Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Selama menjadi mahasiswa di
ibukota provinsi ini, aku selalu dan
hampir setiap hari mengunjungi
perpustakaan milik pemerintah
provinsi, sehingga hampir semua
pegawai yang bekerja pada
instansi ini mengenalku dan akrab
denganku, baik yang pria dan
wanitanya.
Namun dalam pikiran nakalku
yang mampu menilai sesorang,
hanya terdapat dua orang ( yang
jelas wanita ) yang mampu
menarik perhatianku sehingga aku
selalu memberikan atensi yang
lebih terhadap dua orang ini.
Yang pertama adalah staf bagian
informasi dan teknologi yang
sebut saja namanya Mbak Diah,
aku memanggilnya begitu, 32 th-
an, perempuan cantik semampai
proporsional berkulit putih
berambut sepunggung yang selalu
memakai supra-nya setiap ke
kantor, belum menikah dan aku
belum terlalu mendalami
kehidupan pribadinya.
Kedua adalah staf administrasi
yang berkantor di lantai tiga
bangunan ini, Ibu Ayu, manis
berambut sebahu, 37 th-an, corak
standar manusia-manusia
Indonesia, menikah dan punya 2
anak, yang paling kecil SMP kelas 2
dan satunya SMU kelas 3, escudo
kuning yang selalu menemaninya
tiap pagi saat berangkat ke kantor.
Dari kedua wanita tersebut hanya
dengan Ibu Ayu saja aku tampak
lebih akrab sehingga aku pun
mengetahui dengan benar seluk
beluk kehidupan rumah tangganya
beserta dengan segala masalah
yang dihadapinya.
Suatu siang, saat aku baru datang,
kulihat Ibu Ayu sedang melihat TV
yang memang sengaja dipasang
di lobby untuk para pengunjung
instansi ini, kudekati dan duduk di
sebelahnya.
“Siang, Bu!, lagi santai nih?”
Tanyaku membuka percakapan
“Eh, Dik Adi!, iya, tadi habis
kunjungan keluar bareng ibu
kepala dan nganter si Santi (putri
tertuanya) pulang. Udah selesai
kuliahnya?” jawabnya
“Sudah.., tadi cuma ada satu mata
kuliah”
“O gitu!, O ya, ntar malam di *****
Cafe ada konsernya ( Ibu Ayu
menyebut satu nama Band yang
baru ngetop di Indon), mau
nonton nggak?”
“Sama Santi, ya!, ntar saya ikut!”
Kataku merajuk soalnya anaknya
itu menuruni kecantikan ibunya
sewaktu muda
“Ya, nanti Santi tak suruh ikut!”
“Lha emang Bapak ( suaminya )
kemana, Bu?”
“Lagi mengikuti Pak Walikota ke
Jakarta sampai tiga hari
mendatang”
“Okelah kalau begitu, nanti sore
saya kesini lagi, trus berangkat!”
“Sip kalau begitu ” Jawabnya
senang
*****
Sore yang dijanjikan pun tiba, aku
masuk kedalam kantornya dan
menemukan dia sedang
membereskan beberapa map
pekerjaannya.
“Tunggu di bawah ya, Dik!, aku
mau ganti baju, dan tadi Santi
telepon katanya tidak bisa ikut
karena besok ada ulangan dan
agak tidak enak badan” Katanya
menyambutku
Dan aku pun mengeluh, gagal deh
kencan dengan Santi
Tak berapa lama kutunggu, Ibu
Ayu sudah menemuiku dengan
berganti pakaian dinasnya menjadi
blus ketat dengan jins, wah.., oke
juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah
dengan yang muda dalam soal
dugem.
“Ayo!” Ajaknya
Aku pun mengikutinya menuju
escudo kuningnya dan berlalu dari
kantor instansi tersebut.
“Kemana kita?, bukannya
konsernya ntar malam?” Tanyaku
“Bagaimana kalo kita cari makan
dulu sambil ngobrol-ngobrol
nunggu jam lapan buat nonton
konser ? ” Usulnya
“Boleh juga!, dimana?”
“Ntar, liat aja, biar Ibu yang
charge, OK!”
Aku pun mengangguk
mengiyakan nya
Di sebuah resto china dijalan
protokol kota ini, setelah
menyantap hidangan laut, kami
pun mengobrol mengahbiskan
waktu dengan membahas
berbagai persoalan baik itu maslah
sosial maupun pribadi. Seperti
halnya Ibu Ayu menceritakan
padaku tentang bagaimana
menjemukannya kehidupan
rumah tangganya.
“Wah, kalau soal itu saya tidak bisa
memberikan pendapat, Bu!,
masalahnya saya belum pernah
berumah tangga.” kataku
merespon nya
“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!,
biar besok menjadi semacam
panduan bila nantinya dik Adi
sudah menjalan kehidupan
bersama” Jawab Ibu Ayu
diplomatis
“Dan, jangan panggil Ibu, dong!,
panggil saja Mbak, khan usia kita
ngga terlalu jauh banget bedanya,
paling cuma 13 tahun !”
Tambahnya
Dan aku pun tertawa mendengar
kelakar tersebut.
Ketika waktu telah menunjukkan
saatnya, kami keluar dari resto
tersebut disambut dengan gerimis,
berlari-lari menuju mobil untuk
meluncur ke cafe yang dimaksud.
Selama konser tampak Ibu Ayu
sangat menikmati suasana
tersebut sambil sesekali
mengenggam tanganku, sehingga
mau tidak mau pun aku menjadi
ikut terbawa oleh suasana yang
menyenangkan.
Konser pun berakhir, dan saatnya
kami untuk pulang. Sambil-sesekali
berceloteh dan bersenandung,
kami menuruni tangga cafe, yang
entah karena apa, Ibu Ayu
terpeleset namun untunglah aku
sempat memegangi nya namun
salah tempat karena secara reflek
aku menariknya kedalam pelukan
ku dan tersentuh buah dadanya.
Sejenak Ibu Ayu terdiam,
memandangku, mempererat
pelukannya dan seakan enggan
melepaskannya.
“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu
ntar dilihat orang” Kataku
Dia pun melepaskan pelukannya,
dan kami menuju ke mobil dengan
keadaan Ibu Ayu sedikit pincang
kaki nya.
Tengah malam kurang sedikit,
kami sampai di rumah Ibu Ayu,
karena aku sudah terbiasa pulang
pagi, jadi kudahulukan untuk
mengantar kerumahnya untuk
memastikan keadaannya. Rumah
dalam keadaan sepi, penghuninya
sudah tidur semua kurasa, dan
aku pun duduk di sofa sambil
sejenak melepaskan lelah.
Sambil terpincang-pincang, Ibu
Ayu membawakan segelas teh
manis hangat untukku, dan duduk
di sampingku. Aku jadi teringat
kejadian di tangga cafe tadi.
“Masalah tadi, maafin saya Mbak,
itu reflek yang nggak sengaja.”
Kataku
“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-
hati si, pegel banget nih!” Katanya
“Sini saya pijitin” kataku sambil
mengangkat kakinya dang
menggulung celana jins nya
sampai selutut
Dia pun merebahkan badannya
agar aku bisa leluasa memijitnya.
Tak berapa lama kemudian dia
bangkit sambil ikut memijiti
kakinya sendiri. Saat tangan kami
bersentuhan ada getar-getar halus
yang kurasakan menggodaku
namun berhasil kutepiskan.
Namun tak disangka, Ibu Ayu
memegang lengan ku dan
menarikku ke dalam pelukannya.
“temani aku malam ini, Dik!”
Bisiknya lirih di telingaku
Kurasa habislah pertahanan ku kali
ini. Di lumatnya bibirku dengan
ganasnya, apa boleh buat, aku pun
memberikan respon serupa. Kami
saling berpagut dengan sesekali
mempermainkan lidah. Tangannya
menggerayangi tubuhku,
mengusap-usap celanaku yang
menggembung, sedangkan aku
meremas-remas buah dadanya
yang masih cukup ranum untuk
wanita seusianya.
Lama kami bercumbu di atas sofa,
lalu Ibu Ayu menggamitku untuk
memasuki kamarnya, dan kami
meneruskan cumbuan sepuas-
puasnya. Foreplay dilanjutkan
setelah kami saling membuka
baju, hanya tinggal mengenakan
celana dalam saja kami bergelut di
atas kasur yang empuk dalam
kamar berpendingin udara. Kujilati
puting susunya sampai Mbak Ayu
mendesah-desah, sementara
tangannya menggengam
kemaluanku yang dengan lembut
dikocoknya perlahan.
“Mbak.., aku buka ya, celananya!”
Bisikku yang disambut dengan
anggukannya
Setelah secarik kain tipis itu terlepas
dari pinggulnya, Ibu Ayu
mengangkang kan pahanya, dan
tampak vaginanya yang kehitaman
tertutup lebat rambut. Saat kusibak
kerimbunan itu, gundukan daging
itu berwarna kemerahan
berdenyut panas.
Ibu Ayu memekik dan mendesah
perlahan saat vaginanya kujilati.
Ditekan nya kepalaku sepertinya
dia sangat menikmati permainan
ini, sampai suatu saat kurasa
vaginanya mulai basah dengan
keluarnya lendir yang berlebihan.
Dengan nafas terengah-engah Ibu
Ayu menarik kemaluanku untuk
dimasukkan kedalam vaginanya.
Kupegan tangannya dan
kupermainkan kemaluanku di pintu
masuk liang kenikmatan nya itu
beberapa lama, kupukul-pukul kan
kepala kemaluanku dibibir
vaginanya, kumasukkan
kemaluanku sedikit dalam
vaginanya lalu kutarik keluar
kembali, begitu berulang-ulang.
“Ayo dong, Dik!, jangan buat aku
semakin ……” bisiknya
“Tapi aku belum pernah
berhubungan badan, Mbak!”
Balasku berbisik
“Ayolah, Dik!, aku beri kamu
pengalaman menikmati surga ini,
ayo..!”
Akupun mengangguk
Ibu Ayu berbaring telentang di
pinggiran ranjang dengan kaki
mengangkang, sementara aku
berlutut hendak memasukkan
kemaluanku. Di pegangnya
kemaluanku dan di arahkan ke
dalam vaginanya, kugesek-
gesekkan kepala kemaluanku
dibibir vaginanya sementara dia
mendesah-desah, lalu dengan
dorongan perlahan kubenamkan
seluruh kemaluanku kedalam liang
vaginanya.
Sebuah sensasi kenikmatan dan
kehangatan yang luar biasa
menyelubungi ku, sejenak keresapi
kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu
mulai mengalungkan pahanya
pada pinggulku dan memintaku
untuk mulai menyetubuhi nya.
Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah
ranjang, setelah tercapai posisi
yang enak, kugerakkan pinggulku
maju mundur mengeksplorasi
seluruh kenikmatan yang dimiliki
oleh Ibu Ayu. Ruangan kamar
yang dingin seolah tidak terasa
lagi, yang ada hanya lengguhan-
lengguhan kecil kami di timpahi
suara kecepok beradunya
kemaluan kami, sementara
disekeliling kepala kami terbungkus
dengan hawa dan bau khas orang
bersetubuh.
“hh..terus, Dik!, goyangnya yang
cepat..Ohh..ohh, Ouuch!”
Desahnya
“Yang erat, Mbak!, ayo
sayang,..sshh,..hhh..” Desahku
“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”
“Tenang aja, manisku…ohh.., enak
Mbak!”
“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”
Entah sudah berapa lama kami
saling bergelut mencari
kenikmatan, lambat laun
kemaluanku terasa seperti
diremas-remas, lalu Ibu Ayu
mendesah panjang sebelum
pelukannya terasa melemah.
“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !”
Desahnya
Kurasakan momen ini yang
ternikmat dari bagian-bagian
sebelumnya, maka sebelum
remasn-remasan itu mengendur,
kupercepat gerakanku dan
kurasakan panas tubuhku
meningkat sebelum ada sesuatu
yang berdesir dari seluruh bagian
tubuhku untuk segera berebut
keluar lewat kemaluanku yang
membuatku bergetar hebat
dengan memeluk tubuh Ibu Ayu
lebih erat lagi
“Ohhh..ohh….!” Desahku tak lama
kemudian
Aku bergulir di samping Ibu Ayu
mencoba mengatur nafas,
sementara dia terpejam dengan
ritme nafas yang tak beraturan
juga. Kemaluan ku masih tegak
berdiri berkilat-kilat diselimuti
cairan-cairan licin sebelum lemas
Setelah beberapa saat, nafasku
pulih kembali, kubelai rambut Ibu
Ayu. Dia tersenyum padaku.
“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi”
Kataku tersenyum
“Sama-sama,Dik! Hebat sekali
kamu tadi, padahal baru pertama,
ya! ” jawabnya
Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat
cairan spermaku meleleh keluar
dari lipatan vaginanya yang lalu di
usapnya dengan selimut.
“Aku keluarkan di dalam tadi,
Mbak! habis enak dan ngga bisa
nahan lagi, ngga jadi anak khan
nanti?” Tanyaku
“Enggak, santai saja, sayang!”
Katanya manja sambil mencium
pipiku
“Emm..,Mbak!” Tanyaku
“Apa sayang?” Jawabnya
“Kapan-kapan boleh minta lagi,
nggak?”
“Anytime, anywhere, honey!”
Katanya sambil memelukku dan
melumat bibirku.
*****
Setelah kejadian itu, tiga hari
berikutnya aku menikmati servis
istimewa dari Ibu Ayu untuk lebih
mengeksplorasi ramuan
kenikmatan dengan berbagai gaya
yang diajarkan olehnya, bahkan
masih berlangsung hingga saat ini.
Pada mulanya anaknya yang
kuincar menjadi cewek ku,
ternyata malah mendapat layanan
plus yang memuaskan dari ibunya