Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
Minggu,16Maret2025 | Jam:04:09:01WIB
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Aku seorang laki-laki biasa,
hobbyku berolah raga, tinggi
badanku 178 cm dengan bobot
badan 75 kg. Tiga tahun yang lalu
saya menikah dan menetap di
rumah mertuaku. Hari-hari berlalu
kami lewati tanpa adanya
halangan walaupun sampai saat
ini kami memang belum
dianugrahi seorang anak
pendamping hidup kita berdua.
Kehidupan berkeluarga kami
sangat baik, tanpa kekurangan
apapun baik itu sifatnya materi
maupun kehidupan seks kami.
Tetapi memang nasib keluarga
kami yang masih belum diberikan
seorang momongan.
*****
Di rumah itu kami tinggal bertiga,
aku dengan istriku dan Ibu dari
istriku. Sering aku pulang lebih
dulu dari istriku, karena aku
pulang naik kereta sedangkan
istriku naik kendaraan umum. Jadi
sering pula aku berdua di rumah
dengan mertuaku sampai dengan
istriku pulang. Mertuaku berumur
sekitar kurang lebih 45 tahun,
tetapi dia mampu merawat
tubuhnya dengan baik, aktif
dengan kegiatan sosial dan
bersenam bersama Ibu-Ibu yang
lainnya. Kadang sering kulihat Ibu
mertuaku pakai baju tidur tipis
dan tanpa BH, melihat bentuk
tubuhnya yang masih lumayan
dengan kulitnya yang putih
membuatku kadang bisa hilang
akal sehat. Pernah suatu hari,
selesai Ibu mertua selesai mandi
hanya menggunakan sehelai
handuk yang dililitkan ke
badannya. Gak lama dia keluar
kamar mandi telpon berdering,
sesampai dekat telpon ternyata
Ibu mertuaku sudah
mengangkatnya, dari belakang
kulihat bentuk pangkal pahanya
sampai ke bawah kakinya begitu
bersih tanpa ada bekas goresan
sedikitpun.
Aku tertegun diam melihat kaki
Ibu mertuaku, dalam hati berpikir
"Kok, udah tua begini masih
mulus aja ya..?".
Aku terhentak kaget begitu Ibu
mertuaku menaruh gagang
telpon, dan aku langsung
berhambur masuk kamar, ambil
handuk dan mandi. Selesai mandi
aku membuat kopi dan langsung
duduk di depan TV nonton acara
yang lumayan untuk ditonton.
Gak lama Ibu mertuaku nyusul
ikutan nonton sambil ngobrol
denganku.
"Bagaimana kerjaanmu, baik-baik
saja" tanya Ibu mertuaku.
"Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana"
tanyaku kembali.
Kami ngobrol sampai istriku
datang dan ikut gabung ngobrol
dengan kira berdua.
*****
Malam itu, jam 11.30 malam aku
keluar kamar untuk minum,
kulihat TV masih menyala dan
kulihat Ibu mertuaku tertidur di
depan TV. Rok Ibu mertuaku
tersibak sampai celana dalamnya
kelihatan sedikit. Kulihat kakinya
begitu mulus, kuintip roknya dan
terlihatlah gumpalan daging yang
ditutupi celana dalamnya. Pengen
banget rasanya kupegang dan
kuremas vagina Ibu mertuaku itu,
tetapi buru-buru aku ke dapur
ambil minum lalu membawa ke
kamar. Sebelum masuk kamar
sambil berjalan pelan kulirik Ibu
mertuaku sekali lagi dan
burungku langsung ikut bereaksi
pelan. Aku masuk kamar dan
coba mengusir pikiranku yang
mulai kerasukan ini. Aku telat
bangun, kulihat istriku sudah tidak
ada. Langsung aku berlari ke
kamar mandi, selesai mandi
sambil mengeringkan rambut
yang basah aku berjalan pelan
dan tanpa sengaja kulihat Ibu
mertuaku berganti baju di
kamarnya tanpa menutup pintu
kamar. Aku kembali diam
tertegun menatap keseluruhan
bentuk tubuh Ibu mertuaku.
Cuma sebentar aku masuk
kamar, berganti pakaian kerja dan
segera berangkat.
*****
Hari ini aku pulang cepat, di
kantor juga nggak ada lagi kerjaan
yang aku harus kerjakan. Sampai
di rumah aku langsung mandi,
membuat kopi dan duduk di
pinggir kolam ikan. Sedang asyik
ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar
suara teriakan, aku berlari menuju
suara teriakan yang berasal dari
kamar Ibu mertuaku. Langsung
tanpa pikir panjang kubuka pintu
kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas
kasur sambil teriak "Awas
tikusnya keluar..!" tandas Ibu
mertuaku.
"Mana ada tikus" gumanku.
"Lho.. kok pintunya dibuka terus"
Ibu mertuaku kembali
menegaskan.
Sambil kututup pintu kamar
kubilang "Mana.. mana
tikusnya..!".
"Coba kamu lihat dibawah kasur
atau disudut sana.." kata Ibu
mertuaku sambil menunjuk meja
riasnya.
Kuangkat seprei kasur dan
memang tikus kecil mencuit
sambil melompat kearahku. Aku
ikut kaget dan lompat ke kasur.
Ibu mertuaku tertawa kecil
melihat tingkahku dan
mengatakan "Kamu takut juga
ya?".
Sambil berguman kecil kembali
kucari tikus kecil itu dan sesekali
melirik ke arah Ibu mertuaku
yang sedang memegangi rok dan
terangkat itu. Lagi enak-enaknya
mencari tiba-tiba Ibu mertuaku
kembali teriak dan melompat
kearahku, ternyata tikusnya ada di
atas kasur. Ibu mertuaku
mendekapku dari belakang, bisa
kurasakan payudaranya
menempel di punggungku,
hangat dan terasa kenyal-kenyal.
Kuambil kertas dan kutangkap
tikus yang udah mulai kecapaian
itu trus kubuang keluar.
"Udah dibuang keluar belum?"
tanya Ibu mertuaku.
"Sudah, Bu." jawabku.
"Kamu periksa lagi, mungkin
masih ada yang lain.. soalnya Ibu
dengar suara tikusnya ada dua"
tegas Ibu mertuaku.
"walah, tikus maen pake ajak
temen segala!" gumamku.
Aku kembali masuk ke kamar dan
kembali mengendus-endus
dimana temennya itu tikus seperti
yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur
sedangkan aku sibuk mencari,
begitu mencari di bawah kasur
sepertinya tanganku ada yang
meraba-raba diatas kasur. Aku
kaget dan kesentak tanganku,
ternyata tangan Ibu mertuaku
yang merabanya, aku pikir
temennya tikus tadi. Ibu
mertuaku tersenyum dan kembali
meraba tangaku. Aku
memandang aneh kejadian itu,
kubiarkan dia merabanya terus.
"Gak ada tikus lagi, Bu..!" kataku.
Tanpa berkata apapun Ibu
mertuaku turun dari kasur dan
langsung memelukku. Aku kaget
dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata "Kenapa
nih orang?".
Rambutku dibelai, diusap seperti
seorang anak. Dipeluknya ku erat-
erat seperti takut kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku.
"Ah.. nggak! Ibu cuma mau
membelai kamu" jawabnya.
"Udah ya.. Bu, belai-belainya..!"
kataku.
"Kenapa, kamu nggak suka dibelai
sama Ibu" jawab Ibu mertuaku.
"Bukan nggak suka, Bu.
Cumakan..?" tanyaku lagi.
"Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?"
potong Ibu mertuaku.
Aku diam saja, dalam hati biar
sajalah nggak ada ruginya kok
dibelai sama dia.
Ibu mertuaku terus membelaiku,
rambut trus turun ke leher sambil
dicium kecil. Aku merinding
menahan geli, Ibu mertuaku terus
bergerilya menyusuri tubuhku.
Kaosku diangkat dan dibukanya,
pentil dadaku dipegang, diusap
dan dicium. Kudengar nafas Ibu
mertuaku makin nggak beraturan.
Dituntunnya aku keatas ranjang,
mulailah pikiranku melanglang
buana.
Dalam hati aku berpikir "Jangan-
jangan Ibu mertuaku lagi kesepian
dan minta disayang-sayang ama
laki-laki".
Aku tidak berani bertindak atau
ikut melakukan seperti Ibu
mertuaku lakukan kepada saya.
Aku diatas ranjang dengan posisi
terlentang, kulihat Ibu mertuaku
terus masih mengusap-usap
dada dan bagian perutku.
Dicium dan terus dielus, aku
menggelinjang pelan dan berkata
"Bu, sudah ya..".
Dia diam saja dan tangan kananya
masuk ke dalam celanaku, aku
merengkuh pelan. Tangan kirinya
berusaha untuk menurunkan
celana pendekku. Aku beringsut
untuk membantu menurunkan
celana pendekku, tidak lama
celanaku sudah lepas berikut
celana dalamku.
Burungku sudah berdiri kencang,
tangan kanan Ibu mertuaku
masih memegang burungku dan
menoleh kepadaku sambil
tersenyum mesum. Kepala
burungku diciumnya, tangan
kirinya memijit bijiku, aku nggak
tahan dengan gerakan yang
dibuat Ibu mertuaku.
"Ah, ah.. hhmmh, teruss.." itu
saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan
permainannya dengan
mengulum burungku. Aku benar-
benar terbuai dengan kelembutan
yang diberikan Ibu mertuaku
kepadaku. Kupegang kepala Ibu
mertuaku yang bergerak naik
turun. Bibirnya benar-benar
lembut, gerakan kulumannya
begitu pelan dan teratur. Aku
merasa seperti disayang, dicintai
dengan Ibu mertuaku.
"Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi
Bu.." jelasku.
"Hhmm.. mmh, heh.." suara Ibu
mertuaku menjawabku.
Gerakan kepala Ibu mertuaku
masih pelan dan teratur. Aku
makin menggelinjang dibuatnya.
Badanku menekuk, meliuk dan
bergetar-getar menahan gejolak
yang tak tahan kurasakan. Dan tak
lama badanku mengejang keras.
Kurasakan nikmat yang amat
sangat kurasakan, kulihat Ibu
mertuaku masih bergerak pelan,
bibirnya masih menelan
burungku dengan kedua
tangannya yang memegang
batang burungku. Dia melihatku
dengan tatapan sayunya dan
kemudian kembali menciumi
burungku, geli yang kurasakan
sampai ke ubun-ubun kepala.
"Banyak banget kamu keluarnya,
Do..!" tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat
Ibu mertuaku datang
menghampiriku dan memelukku
dengan mesra. Aku balas
pelukannya dan kucium dahinya.
Kubantu dia membersihkan
mulutnya yang masih penuh
spremaku dengan menggunakan
kaosku tadi. Aku duduk diranjang,
telanjang bulat dan menghisap
rokok. Sedang Ibu mertuaku,
tiduran dekat dengan burungku.
"Kenapa jadi begini, Bu..?"
tanyaku.
"Ibu cuma pengen aja kok.."
jawab Ibu mertuaku.
Aku belai rambutnya dan kuelus-
elus dia sambil berkata "Ibu mau
juga.?".
Dia menggangguk pelan,
kumatikan rokokku dan terus
kucium bibir Ibu mertuaku. Dia
balas ciumanku dengan mesra,
aku melihat tipe Ibu mertuaku
bukanlah tipe yang haus akan
seks, dia haus akan kasih sayang.
Berhubungan badanpun
sepertinya senang yang pelan-
pelan bukannya seperti srigala lagi
musim kawin. Aku ikut pola
permainan Ibu mertuaku, pelan-
pelan kucium dia mulai dari
bibirnya terus ke bagian leher dan
belakang kupingnya, dari situ aku
ciumi terus ke arah dadanya.
Kubantu dia membukakan
pakaiannya, kulepas semua
pakaiannya. Kali ini aku benar-
benar melihat semuanya,
payaudaranya masih sedikit
mengencang, badannya masih
bersih untuk seumurannya,
kakinya masih bagus karena
sering senam dengan teman-
teman arisannya. Kuraba dan
kuusap semua badannya dari
pangkap paha sampai ke
payudaranya. Aku kembali ciumi
dia dengan pelan dan beraturan.
Payudaranya kupegang, kuremas
pelan dan lembut, kucium
putingnya dan kudengar desahan
nafasnya. Kunikmati dengan pelan
seluruh bentuk tubuhnya dengan
mencium dan membelai setiap
inchi bagian tubuhnya. Puas di
dada aku terus menyusuri bagian
perutnya, kujilati perutnya serta
memainkan ujung lidahku dengan
putaran lembut membuat dia
kejang-kejang kecil. Tangannya
terus meremas dan menjambak
rambutku. Sampai akhirnya
bibirku mencium daerah berbulu
miliknya, kucium aroma
vaginanya serta kujilati bibir
vaginanya.
"Oucchh.. terus sayang, kamu
lembut sekali.. tee.. teruss.."
kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku
menyusuri dinding vaginanya,
kadang masuk kadang menjilat
membuat dia seperti ujung
kenikmatan luar biasa. Kemudian
ditariknya kepalaku dan melumat
bibirku dengan panas. Dia kembali
menidurkan aku dan terus dia
menaikiku. Dipegangnya kembali
burungku yang sudah kembali
siap menyerang. Diarahkan
burungku ke lobang vaginanya
dan slepp.. masuk sudah seluruh
batangku ditelan vagina Ibu
mertuaku. Diangkat dan digoyang
memutar-mutar vaginanya untuk
mendapatkan kenikmatan yang
dia inginkan.
"Ah.. uh, nikmat banget ya..!" kata
Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak
lepas kuremas payudaranya
dengan pelan sesekali kucium dan
kujilat.
"Aduh, Ibu nggak tahan lagi
sayang.." kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia
untuk mendapatkan kepuasan
yang dulu mungkin pernah dia
rasakan sebelum denganku.
Gerakannya makin cepat dari
sebelumnya, dan dia berhenti
sambil mendekapku kembali.
Kurangkul dia dan terus
menggoyangkan batang
burungku yang masih didalam
dengan naik turun.
"Ahh.. ah.. ahhss.." desah Ibu
mertuaku.
Kupeluk dia sambil kuciumi
bibirnya. Dia diam dan tetap
diatas dalam dekapanku.
"Enak ya.. Bu. Mau lagi..?"
tanyaku.
Dia menoleh tersenyum sambil
telunjuknya mencoel ujung
hidungku.
"Kenapa? Kamu mau lagi?" canda
Ibu mertuaku.
Tanpa banyak cerita kumulai lagi
gerakan-gerakan panas, kuangkat
Ibu mertuaku dan aku
menidurkan sambil menciumnya
kembali. Kutuntun dia untuk
bermain di posisi yang lain.
Kuajak dia berdiri di samping
ranjangnya. Sepertinya dia
bingung mau diapain. Tetapi
untuk menutupi
kebingunggannya kucium
tengkuk lehernya dan menjilati
kupingnya. Kuputar badannya
untuk membelakangiku,
kurangkul dia dari belakang.
Tangan kanannya memegang
batang burungku sambil
mengocoknya pelan. Kuangkat
kaki kanannya dan terus
kupegangi kakinya. Sepertinya dia
mengerti bagaimana kita akan
bermain. Tangan kanannya
menuntun burungku ke arah
vaginanya, pelan dan pasti
kumasukkan batang burungku
dan masuk dengan lembut. Ibu
mertuaku merengkuh nikmat,
kutarik dan kudorong pelan
burungku sambil mengikuti
gerakan pantat yang diputar-putar
Ibu mertuaku. Kutambah
kecepatan gerakanku pelan-pelan,
masuk keluar dan makin kepeluk
Ibu mertuaku dengan dekapan
dan ciuman di tengkuk lehernya.
"Ah.. ah.. Dod.. Dodo,
kammuu..!" suara Ibu mertuaku
pelan kudengar.
"Ibu keluar lagi.. Do.." kata Ibu
mertuaku.
Makin kutambah kecepatan
sodokan batangku dan..,
"Acchh.." Ibu mertuaku berteriak
kecil sambil kupeluk dia.
Tubuhnya bergetar lemas dan
langsung jatuh ke kasur. Kubalik
tubuhnya dan kembali
kumasukkan burungku ke
vaginanya. Dia memelukku dan
menjepit pinggangku dengan
kedua kakinya. Kuayun pantatku
naik turun membuat Ibu
mertuaku makin meringkih
kegelian.
"Ayo Dodo, kamu lama banget
sih.. Ibu geli banget nih.." kata Ibu
mertuaku.
"Dikit lagi, Bu..!" sahutku.
Ibu mertuaku membantu dengan
menambah gerakan erotisnya.
Kurasakan kenikmatan itu datang
tak lama lagi. Tubuhku bergetar
dan menegang sementara Ibu
mertuaku memutar pantatnya
dengan cepat. Kuhamburkan
seluruh cairanku ke dalam
vaginanya.
"Ahhcckk.. ahhk.. aduhh..
nikmatnya" kataku.
Ibu mertuaku memelukku dengan
kencang tapi lembut.
"Waduh banyak juga kayaknya
kamu keluarkan cairanmu untuk
Ibu.." kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak
berdaya disamping Ibu mertuaku.
Tangan Ibu mertuaku memegang
batang burungku sambil
memainkan sisa cairan di ujung
batang burungku. Aku kegelian
begitu tangan Ibu mertuaku
negusap kepala burungku yang
sudah kembali menciut. Kucium
bibir Ibu mertuaku pelan dan
terus keluar kamar terus mandi
lagi.
*****
Semenjak hari itu aku sering
mengingat kejadian itu. Sudah
empat hari Ibu mertuaku pergi
dengan teman-temannya acara
jalan-jalan dengan koperasi Ibu-
Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore
aku sudah ada di rumah, kulihat
rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku
kulihat kamar mandi ada yang
mandi, aku bertanya "Siapa
didalam?".
"Ibu! Kamu sudah pulang Do.."
balas Ibu mertuaku.
"O, iya. Kapan sampainya Bu?"
tanyaku lagi sambil masuk kamar.
"Baru setengah jam sampai!"
jawab Ibu mertuaku.
Kuganti pakaianku dengan pakaian
rumah, celana pendek dan kaos
oblong. Aku berjalan hendak
mengambil handukku untuk
mandi. Begitu handuk sudah
kuambil aku berjalan lagi ke
kamar mau tidur-tiduran dulu
sebelum mandi. Lewat pintu
kamar mandi kulihat Ibu
mertuaku keluar kamar mandi
dengan menggunakan handuk
yang dililitkan ke badannya. Aku
menunduk coba untuk tidak
melihatnya, tetapi dia sengaja
malah menubrukku.
"Kamu mau mandi ya?" tanya Ibu
mertuaku.
"Iya, emang Ibu mau mandi lagi"?
candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium
pipi kananku sambil berbisik dia
katakan "Mau Ibu mandiin
nggak!".
"Eh, Ibu. Emang bayi pake
dimandiin segala" balasku.
"Ayo sini.. biar bersih
mandinya.." jawab Ibu mertuaku
sambil menarikku ke kamar
mandi.
Sampai kamar mandi aku taruh
handukku sedangkan Ibu
mertuaku membantu melapaskan
bajuku. Sekarang aku telanjang
bulat, dan langsung mengguyur
badanku dengan air. Ibu
mertuaku melepaksan handuknya
dan kita sudah benar-benar
telanjang bulat bersama.
Burungku mulai naik pelan-pelan
melihat suasana yang seperti itu.
"Eh, belum diapa-apain sudah
berdiri?" kata Ibu mertuaku sambil
nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu
diperlakukan seperti itu. Kuambil
sabun dan kugosok badanku
dengan sabun mandi. Kita
bercerita-cerita tentang hal-hal
yang kita lakukan beberapa hari
ini. Si Ibu bercerita tentang
teman-temannya sedangkan aku
bercerita tentang pekerjaan dan
lingkungan kantorku. Ibu
mertuaku terus menyabuni aku
dengan lembut, sepertinya dia
lakukan benar-benar ingin
membuatku mandi kali ini bersih.
Aku terus saja bercerita, Ibu
mertuaku terus menyabuni aku
sampai ke pelosok-pelosok
tubuhku. Burungku dipegangnya
dan disabuni dengan hati-hati dan
lembut.
Selesai disabun aku guyur
kembali badanku dan sudah itu
mengeringkannya dengan
handuk. Begitu mau pakai celana
Ibu mertuaku melarang dengan
menggelengkan kepalanya. Aku
lilitkan handukku dan kemudian
ditariknya tanganku ke kamar
tidur Ibu mertuaku. Sampai di
kamar aku didorongnya ke kasur
dan segera dia menutup pintu
kamarnya. Aku tersenyum
melihatnya seperti itu, dia
lepaskan handuk di badannya dan
di badanku. Burungku memang
sudah hampir total berdiri.
Selepasnya handukku dia
langsung mengulum burungku,
aku terdiam melihatnya bergairah
seperti itu. Cuma sebentar dia
ciumi burungku, langsung dia
menaikku dan memasukkan
burungku ke vaginanya. Dalam
hati aku berpikir kalau Ibu
mertuaku memang sudah kangen
banget melakukannya lagi
denganku. Dia angkat dan dia
turunkan pantatnya dengan
gerakan yang stabil. aku pegang
dan remas-remas payudaranya
membuat dia seperti terbang
keawang-awang.
Gerakannya makin cepat dan
bersuara dengan pelan "Oh..
oh,.ahcch..".
Dan tak lama kemudian badannya
menegang kencang dan jatuh ke
pelukkanku.
Kupeluk dia erat-erat sambil
mengatakan "Waduh.. enak
banget ya?".
"He-eh, enak" balasnya.
"Emang ngeliat siapa disana
sampai begini?" tanyaku.
"Ah, nggak ngeliat siapa-siapa,
cuma kangen aja.." balas Ibu
mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak,
kuciumi dia terlebih dahulu sambil
kuremas payudaranya. Kubuat
dia mendesah geli dan
kubangkitkan lagi gairahnya
kembali. Sampai di daerah
vaginanya, kujilati dinding
vaginanya sambil memainkan
lobang vaginanya. Ibu mertuaku
kadang merapatkan kakinya
mendekapkan wajahku untuk
masuk ke vaginanya.
"Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila
nanti" kata Ibu mertuaku.
Aku beranjak berdiri dan
menidurnya sambil mengarahkan
burungku masuk ke dalam
vaginanya. Pelan-pelan aku
goyangkan burungku, kadang
kutekan pelan dengan irama-
irama lembut. Tak lama masuk
sudah burungku ke dalam dan
Ibu mertuaku mendesis kayak
ular cobra. Kugoyang pantatku,
kunaikkan dan kutekan kembali
burungku masuk ke dalam
vaginanya. Aku terus bergerak
monoton dengan ciuman-ciuman
sayang ke arah bibir Ibu
mertuaku. Ibu mertuaku hanya
mengeluarkan desahan-desahan
dengan matanya yang merem
melek. Kulihat dia begitu nikmat
merasakan burungku ada dalam
vaginanya. Dia jepit pinggangku
dengan kedua kakinya untuk
membantuku menekan batang
burungku yang sedari tadi masih
terus mengocok lobang
vaginanya.
"Aku nggak kuat, Do.." desah ibu
mertuaku.
Aku semakin menambah
kecepatan gerakanku apalagi
setelah Ibu mertuaku memintaku
untuk keluar berbarengan, aku
menggeliat menambah erotis
gerakanku.
"Acchh.. sshh.. ah.. oh" desah
Ibu dengan dibarengi pelukannya
yang kencang ke badanku.
Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut
keluar dan terus keluar masuk ke
dalam vagina Ibu mertuaku. Aku
benar-benar puas dibuat Ibu
mertuaku, sepertinya cairanku
benar-benar banyak keluar dam
membasahi lubang dan dinding
vagina Ibu mertuaku. Ibu
mertuaku masih memelukku erat
dan menciumi leherku dengan
kelembutan. Aku beranjak
bangun dan mencabut batang
burungku, kulihat banyak cairan
yang keluar dari lobang vagina
Ibu mertuaku.
"Mungkin nggak ketampung
makanya tumpah", kataku dalam
hati.
Aku pamit dan langsung ke
kamar mandi membersihkan
badan serta burungku yang
penuh dengan keringat serta sisa
sperma di batangku.
*****
Itulah terakhir kali kami melakukan
perbuatan itu bersama.
Sebenarnya aku berusaha untuk
menghindar, tetapi kita hanyalah
manusia biasa yang terlalu
mudah tergoda dengan hal itu.
Ibu mertuaku pindah ke rumah
anaknya yang sulung, aku tahu
maksud dan tujuannya. Tetapi
istriku tidak menerimanya dan
berprasangka bahwa istriku tidak
mampu menjaga ibunya yang
satu itu.