Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Aku adalah seorang
mahasiswa tingkat akhir
di perguruan tinggi di
Bandung, dan sekarang
sudah tingkat akhir.
Untuk saat ini aku tidak
mendapatkan mata
kuliah lagi dan hanya
mengerjakan skripsi saja.
Oleh karena itu aku
sering main ke tempat
abangku di Jakarta.
Suatu hari aku ke
Jakarta. Ketika aku
sampai ke rumah
kakakku, aku melihat
ada tamu, rupanya ia
adalah teman kuliah
kakakku waktu dulu.
Aku dikenalkan kakakku
kepadanya. Rupanya ia
sangat ramah kepadaku.
Usianya 40 tahun dan
sebut saja namanya
Firman. Ia pun
mengundangku untuk
main ke rumahnya dan
dikenalkan pada anak-
istrinya. Istrinya, Dian, 7
tahun lebih muda
darinya, dan putrinya,
Rina, duduk di kelas 2
SMP.
Kalau aku ke Jakarta aku
sering main ke
rumahnya. Dan pada
hari Senin, aku
ditugaskan oleh Firman
untuk menjaga putri
dan rumahnya karena ia
akan pergi ke Malang,
ke rumah sakit untuk
menjenguk saudara
istrinya. Menurutnya
sakit demam berdarah
dan dirawat selama 3
hari. Oleh karena itu ia
minta cuti di kantornya
selama 1 minggu. Ia
berangkat sama istrinya,
sedangkan anaknya
tidak ikut karena
sekolah.
Setelah 3 hari di
rumahnya, suatu kali
aku pulang dari rumah
kakakku, karena aku
tidak ada kesibukan
apapun dan aku pun
menuju rumah Firman.
Aku pun bersantai dan
kemudian menyalakan
VCD. Selesai satu film.
Saat melihat rak, di
bagian bawahnya
kulihat beberapa VCD
porno. Karena memang
sendirian, aku pun
menontonnya. Sebelum
habis satu film, tiba-tiba
terdengar pintu depan
dibuka. Aku pun
tergopoh-gopoh
mematikan televisi dan
menaruh pembungkus
VCD di bawah karpet.
"Hallo, Oom Ryan..!"
Rina yang baru masuk
tersenyum. "Eh, tolong
dong bayarin bajaj...
uang Rina sepuluh-
ribuan, abangnya nggak
ada kembalinya."
Aku tersenyum
mengangguk dan keluar
membayarkan bajaj yang
cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk
kembali.., pucatlah
wajahku! Rina duduk di
karpet di depan televisi,
dan menyalakan
kembali video porno
yang sedang setengah
jalan. Dia memandang
kepadaku dan tertawa
geli.
"Ih! Oom Ryan! Begitu
to, caranya..? Rina sering
diceritain temen-temen
di sekolah, tapi belon
pernah liat."
Gugup aku menjawab,
"Rina... kamu nggak
boleh nonton itu! Kamu
belum cukup umur! Ayo,
matiin."
"Aahhh, Oom Ryan.
Jangan gitu, dong! Tuh
liat... cuma begitu aja!
Gambar yang dibawa
temen Rina di sekolah
lebih serem."
Tak tahu lagi apa yang
harus kukatakan, dan
khawatir kalau kularang
Rina justru akan lapor
pada orangtuanya, aku
pun ke dapur membuat
minum dan membiarkan
Rina terus menonton.
Dari dapur aku duduk-
duduk di beranda
belakang membaca
majalah.
Sekitar jam 7 malam,
aku keluar dan membeli
makanan. Sekembalinya,
di dalam rumah kulihat
Rina sedang tengkurap
di sofa mengerjakan PR,
dan... astaga! Ia
mengenakan daster
yang pendek dan tipis.
Tubuh mudanya yang
sudah mulai matang
terbayang jelas. Paha
dan betisnya terlihat
putih mulus, dan
pantatnya membulat
indah. Aku menelan
ludah dan terus masuk
menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap,
aku memanggil Rina.
Dan.., sekali lagi astaga...
jelas ia tidak memakai
BH, karena puting
susunya yang menjulang
membayang di
dasternya. Aku semakin
gelisah karena penisku
yang tadi sudah mulai
"bergerak", sekarang
benar-benar menegak
dan mengganjal di
celanaku.
Selesai makan, saat
mencuci piring berdua di
dapur, kami berdiri
bersampingan, dan dari
celah di dasternya, buah
dadanya yang indah
mengintip. Saat ia
membungkuk, puting
susunya yang merah
muda kelihatan dari
celah itu. Aku semakin
gelisah. Selesai mencuci
piring, kami berdua
duduk di sofa di ruang
keluarga.
"Oom, ayo tebak. Hitam,
kecil, keringetan,
apaan..?"
"Ah, gampang! Semut
lagi push -up! Kan ada di
tutup botol Fanta!
Gantian... putih-biru-puti
h, kecil, keringetan,
apa..?"
Rina mengernyit dan
memberi beberapa
tebakan yang semua
kusalahkan.
"Yang bener... Rina pakai
seragam sekolah,
kepanasan di bajaj..!"
"Aahhh... Oom Ryan
ngeledek..!"
Rina meloncat dari sofa
dan berusaha mencubiti
lenganku. Aku
menghindar dan
menangkis, tapi ia terus
menyerang sambil
tertawa, dan...
tersandung!
Ia jatuh ke dalam
pelukanku,
membelakangiku.
Lenganku merangkul
dadanya, dan ia duduk
tepat di atas batang
kelelakianku! Kami
terengah-engah dalam
posisi itu. Bau bedak
bayi dari kulitnya dan
bau shampo rambutnya
membuatku makin
terangsang. Dan aku
pun mulai menciumi
lehernya. Rina
mendongakkan kepala
sambil memejamkan
mata, dan tanganku pun
mulai meremas kedua
buah dadanya.
Nafas Rina makin
terengah, dan tanganku
pun masuk ke antara
dua pahanya. Celana
dalamnya sudah basah,
dan jariku mengelus
belahan yang
membayang.
"Uuuhh... mmmhhh..."
Rina menggelinjang.
Kesadaranku yang
tinggal sedikit seolah
memperingatkan bahwa
yang sedang kucumbu
adalah seorang gadis
SMP, tapi gairahku
sudah sampai ke ubun-
ubun dan aku pun
menarik lepas dasternya
dari atas kepalanya.
Aahhh..! Rina
menelentang di sofa
dengan tubuh hampir
polos!
Aku segera mengulum
puting susunya yang
merah muda, berganti-
ganti kiri dan kanan
hingga dadanya basah
mengkilap oleh
ludahku. Tangan Rina
yang mengelus belakang
kepalaku dan
erangannya yang
tersendat membuatku
makin tak sabar. Aku
menarik lepas celana
dalamnya, dan..
nampaklah bukit
kemaluannya yang baru
ditumbuhi rambut
jarang. Bulu yang sedikit
itu sudah nampak
mengkilap oleh cairan
kemaluan Rina. Aku pun
segera membenamkan
kepalaku ke tengah
kedua pahanya.
"Ehhh... mmmaaahhh..,"
tangan Rina meremas
sofa dan pinggulnya
menggeletar ketika bibir
kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku
berpindah ke perutnya
dan mengemut
perlahan.
"Ooohh... aduuhhh..,"
Rina mengangkat
punggungnya ketika
lidahku menyelinap di
antara belahan
kemaluannya yang
masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari
atas ke bawah dan bibir
kemaluannya mulai
membuka. Sesekali
lidahku membelai
kelentitnya dan tubuh
Rina akan terlonjak dan
nafas Rina seakan
tersedak. Tanganku naik
ke dadanya dan
meremas kedua bukit
dadanya. Putingnya
sedikit membesar dan
mengeras.
Ketika aku berhenti
menjilat dan mengulum,
Rina tergeletak
terengah-engah,
matanya terpejam.
Tergesa aku membuka
semua pakaianku, dan
kemaluanku yang tegak
teracung ke langit-
langit, kubelai-belaikan
di pipi Rina.
"Mmmhh... mmmhhh...
ooohhhmmm..," ketika
Rina membuka bibirnya,
kujejalkan kepala
kemaluanku.
Mungkin film tadi masih
diingatnya, jadi ia pun
mulai menyedot.
Tanganku berganti-ganti
meremas dadanya dan
membelai kemaluannya.
Segera saja kemaluanku
basah dan mengkilap.
Tak tahan lagi, aku pun
naik ke atas tubuh Rina
dan bibirku melumat
bibirnya. Aroma
kemaluanku ada di
mulut Rina dan aroma
kemaluan Rina di
mulutku, bertukar saat
lidah kami saling
membelit.
Dengan tangan,
kugesek-gesekkan
kepala kemaluanku ke
celah di selangkangan
Rina, dan sebentar
kemudian kurasakan
tangan Rina menekan
pantatku dari belakang.
"Ohhmm, mam...
masuk... hhh... masukin...
Omm... hhh...
ehekmm..."
Perlahan kemaluanku
mulai menempel di bibir
liang kemaluannya, dan
Rina semakin mendesah-
desah. Segera saja
kepala kemaluanku
kutekan, tetapi gagal
saja karena tertahan
sesuatu yang kenyal.
Aku pun berpikir,
apakah lubang sekecil
ini akan dapat
menampung
kemaluanku yang besar
ini. Terus terang saja,
ukuran kemaluanku
adalah panjang 15 cm,
lebarnya 4,5 cm
sedangkan Rina masih
SMP dan ukuran lubang
kemaluannya terlalu
kecil.
Tetapi dengan dorongan
nafsu yang besar, aku
pun berusaha. Akhirnya
usahaku pun berhasil.
Dengan satu sentakan,
tembuslah halangan itu.
Rina memekik kecil,
dahinya mengernyit
menahan sakit. Kuku-
kuku tangannya
mencengkeram kulit
punggungku. Aku
menekan lagi, dan
terasa ujung
kemaluanku
membentur dasar
padahal baru 3/4
kemaluanku yang
masuk. Lalu aku diam
tidak bergerak,
membiarkan otot-otot
kemaluan Rina terbiasa
dengan benda yang ada
di dalamnya.
Sebentar kemudian
kernyit di dahi Rina
menghilang, dan aku
pun mulai menarik dan
menekankan pinggulku.
Rina mengernyit lagi,
tapi lama-kelamaan
mulutnya menceracau.
"Aduhhh... ssshhh... iya...
terusshh... mmmhhh...
aduhhh... enak...
Oommm..."
Aku merangkulkan
kedua lenganku ke
punggung Rina, lalu
membalikkan kedua
tubuh kami hingga Rina
sekarang duduk di atas
pinggulku. Nampak 3/4
kemaluanku menancap
di kemaluannya. Tanpa
perlu diajarkan, Rina
segera menggerakkan
pinggulnya, sementara
jari-jariku berganti-ganti
meremas dan
menggosok dada,
kelentit dan pinggulnya,
dan kami pun berlomba
mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu,
gerakan pinggul Rina
makin menggila dan ia
pun membungkukkan
tubuhnya dan bibir kami
berlumatan. Tangannya
menjambak rambutku,
dan akhirnya pinggulnya
menyentak berhenti.
Terasa cairan hangat
membalur seluruh
batang kemaluanku.
Setelah tubuh Rina
melemas, aku
mendorong ia telentang.
Dan sambil
menindihnya, aku
mengejar puncakku
sendiri. Ketika aku
mencapai klimaks, Rina
tentu merasakan
siraman air maniku di
liangnya, dan ia pun
mengeluh lemas dan
merasakan orgasmenya
yang kedua.
Sekian lama kami diam
terengah-engah, dan
tubuh kami yang basah
kuyup dengan keringat
masih saling bergerak
bergesekan, merasakan
sisa-sisa kenikmatan
orgasme.
"Aduh, Oom... Rina
lemes. Tapi enak
banget."
Aku hanya tersenyum
sambil membelai
rambutnya yang halus.
Satu tanganku lagi ada
di pinggulnya dan
meremas-remas. Kupikir
tubuhku yang lelah
sudah terpuaskan, tapi
segera kurasakan
kemaluanku yang telah
melemas bangkit
kembali dijepit liang
vagina Rina yang masih
amat kencang.
Aku segera
membawanya ke kamar
mandi, membersihkan
tubuh kami berdua
dan... kembali ke kamar
melanjutkan babak
berikutnya. Sepanjang
malam aku mencapai
tiga kali lagi
orgasme,dan Rina...
entah berapa kali.
Begitupun di saat
bangun pagi, sekali lagi
kami bergumul penuh
kenikmatan sebelum
akhirnya Rina kupaksa
memakai seragam,
sarapan dan berangkat
ke sekolah.
Kembali ke rumah
Firman, aku masuk ke
kamar tidur tamu dan
segera pulas kelelahan.
Di tengah tidurku aku
bermimpi seolah Rina
pulang sekolah, masuk
ke kamar dan membuka
bajunya, lalu menarik
lepas celanaku dan
mengulum kemaluanku.
Tapi segera saja aku
sadar bahwa itu bukan
mimpi, dan aku
memandangi rambutnya
yang tergerai yang
bergerak-gerak
mengikuti kepalanya
yang naik-turun. Aku
melihat keluar kamar
dan kelihatan VCD
menyala, dengan film
yang kemarin. Ah!
Merasakan caranya
memberiku "blowjob",
aku tahu bahwa ia baru
saja belajar dari VCD.