Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Tanteku itu orangnya lumayan
menarik dengan postur tubuh
setinggi 170 cm dengan ukuran
dada 34B, berumur kira-kira 29
tahun. Sebenarnya dulu aku suka
sekali melihat tubuh mulus tanteku,
secara tidak sengaja ketika dia
sedang mandi karena memang di
tempat kami kamar mandi pada saat
itu atasnya tidak tertutup genteng
dan tanpa berpintu, jadi kalau ada
yang mandi di situ hanya dengan
melampirkan handuk di tembok
yang menjadikan tanda bahwa
kamar mandi sedang dipakai.
Tidak sampai di situ saja, kadang
tanteku ini suka memakai baju tidur
yang model terusan tipis tanpa
memakai BH dan itu sering sekali
kulihat ketika di pagi hari. Apalagi
aku sering sekali bangun pagi sudah
dipastikan tanteku sedang menyapu
halaman depan dan itu otomatis
ketika dia menunduk menampakkan
buah dadanya yang lumayan besar
dan montok. Hal ini dilakukan
sebelum dia menyiapkan keperluan
sekolah anaknya, kalau om-ku
biasanya tidak ada di rumah karena
sering bertugas di luar kota selama
empat hari. Pernah aku
melamunkan bagaimana rasanya
jika aku melakukan persetubuhan
dengan tanteku itu, namun akhirnya
paling-paling kutumpahkan di kamar
mandi sambil ber-onani. Rupanya
anga-anganku itu dapat terkabul
ketika aku sedang menumpang
nonton TV di rumah tanteku pada
siang hari dimana ketiga anaknya
sedang sekolah dan om-ku sedang
bertugas keluar kota pada pagi
harinya.
Kejadian itu terjadi ketika aku sedang
menonton TV sendirian yang
bersebelahan dengan warung
tanteku. Ketika itu aku ingin
mengambil rokok, aku langsung
menuju ke sebelah. Rupanya
tanteku sedang menulis sesuatu,
mungkin menulis barang belanjaan
yang akan dibelanjakan nanti.
“Tante, Diko mau ambil rokok, nanti
Diko bayar belakangan ya!” sapaku
kepada tanteku. “Ambil saja, Ko!”
balas tanteku tanpa menoleh ke
arahku yang tepat di belakangnya
sambil meneruskan menulis dengan
posisi membungkuk. Karena toples
rokok ketengan yang akan kuambil
ada di sebelah tanteku tanpa sengaja
aku menyentuh buah dadanya yang
kebetulan tanpa memakai BH.
“Aduh! hati-hati dong kalau mau
mengambil rokok. Kena tanganmu,
dada tante kan jadi nyeri!” seru
tanteku sambil mengurut-urut kecil
di dadanya yang sebelah samping
kirinya. Namun karena tidak
memakai BH, nampak dengan jelas
pentil susu tanteku yang lumayan
besar itu. “Maaf Tan, aku tidak
sengaja. Begini aja deh Tan, Diko
ambilin minyak supaya dada Tante
tidak sakit bagaimana!” tawarku
kepada tanteku. “Ya sudah, sana
kamu ambil cepat!” ringis tanteku
sambil masih mengurut dadanya.
Dengan segera kuambilkan minyak
urut yang ada di dalam, namun
ketika aku masuk kembali di dalam
warung secara perlahan, aku
melihat tante sedang mengurut
dadanya tapi melepaskan baju
terusannya yang bagian atasnya
saja. “Ini Tante, minyak urutnya!”
sengaja aku berkata agak keras
sambil berpura-pura tidak melihat
apa yang tanteku lakukan.
Mendengar suaraku, tanteku agak
terkejut dan segera merapikan
bagian atas bajunya yang masih
menggelantung di bagian
pinggangnya. Tampak gugup
tanteku menerima minyak urut itu
tapi tidak menyuruhku untuk lekas
keluar. Tanpa membuang
kesempatan aku langsung
menawarkan jasaku untuk
mengurut dadanya yang sakit,
namun tanteku agak takut. Pelan-
pelan dengan sedikit memaksa aku
berhasil membujuknya dan
akhirnya aku dapat ijinnya untuk
mengurut namun dilakukan dari
belakang.
Sedikit demi sedikit kuoleskan
minyak di samping buah dadanya
dari belakang namun secara
perlahan pula kumemainkan jariku
dari belakang menuju ke depan.
Sempat kaget juga ketika tanteku
mengetahui aksi nakalku. “Diko!
kamu jangan nakal ya!” seru tanteku
namun tidak menepis tanganku dari
badannya yang sebagian ditutupi
baju. Mendapati kesempatan itu aku
tidak menyia-nyiakan dan secara
aktif aku mulai menggunakan kedua
tanganku untuk mengurut-urut
secara perlahan kedua bukit kembar
yang masih ditutupi dari depan oleh
selembar baju itu. “Ohh… oohh…”
seru tanteku ketika tanganku sudah
mulai memegang susunya dari
belakang sambil memilin-milin
ujung susunya. “Jangan… Diko…
jang…” tante masih merintih namun
tidak kuacuhkan malah dengan
sigap kubalikkan tubuh tanteku
hingga berhadapan langsung
dengan diriku. Kemudian dengan
leluasa kumulai menciumi susu
yang di sebelah kiri sambil masih
mengurut-urut susu di sebelahnya.
Kemudian aku mulai mencucupi
kedua puting susunya secara
bergantian dan tanteku mulai
terangsang dengan mengerasnya
kedua susunya.
Tidak sampai di situ, rupanya
tangan tanteku mulai menjelajahi ke
bawah perutku berusaha untuk
memegang kemaluanku yang
sudah dari tadi mengencang. Ketika
dia mendapatkannya secara
perlahan, dikocok-kocok batang
kemaluanku secar perlahan dan tiba-
tiba tanteku mengambil sikap
jongkok namun sambil memegang
kemaluanku yang lamayan panjang.
Untuk diketahui, batang kemaluanku
panjangnya kurang lebih 20 cm
dengan diameter 3,5 cm. Tanteku
rupanya sedikit terkejut dengan
ukuran kemaluanku apalagi sedikit
bengkok, namun dengan sigap tapi
perlahan tanteku mulai mengulum
kemaluanku secara perlahan dan
semakin lama semakin cepat. “Ah…
ah… ah… yak.. begitu… terus…
terus…” erangku sambil memegangi
kepala tanteku yang maju mundur
mengulum batang kemaluanku.
Kemudian karena aku sudah tidak
tahan, tubuh tante kuangkat agar
duduk di pinggir meja dimana tadi
dia menulis, dan dengan sedikit
gerakan paha tanteku kupaksa agar
meregang. Rupanya tanteku masih
mengenakan CD dan dengan
perlahan kubuka CD-nya ke
samping dan terlihatlah gundukan
kemaluannya yang sudah basah.
Secara perlahan kuciumi kemaluan
tanteku dan kumain-mainkan
klirotisnya. “Ah… ahhh.. Diko, Tante
mau keluuuaarrr…” Beberapa saat
kemudian rupanya tanteku akan
mengalami orgasme, dia langsung
memegangi kepalaku agar tetap di
belahan kemaluannya dan kemudian
mengeluarkan cairan surganya di
mulutku, “Crettt… crett… cret…”
mulutku sampai basah terkena
cairan surga tanteku. Kemudian
tanteku agak lemas namun masih
kujilati kemaluannya yang akhirnya
membangkitkan nafsu untuk
bersetubuh denganku. Kuangkat
tubuh tante ke bawah warung, dan
dengan sedikit agak keras aku dapat
merubah posisinya menelentang di
depanku, kubukakan semakin lebar
kedua kakinya dan mulai kuarahkan
ujung kemaluanku ke mulut lubang
kemaluannya. Agak susah memang
karena memang aku agak kurang
berpengalaman dibidang ini namun
rupanya tanteku dapat
memahaminya. Dengan sabarnya
dituntunnya ujung kemaluanku
tepat di lubang kemaluannya.
“Pelan-pelan ya, Diko!” lirih tanteku
sambil menggenggam kemaluanku.
Ketika baru masuk kepala
kemaluanku tanteku mulai agak
meringis tetapi aku sudah tidak kuat
lagi dengan agak sedikit paksa
akhirnya kemaluanku dapat masuk
seluruhnya. “Diko… akh…” jerit kecil
tanteku ketika kumasukkan seluruh
batang kemaluanku di dalam lubang
kemaluannya yang lumayan basah
namun agak sempit itu sambil
merapatkan kedua kakinya ke
pinggangku. Perlahan aku
melakukan gerakan maju mundur
sambil meremas-remas dua
susunya. Hampir tiga puluh menit
kemudian gerakanku makin lama
main cepat. Rupanya aku hampir
mencapai puncak. “Tan… aku… aku
mauuu… keluar…” bisikku sambil
mempercepat gerakanku.
“Dikeluarkan di dalam saja, Dik!”
balas tanteku sambil menggeleng-
gelengkan kecil kepalanya dan
menggoyangkan pantatnya secara
beraturan. “Tan… aku… keluarrr…”
pekikku sambil menancapkan
kemaluanku secara mendalam
sambil masih memegangi susunya.
Rupanya tanteku juga mengalami
hal yang sama denganku, dia
memajukan pantatnya agar
kemaluanku dapat masuk
seluruhnya sambil menyemburkan
air surganya untuk ketiga kalinya.
“Cret… cret… cret…” hampir lima kali
aku memuntahkan air surga ke
dalam lubang kemaluan tanteku dan
itu juga di campur dengan air surga
tanteku yang hampir berbarengan
keluar bersamaku. “Cret… cret…
cret… ahh…” tanteku
melengkungkan badannya ketika
mengeluarkan air surga yang dari
lubang kemaluannya.
Akhirnya kami tergeletak di bawah
dan tanteku secara perlahan bangun
untuk berdiri sambil mencoba
melihat kemaluannya yang masih
dibanjiri oleh air surga. “Diko! kamu
nakal sekali, berani sekali kami
berbuat ini kepada Tante, tapi Tante
senang kok, Tante puas atas
kenakalan kamu,” bisik tanteku
perlahan. Aku hanya bisa terseyum,
sambil menaikkan kembali celanaku
yang tadi dipelorotkan oleh tanteku.
Tanteku akhirnya berjalan keluar,
namun sebelum itu dia masih
menyempatkan dirinya untuk
memegang kemaluanku yang
lumayan besar ini.
Inilah pengalamanku yang pertama,
dan sejak itu kami kadang mencuri
waktu untuk mengulangi hal
tersebut, apalagi jika aku atau
tanteku ingin mencoba posisi baru
dan pasti ketika Om-ku dan anak-
anak tanteku berangkat sekolah.
Sekarang hal itu sudah tidak
kulakukan lagi karena tanteku
sekarang ikut Om-ku yang
mendapat tugas di daerah.