Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Kami adalah sepasang suami istri
yang telah
menikah selama hampir 2 tahun dan
belum
mempunyai anak. Istriku, Lena,
berusia 25 tahun.
cukup seksi dan manis dengan kulit
kuning langsat
dan sebuah lesung pipit yang
menghiasi pipi
kanannya. Lena cukup tinggi untuk
ukuran orang
Asia, dengan tinggi 168 cm dan
berat 48 kg
membentuk tubuhnya yang
34C-25-34.
Sedangkan aku sendiri bernama
Ara, 30 tahun,
185 cm - 80kg. Kulitku sedikit gelap
akibat hobi
golfku yang sedikit agak kelewatan.
Orang bilang
tubuhku atletis padahal aku malas
berolah raga.
Paling hanya golf saja, atau kadang-
kadang
renang. Istriku bekerja di salah satu
perusahaan
multi nasional di Jakarta dan
mempunyai karir
yang cukup baik, sedangkan aku
sendiri lumayan
sukses berwiraswasta sebagai
kontraktor jalan dan
bangunan. Secara ekonomi dapat
dikatakan kami
berkecukupan, apalagi kami tidak
ada tanggungan,
baik saudara maupun orangtua.
Mungkin itulah
yang menyebabkan kami hobi
"dugem" setiap
malam minggu sekedar untuk
melepas lelah
pikiran dan kejenuhan hidup di
Jakarta. Namun di
malam minggu itu ada sesuatu
yang lain yang
mengubah hidup kami. Di malam
itu, sengaja atau
tidak, untuk pertama kalinya istriku
berselingkuh di
depan mataku. Dan aku
membiarkannya. Begini
awal ceritanya.. "Ra, ayo dong.. Kok
dandannya
lama amat?!" Lena, istriku, berteriak
dari lantai
bawah rumah kami. Aku yang
memang sedang
mematut diri di depan kaca
tersenyum
mendengarnya, lalu membalas..
"Iya, sabar
sayang, sebentar lagi!" 5 menit
kemudian aku
turun dan mendapatinya sedang
cemberut di sofa
ruang tengah kami. Lena tampak
sangat "cute"
dengan terusan tipis berdada agak
terlalu terbuka
berwarna merah marun, sedikit di
atas lutut dan
tanpa lengan. Sepatu hak 7 cm
dengan warna
senada menambah keserasian dan
keseksiannya.
Dengan polesan make-up
sederhana, ia tampak
manis. Sepertinya ia tidak
mengenakan bra. "Let's
go, babe.. Senyum dong. Kan mau
seneng-
seneng?" demikian aku
membujuknya sambil
kugamit lengannya yang mulus dan
halus. "Hh..
BT nih nungguin kamu! Cium dulu,
kalo nggak aku
ngambek..!" Lena memonyongkan
bibirnya lucu.
Aku tersenyum, dan kucium pipinya
lembut. "Cup!
Tuh, udah dicium. Jangan ngambek
lagi dong.
Yuk, kita berangkat". Sedikit kutarik
lagi lengannya.
"Hei.. Di bibir. Masa di pipi? Dasar
deh, nggak
romantis!" Lena makin cemberut
dan membuang
muka, pura-pura ngambek. Maka
kupegang
dagunya, dan kutolehkan wajahnya
ke wajahku,
lalu kukecup bibirnya yang tipis itu.
Tak dinyana,
Lena melakukan "french kiss" yang
membuat
penisku agak mengeras. "Hihihi..
Kok jadi sesak
gitu, celananya? Payah deh, gitu aja
napsu". Lena
cekikikan sambil tangannya
mengelus ringan
depan celanaku. Penisku jadi makin
keras. Tapi
cepat kutampik hal itu karena
memang kita sudah
harus berangkat. Jam sudah
menunjukkan pk.
11:30 malam. "Namanya juga lelaki..
Hehe. Yuk, ah.
Udah malem nih, nggak enak nanti
ditungguin
teman-teman". Aku menggamitnya
sekali lagi dan
kali ini Lena menurut. Berangkat
juga kami
akhirnya. ***** Setibanya kami di
sebuah Nite Club
berlantai dua di bilangan Kuningan,
waktu telah
menunjukkan lewat tengah malam.
Langsung saja
kami menuju lantai 2 yang
menawarkan musik
bernuansa pop-jazz yang ringan
dan mudah
dinikmati. Dari salah satu pojokan,
seorang
sahabat Lena, Poppy, melambaikan
tangannya
memanggil kami dan bereriak agak
keras,
berusaha mengatasi suara hingar-
bingar band
yang sedang beraksi. "Yuhuu!! Sini,
sini!! Ya
amplop.. Malem banget sih kalian??
Kita-kita udah
pada mau pulang nih!" Poppy
meledek kami
sambil pura-pura menenteng tasnya
dan berjalan
pergi. "Kalau jam segini udah mau
pulang, kenapa
loe nggak nonton bioskop aja,
Neng? Ati-ati ya di
jalan.." demikian sergah Lena. Aku
cengar-cengir
saja memperhatikan mereka. Kulihat
"gank" kami
yang biasa sudah kumpul semua.
Pertama ada
Poppy dan pacarnya (seorang
keturunan Chinese
yang cukup ganteng bernama
Benny). Mereka
masih menunggu restu orang tua
untuk menikah
karena, maklum, berbeda suku/
keturunan. Poppy
adalah seorang gadis Sunda yang
entah mengapa
mirip keturunan indo. Lalu yang
sedang
menyalakan cerutu kesukaannya
adalah sahabat
kentalku Reno dan istrinya yang
seorang model,
Carol, yang malam itu.. Hmm.. Luar
biasa dengan
rok mini dari bahan kulit warna
coklat tua, yang
memperlihatkan hampir seluruh
paha mulusnya,
dipadukan dengan blouse ketat
berlengan 3/4
warna putih dan cukup tipis.
Ditambah dengan
sepatu hak tingginya membuatku
menelan ludah.
"Hi, guys. Sorry kemaleman. Abis
gue dandannya
lama sih. Takut Carol nggak naksir
lagi, nanti.
Anyway, Ren, bisa teler gue nyium
bau cerutu loe,
jeg!" Aku ngomong sekenanya
sambil tertawa.
Carol senyam-senyum (GR kali) dan
Reno pura-
pura pingsan sambil memeletkan
lidahnya, sambil
jari tengahnya diacungkan ke
arahku. "Emang nih,
genit deh Si Ara." Lena berkata
seakan setuju
dengan ekspresi Reno sambil
mencibir ke arahku
dan tangan kirinya menjewer telinga
kananku
keras-keras. Aaww! Kulihat lagi
duduk-duduk
santai di sebelah Poppy, sambil
merokok, jelalatan
dengan jakun yang turun-naik
karena memolototi
makhluk-makhluk feminin yang
berpenampilan
"minimalis" alias 2/3 telanjang, dua
bujang lapuk
kawan-kawanku sejak SMA, Gary
dan Eddy.
Mereka tidak pernah membawa
pasangan kalau
lagi di Club. "Ngapain kita bawa
makanan kalau
mau ke buffet?" demikian celetuk
Eddy suatu
waktu yang lalu saat kutanyakan
alasannya. Benar
juga, pikirku waktu itu. Hehehe.
"Jangan sampai
gitu dong, prens.. Nanti bajunya
pada lepas
semua!" sambil terbahak Benny
mendorong Gary
agak keras sampai-sampai Eddy
yang duduk
disebelahnya ikut terdorong. Mata
Benny yang
agak sipit sampai tinggal segaris..
Eh, dua garis
deh. "Sial, loe, Ben. Minuman gue
ampir tumpah!
Gue guyur loe, ye!" Eddy mencak-
mencak sambil
berlagak mau menyiram Benny
dengan segelas
XO nya yang baru sedikit dicicipi.
"Sini, guyur ke
dalam mulut gue. Hehehe." Benny
mangap-
mangap persis ikan koki. Kocak
sekali wajahnya.
Lena dan Poppy sampai tertawa
keras sekali. Gary
balas mendorong Benny sambil
menjitaknya
pelan. Begitulah, kami berdelapan
memang sangat
akrab satu dengan yang lainnya, jadi
memang
seru kalau sudah ngumpul semua
begini. Rata-rata
sudah sekitar 5-10 tahun kami
berteman. Ada
yang dari SMA seperti aku, Gary dan
Eddy, ada
yang dari kuliah dan ada yang dari
teman
sekantor, seperti Poppy dan Lena,
dan Reno &
Eddy. Dari pertemanan seperti itulah
kami
bertemu, merasa sangat cocok satu
dengan yang
lainnya, dan lalu bersahabat seperti
sekarang.
"Gini, gini.." Gary tiba-tiba angkat
bicara dengan
logat betawinya yang khas. "Gue
ade usul, dijamin
seru. Tapi kagak ada yang boleh
marah atawa
tersinggung. Gimane, broer and
sus?" Teman kita
yang satu ini memang segudang
idenya. Ada
yang waras tapi lebih banyak yang
aneh bin ajaib
alias norak. "Usul ape loe, Bang?
Jangan kayak
nyang kemaren ye.. Bikin gue malu
abis. Sompret
loe!" Eddy nggak mau kalah betawi.
Beberapa
minggu yang lalu memang Gary
mengajak main
"truth or dare" yang mengakibatkan
Eddy lari
keliling lapangan parkir salah satu
restoran di
bilangan Kemang dengan hanya
bercelana dalam.
Kakinya yang kurus dan tanpa bulu
itu benar-
benar pas buat diteriaki oleh para
pengunjung
yang lain, "Wow, seksi bener nih..
Tapi kok
jenggotan ya??" Hobi temanku yang
satu ini
memang memelihara jenggot sejak
SMA, dan
cukup lebat pula. "Diem dulu loe.
Lagian ini buat
para cewek-cewek. Loe kan kakinya
doang yang
wanita, sisanya waria.." sambaran
maut Gary
yang demikian membuat Eddy mati
kutu. "Jadi.."
lanjut Gary, "Setuju nggak?" Kami
saling
berpandangan. Aku sendiri agak
was-was kalau
Gary yang memberi usul, karena
biasanya
diperlukan keberanian extra untuk
"bermain"
dengannya. "Apa dulu idenya?" Lena
dan Poppy
bicara hampir bersamaan.
Sedangkan Carol malah
cuek, asik mengepulkan asap
berbentuk bulatan-
bulatan dari mulutnya. Mulai suka
bercerutu ria
juga, dia ternyata. Reno juga agak
cuek sambil
memeluk pinggang istrinya tersebut
dengan
mesra sambil menciumi tengkuk
Carol yang
jenjang. Sialan, pikirku. Si Reno hoki
bener bisa
dapet bini kayak bidadari begitu. Aku
tahu Lena
juga cantik, tapi yah, rumput
tetangga memang
selalu terlihat lebih hijau! "Loe pade
lihat itu
segerombolan cowok-cowok yang
di meja
seberang?" Gary menyorongkan
dagunya ke arah
yang dimaksud. "Yang dari tadi gue
perhatiin pada
jelalatan ngeliatin penyanyi cewek
yang pantatnya
bohai itu.. Lihat kan?" lanjutnya
antusias. "Oh itu.
Mau ngapain, Gar? Loe mau suruh
bini gue ke
sono, terus nabokin satu-satu?
Hehehe.." Si Benny
nyerocos nggak jelas. Apa dia mulai
mabok?
Padahal cuma minum ice lemon tea
doang. "Loe
juga.. Diem dulu dong, broer." Gary
mulai agak
kesal. "Gue lihat mereka udah pada
horny semua
gara-gara ngeliatin pantat cewek
penyanyi itu.
Tuh, lihat sampe mau megang
segala. Ck ck ck.."
Memang kulihat mereka duduk
sangat dekat
dengan panggung, jadi mungkin
saja. "Let's play a
game. I call it, 'Seduce or be
seduced' game."
Wah, mulai coro Inggris, Si Gary.
Gawat nih,
pikirku. "You go there, pick one or
two or more
guys, whatever, and then dance
with him. Try to
seduce him while dancing. If we see
and decide
that you're the one who got
seduced, then you
loose and you must buy all of us
here a round of
drinks." Waduh bagus juga
Inggrisnya bocah ini
ternyata, lho. "Nyang ber-alkohol,
ye!" Yah, jadi
betawi lagi dia. Sambil ngomong
gitu, dia melirik
ke arah Benny yang masih asik
dengan ice lemon
tea nya sambil nyengir jahat. "Reseh
loe, kunyuk!"
Merasa disindir, Benny nyolot. "Gue
lagi mau
menjauhi minuman keras nih.
Supaya "itu" gue
bisa lebih keras. Huahahaha!" Kami
semua sampai
kaget denger kerasnya tawa Benny.
Orang satu ini
memang dulunya jagoan minum,
tapi belakangan,
entah mengapa kegemarannya itu
hilang tiba-tiba.
Mungkin mau mengambil hati orang
tua Poppy.
"Udah keras banget kok, Yang.."
Poppy
menggelendot manja di bahu Benny
sambil
memberikan ekspresi horny.
"Berasaa banget.."
katanya lagi. Ya ampun.. "Eh, Gar..
Loe mau jadiin
bini gue perek, apa?" kataku sedikit
ketus.
Sebenarnya aku deg-degan juga
kalau-kalau Lena
tertarik sama ide gila ini. "Kalau bini
gue digrepe-
grepe orang, gue keberatan nih."
kataku lagi.
Sebenarnya aku sengaja supaya
Lena makin
tertantang. Kukedipkan mataku ke
arah Gary, dan
langsung dia paham. Dihisapnya
rokoknya dalam-
dalam tanda mengerti akan
maksudku. "Tenang,
Ra. This is just a game. Belum tentu
juga ada yang
mau sama bini loe." tandas Gary.
That's done it.
Mata Lena langsung melotot ke arah
Gary dan
berdiri. "Eh, denger ya, Bang
betawi.. Lelaki yang
nggak suka sama gue pastilah
hombreng atau
buta atau yang masih bayi. Ya
nggak, Pop? Rol,
Carol.. Jangan nyerutu doang dong
dikau." Lena
menyerang membabi-buta.
Tercium bau alcohol
dari mulut istriku.. Hmm pasti seru
nih. Lena akan
sangat nekat kalau sudah fly. "Iya
nih, Si Abang.
Tega nian kau berkata demikian
kepada kawanku
yang bohay ini.." Poppy mulai teler
juga
kayaknya. "Carol.. Say something,
sexy.." sambil
ngomong gitu Poppy mengelus-
elus paha kiri
Carol yang terpampang mulus
diseberangnya.
Darahku berdesir melihatnya. "Wah,
mulai ada
'live show' nih. Asiikk.." Eddy tiba-
tiba nimbrung
sambil melihat ke arah Poppy dan
Carol. Padahal
sepertinya dia tadi lagi asik ngobrol
sama seorang
cewek ABG yang duduk di meja
sebelah kami.
"Iihh, Poppy.. Ntar gue basah nih
loe elus-elus
gitu.." kata Carol sambil menjilat
bibir sexynya
dengan gaya horny yang dibuat-
buat. Gila, pikirku.
Bisa ngaceng berat nih gue. "Gue
rasa semua
cowok di sini bakalan horny sama
Lena, tapi
apakah Lenanya berani?? Hmm??
Berani nggak,
sayang?" Yah, Poppy malah
nambah manas-
manasin Lena. Lena memandang
sebentar ke arah
Poppy yang langsung asik lagi
dengan cerutu dan
ciuman-ciuman kecil suaminya di
tengkuk dan
lehernya. Tanpa berkata apapun,
berjalanlah dia
menghampiri meja seberang yang
penuh cowok-
cowok horny. Ada 6 orang
jumlahnya. This is one
bad combination.. Satu cewek cantik
nan seksi
setengah mabuk yang merasa
ditantang, dan
sejumlah cowok-cowok keren yang
sudah sangat
horny. Very bad. Setiba di meja
seberang, Lena
langsung pasang aksi. Aku dan
teman-temanku
memperhatikannya dengan sedikit
tegang. Mula-
mula kulihat dia berbicara dengan
salah seorang
dari mereka sambil bergaya agak
genit namun
tetap anggun. Tak berapa lama
kemudian,
turunlah mereka ke lantai dansa
sambil
bergandengan tangan. Lelaki itu
berpostur sedikit
lebih pendek dariku, tapi sangat
atletis. I think he's
a gym rat. Kekar sekali, mungkin
ada keturunan
Arabnya. "Damn, beneran Si Lena.
Are you OK,
buddy?" Reno bertanya setengah
berbisik
kepadaku. "Fine. Gue mau lihat ini
arahnya
kemana. Tenang aja dulu, man."
Ujarku ke Reno.
"Wah, mulai ngegrepe tuh orang."
Tangan lelaki
itu kuperhatikan mulai mengelus
lengan atas istriku
yang terbuka. Terus dielus-elusnya,
lalu mulai
turun ke pinggang dan berhenti di
sana. Saat
dipegang pinggangnya, Lena
berjoget dengan
seksi sambil mengangkat kedua
lengannya sambil
meliuk-liukan pinggulnya mengikuti
irama musik
pop-jazz. Liukan pinggulnya yang
seksi, ditambah
dengan ekspresi wajahnya,
sungguh dapat
membuat lelaki manapun
terangsang. Lalu
wajahnya sedikit didekatkan ke
wajah Si lelaki
sambil tersenyum kecil. Jemari
kirinya mengelus
wajah lelaki itu yang tampak macho
dengan
brewok tipisnya. Diperlakukan
demikian, Si lelaki
mulai berani, lalu tangan kanannya
bergerak pelan
ke arah pantat istriku yang padat
seksi itu. Mulai
dielusnya pelan pantat istriku, dan
air mukanya
sedikit berubah karena didapatinya
istriku memakai
G-string. Kulihat ia berbisik sesuatu
kepada istriku,
lalu istriku tertawa menengadah
sambil tangannya
perlahan turun merangkul leher
lelaki tersebut.
Terlihat begitu mesranya, sehingga
bagi orang-
orang yang tidak tahu pasti mengira
mereka
adalah pasangan yang sedang jatuh
cinta. Istriku
lalu balas berbisik kepadanya, dan..
Hei! Lelaki itu
mendekap pantat istriku dengan
kuat sehingga dari
pinggang ke bawah tubuh mereka
menempel erat.
Keduanya lalu bergoyang erotis
sambil meliuk-
liukan pinggul mereka. Lena, istriku
yang cantik,
tampak semakin seksi dengan
gerakan-gerakan
itu. Kulihat semua teman-temanku
menelan ludah,
baik yang pria maupun yang
wanita. Termasuk
Carol, yang sudah hilang
konsentrasi pada
cerutunya itu. "Gila, gue jadi horny
ngeliat bini lu
sama tuh cowok." begitu celetuk
Poppy.
Kuperhatikan wajahnya memerah
dan dadanya
naik turun. Mungkin benar,
napsunya naik. Kuakui,
aku pun demikian. "Iya nih. Hebat!
Gue akuin deh
bini lu, broer!" jakun Gary naik-
turun. Aku
tersenyum saja sambil pura-pura
tidak begitu
peduli dan menyalakan rokokku.
Entah yang
keberapa batang. Gerakan yang
memutar itu
kemudian berganti. Lena dengan
antusias tampak
menggosok-gosokkan
selangkangannya ke
selangkangan lelaki itu, naik-turun,
sambil
merangkul erat lehernya. Sang lelaki
tak mau
kalah, mulai menciumi leher mulus
istriku perlahan
dari atas sampai ke dekat belahan
dadanya yang
montok, dan sebaliknya.. Begitu
terus beberapa
saat. Jelas terlihat dari wajah mereka
bahwa birahi
keduanya sudah memuncak.
Tangan kanan Lena
terlihat turun ke pantat Si lelaki dan
meremas-
remasnya kuat. Begitu pula tangan
lelaki itu
menyengkram erat kedua bongkah
padat pantat
istriku yang masih bergerak naik
turun, perlahan
namun pasti. Makin lama kulihat
gerakan Lena
makin kuat dan sedikit dipercepat.
Wajahnya pun
berubah jadi lebih liar dan agak
memerah.
Dadanya yang padat membusung
makin
dibusungkan dengan tengadahnya
kepalanya ke
belakang. Remasan pada pantat
lelaki itu makin
kuat dan sekarang ia menghisap jari
tengah kirinya
sendiri. Lena bergerak makin cepat,
makin
mantap.. Kepalanya semakin jauh
terlempar ke
belakang.. Hisapan pada jarinya
semakin kuat..
Cengkraman pada pantatnya
semakin menjadi-
jadi.. Dan.. Tiba-tiba pinggulnya
berhenti bergerak
naik-turun. Terlihat pantat dan
selangkangannya
berkedutan diatas selangkangan
lelaki itu, sambil
bibirnya dengan liar mengulum bibir
lelaki tersebut
yang terlihat agak shock dengan itu
semua. Lalu
dengan perlahan cengkraman
mereka
mengendur, namun masih
berciuman panjang
dan mesra. Lena, istriku yang
sangat kucintai,
milikku seorang, mencapai orgasme
dengan lelaki
lain di lantai dansa sebuah Nite Club
dengan
disaksikan oleh setidaknya 12 orang.
Lima di meja
seberang, dan tujuh di meja kami.
Hatiku terasa
sangat kacau, antara kaget, bingung
dan napsu
bercampur menjadi satu.
Kuperhatikan Lena
berbisik lagi kepada lelaki itu, Si lelaki
mengangguk,
tersenyum, mencium pipinya.
Istriku lalu kembali
berjalan pelan ke arah kami. Tanpa
berkata apapun
ia lalu duduk bersebrangan
denganku tepat di
samping Poppy, lalu meletakan
kepalanya di bahu
gadis itu sambil menyender di sofa
panjang
tempat duduknya. Tak berapa lama,
ia tertidur.
Tak ada satupun dari teman-
temanku yang berani
memandangku, kecuali Carol yang
memandangku
dengan dingin sekali namun
menyelidik. Aku tidak
tahu apa arti pandangannya itu.
Yang jelas, aku
mencoba sekuat tenaga seakan tak
tahu apa yang
terjadi barusan, walaupun cukup
jelas terlihat ada
noda basah di gaun Lena, tepat
didepan
selangkangannya. "Pop, tolong
dong bangunin
Lena. Kasihan dia kayaknya capek
banget. Kita
duluan ya!" begitu rokokku selesai
kuhisap,
kuminta Poppy untuk
membangunkan Lena,
memberinya minum segelas air
putih dingin, dan
aku menggandengnya pulang
setelah say
goodbye pada kawan-kawanku. Tak
sepatah
katapun keluar dari mulut istriku.
***** "Are you
OK, babe?" tanyaku pada Lena,
tanpa menoleh,
dalam perjalanan pulang kami di
dalam mobil.
Mobil ini adalah sebuah BMW seri 5
terbaru yang
merupakan hasil kerja kerasku
sendiri. This car is a
testament to my success, and I'm
so proud of it.
"No." ujarnya lirih. Lho, ternyata ada
air mata di
kedua pipinya. "Maafin aku, sayang..
Aku
keterlaluan.." tangisnya mulai keras
dan terisak-
isak. "That was very wrong, I was
so drunk and I
am so sorry it happened." dengan
terbata-bata
istriku berkata. "It's fine, babe. Aku
sekarang hanya
mau dengar dari kamu sendiri,
dengan detail, apa
yang terjadi tadi di sana?"
kupertegas suaraku. "I
want you to be honest with me,
and I will forget it
all." Lena menunduk sambil masih
terisak pelan.
Diam seribu bahasa. Sampai
akhirnya kami tiba di
rumah. Kutekan klakson mobilku
pendek-pendek
dua kali, dan beberapa detik
kemudian pembantu
rumah tangga kami terlihat
tergopoh-gopoh keluar
sambil masih mengantuk. Kulirik
jam di mobilku.
Pk 2:52 dini hari, nggak heran kalau
dia ngantuk.
Setibanya di kamar tidur, kubuka
pakaianku satu
persatu, lalu masuk ke kamar mandi
yang terletak
di dalam kamar. Lena menyusul tak
lama
kemudian, pada saat aku sedang
menyabuni
tubuhku. Penisku terasa menegang
melihat tubuh
telanjang istriku sambil masih
terbayang
permainannya tadi di Club. Aku
terbayang betapa
erotisnya mereka bergoyang dan
betapa air
maniku juga hampir menyembur
tatkala Lena
mencapai orgasme. Hentakan dan
kedutan
pinggulnya yang liar saat dia
mencapai puncak
birahinya terus menari-nari di
kepalaku
membuatku tak sadar mengelus
sendiri penisku
yang 22 cm sudah sangat tegang.
Lena
terperangah melihat ulahku itu. Lalu
dia mulai
mengerti dan tersenyum penuh arti.
Dia
mendekatiku dan melekatkan
payudara
montoknya ke punggungku. "So,
that was a turn-
on for you, eh?" sambil berkata
begitu tangannya
mengusap pundakku, terus turun ke
lenganku dan
bergerak ke arah selangkanganku.
Sampai di sana,
tangannya mengambil alih kegiatan
tanganku yang
sedang mengelus penisku turun
naik. Merinding
aku dibuatnya, pinggulku sedikit
tersentak, dan
napasku jadi tertahan. Kepala
penisku yang
keunguan dan sudah mengeluarkan
"pre-cum"nya
jadi semakin licin dan nikmat terasa
dengan
adanya sabun yang dibalurkan
istriku. "Kalau
digituin terus, aku bakalan keluar,
sayang." kataku
setengah berbisik. "Kamu seksi
sekali tadi. Did you
cum on the dance floor?" "Ehmm..
What do you
think?" Lena terus mengocok pelan
penisku.
Kurasakan air maniku akan segera
menyembur.
Aku yakin Lena juga merasakannya.
"Sayang,
kontol kamu rasanya udah gede
banget dan anget.
Are you cumming, baby?" Namun
begitu Lena
malah makin perlahan
mengocoknya, dan
genggamannya diperlonggar.
Jarinya tiba-tiba
menekan pangkal penisku untuk
menahan
gelombang air mani yang akan
segera meluap.
Aku jadi blingsatan dibuatnya.
"Aduh, aku udah
hampir sampai tuh, tadi." Aku
protes sambil
mencoba mengocok sendiri
penisku. Tapi
tanganku dipegangnya. "Eit, kamu
nggak boleh
ngocok sendiri. Sabar dong,
sayang. Let's finish
up and go to bed." Sambil
mengecup bibirku
ringan, Lena bergegas mandi dan
setelah selesai
mengeringkan rambut dan
tubuhnya. Ia lalu
masuk ke dalam selimut dengan
tubuh polos. Aku
mengikutinya dengan semangat di
sebelah
kanannya. Dengan lembut Lena
mengelus penisku
yang sudah agak melemah di dalam
selimut.
Penisku tiba-tiba bangkit kembali
dan berdiri
dengan tegar. Lena lalu mulai
mengocok penisku
lagi sambil menghisap dan menjilati
puting kiriku.
Cairan dari penisku sanaget nikmat
dijadikan
pelumas oleh istriku. Kurasakan juga
kedua biji
pelirku dielus dan sedikit
diremasnya. Benar-benar
gelisah aku dibuatnya. "Aku bilang
sama Adam
bahwa dia ganteng, dan aku pingin
joget sama
dia." Tanpa ba-bi-bu Lena mulai
bercerita.
Ternyata lelaki itu bernama Adam.
"Dia OK aja, lalu
kugandeng dia turun." Suaranya
mendesah dan
setengah berbisik. Daun telingaku
dan leherku
diciumi dan dijilatinya lembut.
Penisku kurasakan
makin tegang dan benar-benar
mulai membasah.
"Waktu sedang asik-asiknya
berjoget, aku ngerasa
tangannya kok jadi berani dan
mengelus-elus
pantatku. Tapi aku diamkan saja,
karena kupikir,
'Let's play the game'. Terus terang
aku jadi horny
digitukan." Demikian cetus Lena
sambil jilatannya
mulai turun ke dada dan perutku.
Agak geli
rasanya saat perutku dijilatnya, tapi
tak lama
karena lalu kepala penisku jadi
sasarannya.
"Aahh.." setengah berteriak aku
merasakan
kehangatan mulut istriku yang
menjilati dan mulai
mengulum kepala penisku.
"Masukkan sampai
dalam, sayang.. Oohh.. Hisap,
sayang.. Eemmhh..
Eemmhh.. Aahh.." aku mulai
meracau merasakan
kenikmatan yang luar biasa.
Mendadak Lena
melepaskan penisku dari mulutnya,
lalu meludahi
kepalanya sedikit sambil terus
mengocoknya pelan
dan berkata. "Adam membisikiku
katanya 'kamu
seksi sekali. Saya suka wanita yang
memakai G-
string. Very sexy!' Aku tertawa saja
mendengarnya, tapi senang juga
dipuji begitu."
Tangannya membuat gerakan
seperti memelintir
naik-turun penisku dan
menggenggamnya agak
keras, membuatku mendelik-delik
keenakan. "Aku
bilang juga sama dia, 'kamu juga
macho banget
sih, bikin aku horny aja'. Suaraku
kubuat seseksi
mungkin supaya dia makin berani."
Setelah
berkata begitu, lagi-lagi penisku jadi
sasaran
hisapan mulutnya dan jilatan
lidahnya. Ohh,
nikmatnya tidak terkira. "Terus
terang memekku
basah sekali waktu itu. Apalagi
waktu kita
bergerak-gerak memutar. Aku bisa
ngerasin
kontolnya Adam menekan clit-ku.
Aku jadi sadar
kalau dia juga pasti merasakan juga
clit-ku di
kontolnya. It makes me so horny.."
Kulihat jari
istriku bermain di kelentitnya dalam
posisi
menungging. Seksi sekali. Bau
kewanitaannya
mulai menusuk hidungku dan
menambah
birahiku. Aku tak tahan lagi,
kurengkuh tubuh
istriku, dan saat dia masih dalam
posisi
menungging, kusodokan penisku
perlahan ke
dalam memeknya. Ahh.. Basah,
hangat dan terasa
berdenyut lembut. Kukeluar-
masukkan dengan
mantap penisku sambil kucengkram
pinggulnya
erat. "Oohh, baby.. Fuck me.. Fuck
me..
Oouughh.. Enak banget sayang.."
Lena terengah-
engah dalam birahinya yang liar.
Pinggulnya
bergerak maju-mundur menambah
dalam
terobosan penisku dengan sangat
erotis.. Buah
dadanya berguncang-guncang ke
depan dan ke
belakang membuatku ingin
menjamah dan
meremasnya. Namun tanganku
malah bergerak
ke kelentitnya dan mengosok-
gosoknya lembut
dengan jari tengahku. Hal itu
membuatnya makin
berkelojotan. "Shit.. Baby, aku
pingin keluar..
Ooughh.. Cepetin kontol kamu,
sayang.. Oohh.."
Lena benar-benar mendekati puncak
birahinya.
Saat kepalanya menoleh kearahku,
kusambut &
kukulum bibirnya dan kuhentikan
gerakanku.
Tangan kiriku meremas buah dada
kirinya dengan
gemas. "Kok stop, sayang? Ayo
dong, sayang.."
Lena dengan gelisah berusaha
memaju-
mundurkan pinggulnya, tapi
kutahan dengan
sekuat tenaga dengan
mencengkram pinggulnya.
Tapi aku tetap membiarkan penisku
di dalam
vaginanya. Kuperhatikan ada cairan
putih kental di
pangkal penisku yang adalah cairan
birahi istriku
yang sudah membanjir. "Continue
your story atau
aku akan berhenti di sini." Sambil
berkata begitu,
aku terus mengosok-gosok
kelentitnya pelan
untuk membuatnya makin
bernapsu. Kuremas
lembut buah dadanya dan
kumainkan pentilnya
yang sudah sangat keras. Kurasakan
vaginanya
berdenyut pelan beberapa kali.
"Waktu sudah
beberapa saat kontol menekan
memekku, aku
tahu kalau aku nggak akan berhenti
sampai aku
orgasme. Enak sekali soalnya." Lena
melanjutkan
ceritanya. Akupun mulai
menggoyang pantatku
lagi. "Aku benar-benar nggak peduli
lagi siapa
yang ngelihat atau apa yang bakalan
terjadi
nantinya." "Lalu aku putuskan untuk
benar-benar
mendapat orgasme. Ku cengkram
pantatnya
supaya lebih mantap dan aku
bergerak naik-turun
karena dengan begitu aku yakin bisa
lebih cepat.
Dan Adam mengerti yang aku mau
kerena
kurasakan dia juga menyengkram
pantatku
dengan erat sehingga gesekannya
sangat terasa.."
sambil bercerita Lena memaju-
mundurkan
pinggulnya menyambut kontolku.
Aku lalu
mencabut kontolku dan telentang di
ranjang. Lena
mengerti maksudku dan dengan
cepat menaiki
tubuhku dan memasukkan penisku
ke dalam
vaginanya yang sudah sangat
basah. Cairan
birahinya terlihat meleleh di paha
bagian
dalamnya. Tubuhnya yang
bergerakn naik-turun-
memutar mutar sangat seksi luar
biasa dan aku
merasa tidak lama lagi akan
menyemburkan air
maniku di dalam vaginanya. Penisku
terasa
demikian nikmat di dalam pijatan
dan gesekan
vagina istriku. Kuremas kedua buah
dadanya yang
bergelayut manja dan bergoyang
kekiri dan
kekanan. "Benar aja, nggak lama
kemudian aku
ngerasa orgasmeku udah makin
dekat dan akupun
semakin cepat ingin mencapainya."
Lena
melanjutkan ceritanya. "Oouugghh..
Baby.. I'm
cumming.. Oohh, I'm gonna cum..
Yess..
Aagghh..!" Lena berteriak keras saat
puncak
kenikmatan birahi menyergapnya.
Aku bergerak
semakin cepat dan liar. Kuremas
pantatnya, dan
kusodok-sodokkan penisku dengan
cepat ke
dalam vaginanya yang berkedutan
sangat kuat,
berkali-kali. "Yaahh.. Aagghh.. Oh
fuck.. Aku juga
mau keluar, sayaang.. Aahh..
Aarrgghh..!! Dengan
beberapa kali sodokan kuat dan
cepat aku
mencapai orgasmeku yang tertunda
begitu lama.
Tubuhku terasa enteng dan
melayang.. Kukeluar-
masukkan terus penisku beberapa
kali lagi sampai
kurasakan tuntas semburan air
maniku. Vagina
istriku berdenyut-denyut kuat
beberapa kali
menambah indah orgasme kami.
Lena ambruk di
atas tubuhku. Hanya napas terengah
kami berdua
yang terdengar bersahutan. Tubuh
kami terasa
licin oleh keringat yang membanjir.
Kuelus-elus
lembut punggung dan pantat
telanjang istriku,
sambil kucium kepalanya. Buah
dadanya naik-
turun seirama dengan napasnya
terasa lembut di
atas dadaku. Amat nikmat
permainan seks kami
kali ini. Mungkin aku akan membuat
tantangan-
tantangan baru untuk istriku lagi
nanti. Hmm.. But
it's a different story!