap
dan no handphone.
Singkat cerita akhirnya kami
bertelepon ria dan kenangan
manispun timbul kembali. Aku
berjanji jika ada libur panjang
maka aku akan datang
berkunjung. Ketika libur panjang
datang dengan alasan yang dibuat-
buat kepada istri akhirnya aku
datang juga ke kota asalku. Aku
sengaja tidak nginap di famili,
namun di hotel. Dan pada sore itu
pula aku datangi rumahnya.
Dengan rasa penasaran karena
sudah lama tidak bertemu, aku
mencoba mengira-ngira wajahnya
saat ini seperti apa, ya?
Perlahan ku ketuk pintu sambil
berucap : “permisi….”
” mas anto ,ya? ” sesosok wanita
cantik muncul di balik pintu
“Iya” sambil aku masih menebak-
nebak ” wati ya……..”
“Bukan, saya Sri adiknya, masuk
mas…. mbak Wati sebentar keluar,
lagi di kamar”. Kuperhatikan wanita
ini mirip Wati namun tampak lebih
muda dari perkiraanku. Dulu
waktu aku pacaran memang tidak
pernah bertemu dengan Sri,
karena dia ikut neneknya di
Wonosari. Tak lama kemudian
keluarlah Wati. Wajahnya tampak
tidak sesuai dengan bayanganku,
kerana memang saat itu Wati
sudah 42 tahun. Namun sisa
kecantikannya masih terlihat jelas
begitu pula bodynya masih
terawat. Suaminya hari itu sedang
mendapat tugas lembur (piket) di
sebuah Rumah Sakit. Setelah basa-
basi dan bernostalgia akhirnya
sekitar jam 8 malam aku pamit,
karena badanku letih.
Terus terang aku ingin memeluk
dan menciumnya seperti dulu
ketika tadi siang bertemu. Tapi
karena suasana rumah tidak
memungkinkan akhirnya perasaan
itu terbawa sampai malam. Tidak
lama aku di Hotel, tiba2 HPku
berdering, ternyata Wati yang
telphon. Dia memaksa untuk
datang mememuiku di hotel.
Dengan rasa campur aduk antara
senang dan galau aku mengiyakan
permintaan itu. Hmmmm……
rupanya Wati memendam
keinginan yang sama, pikirku.
Kujemput dia di lobby, turun dari
becak Wati kelihatan sudah tidak
sabar ingin segera berdua. Dengan
segera ku bawa dia ke kamar.
Benar saja…… baru juga aku
menutup pintu Wati langsung
menubruk aku dengan pelukan
penuh kerinduan dan air mata.
Kami lama berpelukan tanpa kata-
kata. Terus terang waktu pacaran
dulu kami hanya sebatas
berpegangan tangan. Tidak lebih.
Pelan-pelan kehangatan menjalar
ditubuhku, entah siapa yang
memulai akhirnya kami saling
berciuman. Kurasakan kehausan
dan kerakusan ketika bibir dan
lidah kami saling terpaut. Lidahnya
menjelajah relung mulutku.
Lidahku membelai dan
mengarahkan lidahnya untuk terus
bergerak liar. Bersamaan dengan
itu penisku menegang dengan
sempurna. Bukannya
menghindar, Wati malah lebih
menekankan dan menggeser-
geserkan pinggulnya sehingga
penisku smakin mengembang.
Dengan penuh nafsu akhirnya
kami melanjutkan aksi. Sambil
tetap bercium kutelusuri sisi
tubuhnya dengan tanganku,
sampai akhirnya mendarat di
pantat. Kuremas kedua pantatnya
dan sedikit semi sedikit kunaikan
roknya, sehingga tanganku
menyentuh kulit paha dan
pantatnya yang halus itu. Karena
aku paham bahwa kami sudah
sangat bernapsu, maka tanganku
kananku langsung kuselipkan
dibalik celana dalamnya. Kuremas
pantatnya yang masih kenyal.
Sementara tangan kiriku sudah
bergerak menuju payudaranya.
Rupanya Watipun sudah sangat
terbakar,tangannya tidak segan-
segan mengelus-elus penisku dari
luar. Kami tetap berciuman.
Pelan-pelan tangan kananku
bergeser dari pantat menuju
memeknya. Ketika jariku mulai
membelah dan menemukan
clirotisnya maka saat itulah dia
melepaskan ciumannya, dia
mendesah dan tubuhnya sedikit
bergetar. Kuusap pelah-pelan
clirotisnya, kujelajahi belahan
memeknya dari bawah sampai
atas. Basahnya sudah tak
terbendung.
Aku merasa dia berusaha
membuka resleting celanaku.
Akhirnya aku lepas pelukannya,
aku lepas memeknya. Dia agak
terkejut dengan perbuatanku.
Kutatap sambil kupegang kedua
bahunya.
” kamu yakin akan melakukan
ini…..? tanyaku. Dia cuma
mengangguk pelan.
” Aku sudah memimpikan ini dari
dulu” lirihnya.
Akhirnya ku bimbing dia ketempat
tidur. Kami berciuman kembali.
Satu demi satu pakaian terlepas.
Kutelusuri tubuhnya yang tidak
muda lagi. Sambil tetap berciuman
kubuka pahanya dan tanganku
kembali menyelinap lembut pada
memeknya. Pada saat itulah
tangannya mencari-cari penisku.
Sambil digenggam diusapnya
cairan yang keluar dari penisku
dengan ibu jarinya. Rasanya
sungguh luar biasa ketika ibu
jarinya berputar-putar di ujung
penis.
Tak lama aku merasa bahwa
penisku di tarik-tarik pelan. Aku
tahu dia sudah menginginkan
penisku dimasukan. Tapi aku ingin
melihat dulu bentuk memeknya.
Maka ku lepas ciumanku dan aku
turun kebawah. Sambil duduk
diantara kakinya kulebarkan pelah-
pelan kedua pahanya. Dan memek
itu merekah. Warna merah
muncul diantara lebatnya bulu.
Penisku makin berdenyut
melihatnya.
“aku jilat ya…..” pintaku. Dia diam
saja. Maka lidahku kubenamkan
diantara rimbunnya bulu dan
menelusuri setiap lekuk lubang
basah, hangat dan beraroma khas.
Kujilat dan kuisap clirotisnya.
Desahnya sudah berganti dengan
erangan. Kedua tangannya
mencengram lembut rambutku.
Terus kumainkan lidah menelusuri
lembah sampai ke dalamnya.
Sementara penisku terus
berdenyut. Dan ketika Wati sudah
menarik-narik rambutku, maka
aku paham dia sudah
menginginkan penisku masuk ke
dalamnya.
“ah…mas, masukin sekarang
mas…….” lirihnya
Pelan-pelan aku merayap di atas
tubuhnya, sambil tetap menciumi
perut, dada dan lehernya. Ketika
akhirnya kepala penisku
menemukan lubang kenikmatan
itu kasabaran Wati sudah hilang. Di
dekapnya aku dengan satu tangan
dan tangan lain menekan pantatku
sambil pantat dia diangkat ke atas.
AKhirnya penisku masuk dengan
sempurna ke dalam memeknya.
Bukan lagi erangan yang aku
dengar tapi berubah menjadi
teriakan tanpa suara.
Malam itu kami menemukan
kebahagian dan kenikmatan yang
luar biasa. Kami saling menjelajahi
tubuh dengan mata, bibir dan
lidah. Saling pijat dengan tangan
dan kemaluan kami.
Berminggu-mginggu kemudian
kami rutin ke hotel. Baik di kota
asalku atau di Jakarta. Dan yang
mengherankan aku adalah
suaminya “merestui” hubungan
kami. Belakangan aku tahu bahwa
suaminya sudah lama tidak
berfungsi.
Pada sekitar bulan ke 4 hubungan
kami, sesuai dengan janji aku
datang lagi ke rumahnya. Ku ketuk
pintu seperti biasa.
” silahkan masuk, mas. ” kudengar
bukan suara Wati, tapi suara Sri.
Aku pun masuk dan duduk di
ruang tamu.
” mbak Wati nya lagi arisan mas,
tunggu dulu aja ya.” kata Sri
sambil pergi. Akupun mengiyakan.
Tak lama kemudian dia muncul
lagi dengan membawa teh hangat.
” minum mas” kata Sri. Aku pikir
dia akan masuk kedalam lagi tapi
ternyata duduk di hadapanku
menemaniku ngobrol. Kami
ngobrol biasa, aku sama sekali
tidak menggoda. Dan dari obrolan
itulah aku tahu bahwa dia dulu
nikah usia muda dan sekarang
sudah menjanda selama 4 tahun
dengan 2 0rang anak perempuan
berusia 22 dan 19 tahun. Tidak
berapa lama kami mengobrol
basa-basi tiba-tiba Sri bertanya:
” jakartanya di mana mas?”
kusebutkan satu daerah di jakarta
selatan.
“kalau sunter di daerah mana
mas? tanya Sri kembali.
“emang ada apa?” balasku
bertanya.
“minggu depan saya ada
undangan teman dekatku
menikahkan anaknya, di sunter”
ujarnya.
” oh…ya kalau kamu belum tahu
daerahnya nanti saya antar deh,
tinggal kasih tahu kapan
berangkatnya, nanti saya jemput
di statsiun gambir.” kataku. Sri
tampak ragu-ragu menerima
tawaranku.
“aku nggak enak sama mbak Wati”
katanya.
“ya jangan kasih tahu mbak Wati”
kataku. Akhirnya dengan sedikit
ragu Sri mengiyakan tawaranku.
Dan untuk memperlancar urusan
kami saling bertukar nomor
handphone. Tak lama kemudian
datanglah 2 cewek cantik
menerobos masuk. Sri langsung
mengenalkan mereka padaku.
” ini anak-anakku. yang besar Yani
dan adiknya Indah” katanya. Aku
hanya terpana melihat kemolekan
mereka. Setelah bersalaman
merekapun masuk ke dalam.
Tidak lama kemudia Wati datang
bersama suaminya.
Singkat cerita malam itu saya dan
Wati kembali bertempur di hotel
sampai terasa lolos tulang-
tulangku. Besoknya ketika aku
pulang menggunakan kereta,
masuk SMS dari Sri berbunyi : ”
Mas, smalam diapain mbakku? hari
ini keliatannya lemes banget tapi
wajahnya cerah…”
Kubalas SMSnya dengan bahasa
yang agak vulgar ” Ku jilat dari atas
sampai bawah, yang paling lama
di tengah2. main 3 ronde, mas
juga lemes”. Seketika itu juga
datang balasannya ” Enak dong”.
Lalu ku balas ” Mau nggak?”. Tak
ada balasan lagi.
Terus terang semenjak saat itu
yang selalu lebih terkenang di
benakku adalah Sri bukan Wati.
Kami lebih sering SMS an, aku
sengaja memancing dengan
bahasa yang “nyerempet2.”,
namun Sri menanggapi dengan
dingin saja.
Pada waktu yang telah ditentukan
dengan perasaan berbunga dan
dengan rencana “jahat” di otakku,
aku jemput Sri di Stasiun Gambir.
Namun rencanaku terasa
berantakan seketika. Ternyata Sri
datang dengan anak sulungnya,
Yani. Entah perasaanku saja atau
memang nyata demikian, aku
melihat kerinduan di mata Sri
ketika dia melihatku. Kami
bersalaman dan langsung
berangkat menuju salah satu
daerah di Sunter. Ternyata rumah
kerabat Sri berada di daerah padat
penduduk. Rumah kecil di gang
kecil. Karena suasana mau pesta,
maka rumah kecil itu semakin
sesak dengan famili dan kerabat
yang lain. Aku melihat keraguan di
mata Sri ketika ditawari menginap
di situ.
“tidurnya gimana ini?” lirih Yani
yang sempat aku dengar.
Akhirnya aku berinisitif
menawarkan hotel yang dekat
lokasi itu. Merekapun mau. “Ini
kesempatan” pikirku. Selama
dalam perjalanan aku menyusun
lagi strategi agar malam itu aku
bisa menikmati Sri. Peniskuku
sudah tegang sejak memikirkan
itu.
Ketika di hotel aku pesan 2 kamar.
Sri dan Yani terlihat heran.
“Lho, kami satu kamar berdua aja,
ga usah masing-masing satu
kamar” ujar Sri.
“Ini buat aku, lagi malas pulang”
kataku. Menjelang sore kami sudah
masuk kamar masing-masing.
Selama itu pula aku masih bingung
memikirkan rencana “jahat” ku.
Namun yang namanya setan
sungguh tahu kehendaku. Selepas
magrib pintuku di ketuk Yani.
” Om, Yani pamit dulu sebentar, ini
teman Yani jemput” katanya
sambil mengenalkanku pada
seorang cewek sebayanya.
Rupanya Yani janjian dengan
seseorang.
” kemana?” tanyaku. ” Mau ke
Salemba, om. kerumah teman”
jawabnya. Hatikupun bersorak. ”
nginap aja sekalian” dalam hati.
Nggak lama aku SMS Sri, ” Lagi
ngapain nih? aku lagi bengong ga
da teman ngobrol” Nggak ada
jawaban sampai 30 menit. Cemas
aku menduga-duga. Tak lama
kemudian pintuku di ketuk. Kulihat
Sri berdiri depan pintu dengan
menggunakan pakaian santai.
Kaos dan celana selutut.
Kupersilahkan dia masuk, dengan
ragu-ragu dia melangkah dan
duduk di kursi rias. Setelah sedikit
berbasa basi aku melancarkan
serangan.
” kamu masih cantik dan bodymu
juga masih OK, kenapa ga nikah
lagi?” tanyaku.
“aku masih senang sendiri, takut
nikah nanti cerai lagi…..” jawabnya.
“tapi kan kamu masih muda,
masih punya bebutuhan khusus
yang harus dipenuhi” sambungku.
Dia menunduk, paham maksudku.
Kutunggu jawabannya beberapa
saat. Sebelum dia sempat
menjawab aku sudah menyentuh
pundaknya dari belakang. Dia
nampak terkejut tapi juga tidak
menampik. Kugeser perlahan
tanganku ke pipinya, saat itulah dia
menampik tanganku. Aku
bukannya berhenti malah ku
genggam pergelangan tangannya,
kutarik dia untuk berdiri. Dengan
perasaan yang masih bingung ku
cium dia di bibirnya. Berontak dia.
Kucengkram rambut dan
kepalanya agar dia tidak berontak
dan melepas ciumanku. Beberapa
saat kemudian aku merasa
lengannya melinggkar di
pinggangku, saat itulah kulepas
cengkraman dirambutnya. Dia
mulai membalas liarnya lidahku.
Tanpa buang waktu tanganku
sudah menelusuri dadanya sampai
akhirnya berlabuh di memeknya.
Dan malam itu kami sempat
bercinta 2 babak sampai pintu di
ketuk dari luar. Tok….tok….tok.
Kami semua terkejut dan
terperangah. Yani sudah pulang.
Kulihat jam di dinding 22.20.
Dengan terburu-buru Sri
mengenakan baju, begitupun aku.
Tak lama kemudia Sri keluar.
Besoknya aku melihat perubahan
di wajah Yani. Ia yang tadinya
ramah mendadak menjadi sangar
melihatku. Tak mau bicara baik ke
ibunya apalagi ke aku. Rupanya ia
tahu apa yang sudah kami
perbuat. Sekitar jam 9 saya antar
mereka menuju tempat pesta dan
siangnya saya antar kembali
mereka ke Stasiun Gambir, pulang
ke kota asal.
Satu minggu kemudian aku
kembali datang ke kota kecil itu.
Terus terang aku lebih
menginginkan Sri daripada Wati.
Maka yang pertama aku hubungi
adalah SRi. Dan malam itu saya
menghabiskan waktu di hotel
dengan Sri. Besoknya di hotel lain
saya berduaan dengan Wati.
Begitu terus setiap 2 minggu
sampai kurang lebih 3 bulan aku
menikmati pelayanan dengan 2
gaya dari kakak-adik.
Pada suatu saat ketika saya sedang
di kantor di Jakarta, masuk no
telphon yang tidak aku kenal.
” hallo….” jawabku. “Om…..” ku
dengar suara ragu-ragu. Aku
kemudian sadar bahwa ini suara
Yani.
” ada apa Yan?” tanyaku setelah
berbasa basi.
” tolong Yani, Om. Yani ada di
jakarta tapi Yani kena razia
narkoba. Sekarang ada di Polsek
Jakarta ………” jawabnya sambil
menyebutkan satu wilayah jakarta.
Sorenya aku kunjungi Yani. Dia
nampak lelah namun tidak terlihat
cemas. 3 hari Yani di tahan. Dan
selama itu pula aku yang
mensuplai makanan dan baju-
baju. Pada hari ke 4 Yani di
bebaskan karena tidak terbukti.
Sedangkan temannya terus
ditahan karena terbukti. Aku
bingung Yani mau dibawa ke
mana. Ke rumahku jelas ga
mungkin. Akhirnya aku cari hotel
dekat rumah. Setelah aku ajak
makan di hotel itu aku terus
pulang, sedangkan Yani langsung
masuk kamar.
Jam 8 malam itu aku coba telphon
Yani untuk sekedar menanyakan
kabar.
“Om, Yani perlu obat maag sama
sikat gigi” katanya. ” Oke, ntar Om
antar” jawabku. Dalam perjalanan
ke hotel itulah pikiran kotorku
muncul. Ketika aku mengetuk
pintu Yani hanya melongokan
kepalanya di pintu. Dia nampak
ragu-ragu mempersilahkan aku
masuk ke dalam. ” Boleh Om
masuk?. Om mau ngobrol
sebentar ngomongin soal
hubungan om dan mamahmu”.
Akhirnya aku dipersilahkan masuk.
Dan saat itulah aku dihadapkan
pada pemandangan yang luar
biasa. Yani hanya mengenakan
tangtop tanpa BH dan celana jins
pendek sekali hampir pangkal
paha. Payudaranya
menggelembung dengan sehat,
pentilnya samar-samar menonjol
keluar. Rupanya dia sadar aku
memperhatikan dan cepat-cepat
menutupnya dengan selimut.
” Yani…..om mohon jangan di
tutupi. Kamu punya tubuh luar
biasa indah sayang kalo tidak ada
yang menkmati” kataku langsung.
Merah padam mukanya
mendengarku berkata begitu.
Antara malu dan marah menjadi
satu. Tapi setan sudah terlanjur
menguasaiku. Dengan segala
rayuan dan bujukan akhirnya Yani
mau melepaskan selimutnya. ”
Boleh aku sentuh Yan? di luarnya
aja…….” pintaku. Yani langsung
menolak sambil menyilangkan
tangannnya di dada. Juga dengan
rayuan dan bujukan akhirnya aku
di ijinkan memegang putingnya
dari luar.
Sambil kami duduk di sisi tempat
tidur, aku mulai menyentuh
putingnya. Dia tidak bereaksi
dengan wajah menoleh jauh. Ku
sentuh lagi putingnya yang
sebelah kanan. Masih belum
bereaksi juga. Ketika aku pilin
putingnya dengan kedua jariku,
mulailah ia sedikit menggelinjang
dan kulihat putingnya mulai
tegang. Kuputar jariku di kedua
putingnya, semakin jelaslah
tonjolan di kaosnya. Aku sudah tak
tahan ini menyelusupkan tanganku
ke balik tangtopnya. Namun
tanganku di cegah ketika baru
sampai perut. sementara tangan
kiriku masih bergerilya di luar kaos
tangan kananku mulai naik
perlahan dari perut. Aku
merasakan pegangan tangan dia
mengendur, akhirnya sampailah
tanganku kepuncak bukit
kenikmatan dengan bebas. Ketika
kudengar suara rintihan halus,
pada saat itulah aku yakin bahwa
permainan ini bisa sampai tuntas.
Maka mulaikah aku meremas,
menjilat dan meghisap putingnya,
perutnya, clirotisnya dengan
lembut. Dan malam itu aku
mendapatkan segalanya.
Walaupun Yani sudah tidak
perawan, namun dia masih
merasa sakit ketika penisku masuk
ke memeknya. Karena penisku
adalah yang kedua kalinya masuk
memeknya setelah dia melakukan
yang pertama dengan pacarnya 2
tahun yang lalu. Malam itu kami
tidak tidur, aku mengajari teori dan
praktek bercinta pada Yani. Selain
memberikan pengertian bahwa
hubunganku dengan ibunya
adalah sebatas memenuhi
kebutuhan sex.
Singkat cerita hari-hari selanjutnya
aku disibukan oleh SMS dan
deringan HP dari mereka bertiga
Wati, Sri dan Yani. Ketika aku
pulang ke kotaku, maka ku gauli
ketiganya dengan cara digilir
dengan jadwal yang tersusun rapi
sehinga tidak terjadi “tabrakan”.
Orang ke empat yang aku gauli
sebenarnya bukan anggota
keluarga Wati, tapi calon anggota
keluarga. Sebut saja namanya
Nancy. Ia adalah pacar dari
anaknya Wati yang bernama Roy.
Kisahnya bermula dari
kunjunganku ke rumah Wati. Pada
saat itu tiba-tiba aku mendapatkan
telephon dari kantor di Jakarta.
Dikatakan aku harus menghubungi
Mr.X. No HP Mr.X ini ternyata
CDMA. Karena perkiraanku
pembicaraan akan panjang maka
aku meminjam HP anaknya Wati
(bernama Roy) yang kebetulan
juga CDMA. Maka sore itu atas ijin
Roy aku pinjam sampai besok
CDMA nya.
Malam hari ketika aku sedang
makan di luar, tiba-tiba HP Roy
berbunyi.
” Hallo” Jawabku. Aku sudah siap-
siap mendengar suara Mr. X.
Namun ternyata yang kudengar
suara merdu seorang perempuan.
” Hallo juga, ini siapa?” jawabnya
ragu-ragu. Setelah saling bertanya
baru aku tahu kalau yang telephon
itu adalah tunangan Roy. Aku
menjelaskan bahwa malam itu HP
Roy aku pinjam. Dengan segala
caraku akhirnya kami berkenalan,
bahkan ngobrol sampai panjang
lebar. Rupanya obrolan kami
nyambung sehingga kami berjanji
akan saling menelephon lagi.
Singkat kata Nancy rupanya tipe
orang yang penasaran akan sex
namun takut untuk
melakukannya. Dengan Roy
hanya sebatas bercumbu tidak
mau lebih dari itu. Karena dia sadar
bahwa dia mudah “panas” maka
bercumbu dengan Roy hanya
sebatas dada. Dia ingin lebih dari
itu tapi takut kebablasan, katanya.
Nancy banyak bertanya kepadaku
soal Sex, sampai akhirnya kami
ber Phone sex. Namun lama-lama
kami berdua penasaran juga.
Akhirnya dengan suatu perjanjian
aku bisa membawa Nancy ke
hotel. Perjanjian itu adalah: aku
boleh mengeksplorasi tubuh dia
dan saling memberi kenikmatan
namun aku tidak boleh
memasukan penisku ke
memeknya. Dia masih perawan!!.
Ketika kutanyakan mengapa
dengan aku, bukan dengan Roy?.
Jawabnya adalah : Dia tidak yakin
Roy mampu menahan penisnya
masuk ke memeknya. Komitmen
itu aku pegang teguh.
Ternyata dugaanku dan dugaan
dia benar. Nancy sangat mudah
terbakar. Ketika aku cium, bibirnya
seolah magnet. langsung terpaut
dengan bibirku, Tak mau lepas.
Seolah kami sudah mengenal
sejak lama, kami langsung
melepaskan seluruh pakaian .
Ketika aku akan melepaskan
CDnya, kulihat bulatan basah
sudah terpampang diCDnya.
Kujilati seluruh tubuhnya, dia
hanya bisa mendesah dan
merintih. Kujilati pula clirotisnya,
kujelajahi seluruh lekukan
memeknya dengan lidahku.
Kutempelkan kepala penis ku ke
lubang memeknya, ke clirotisnya.
Ku usap-usap clirotisnya dengan
kepala penisku. Ku lihat ia beberapa
kali orgasme. Hari itu aku berpesta
dengan tubuhnya. Tapi aku tidak
memasukan penisku ke
memeknya!!!. Spermaku keluar
dengan cara di kocok dengan
tangan atau payudaranya. Bulan
Maret 2010 kemarin Nancy sudah
berani mengeluarkan spermaku di
dalam mulutnya. Dia berjanji jika
sudah menikah, kami akan selalu
bertemu untuk menuntaskan rasa
yang tertunda.
Begitulah kisah nyataku aku tulis,
kejadian ini sudah berlangsung 4
tahun. Dan sampai aku menulis
kisah ini aku masih menjalin
hubungan dengan mereka
semua.