Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Minggu sore hampir pukul empat.
Setelah
menonton CD porno sejak pagi
penisku tak mau
diajak kompromi. Si adik kecil ini
kepingin segera
disarungkan ke vagina. Masalahnya,
rumah
sedang kosong melompong. Istriku
pulang
kampung sejak kemarin sampai dua
hari
mendatang, karena ada kerabat
punya hajat
menikahkan anaknya. Anak
tunggalku ikut ibunya.
Aku mencoba menenangkan diri
dengan mandi,
lalu berbaring di ranjang. Tetapi
penisku tetap tak
berkurang ereksinya. Malah
sekarang terasa
berdenyut-denyut bagian pucuknya.
"Wah gawat
gawat nih. Nggak ada sasaran lagi.
Salahku sendiri
nonton CD porno seharian",
gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju
ruang tengah.
Mengambil segelas air es lalu
menghidupkan tape
deck. Lumayan, tegangan agak
mereda. Tetapi
ketika ada video klip musik barat
agak seronok,
penisku kembali berdenyut-denyut.
Nah,
belingsatan sendiri jadinya. Sempat
terpikir untuk
jajan saja. Tapi cepat kuurungkan.
Takut kena
penyakit kelamin. Salah-salah bisa
ketularan HIV
yang belum ada obatnya sampai
sekarang.
Kuingat-ingat kapan terakhir kali
barangku terpakai
untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga
hari lalu.
Pantas kini adik kecilku uring-
uringan tak karuan.
Soalnya dua hari sekali harus
nancap. "Sekarang
minta jatah..". Sambil terus
berusaha
menenangkan diri, aku duduk-
duduk di teras
depan membaca surat kabar pagi
yang belum
tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi
dibuka orang.
Refleks aku mengalihkan pandangan
ke arah suara.
Renny anak tetangga mendekat.
"Selamat sore
Om. Tante ada?" "Sore.. Ooo
Tantemu pulang
kampung sampai lusa. Ada apa?"
"Wah gimana
ya.." "Silakan duduk dulu. Baru
ngomong ada
keperluan apa", kataku ramah."tiny
ABG berusia
sekitar lima belas tahun itu menurut.
Dia duduk di
kursi kosong sebelahku. "Nah, ada
perlu apa
dengan Tantemu? Mungkin Om bisa
bantu",
tuturku sambil menelusuri badan
gadis yang mulai
mekar itu. "Anu Om, Tante janji
mau minjemi
majalah terbaru.." "Majalah apa
sich?", tanyaku.
Mataku tak lepas dari dadanya yang
tampak mulai
menonjol. Wah, sudah sebesar bola
tenis nih."Apa
saja. Pokoknya yang terbaru"."Oke
silakan masuk
dan pilih sendiri". Kuletakkan surat
kabar dan
masuk ruang dalam. Dia agak ragu-
ragu
mengikuti. Di ruang tengah aku
berhenti. "Cari
sendiri di rak bawah televisi itu",
kataku, kemudian
membanting pantat di sofa. Renny
segera jongkok
di depan televisi membongkar-
bongkar tumpukan
majalah di situ. Pikiranku mulai usil.
Kulihati
dengan leluasa tubuhnya dari
belakang. Bentuknya
sangat bagus untuk ABG seusianya.
Pinggulnya
padat berisi. Bra-nya membayang di
baju
kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah
betapa asyiknya
kalau saja bisa menikmati tubuh
yang mulai
berkembang itu. "Nggak ada Om.
Ini lama
semua", katanya menyentak
lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar
Tantemu. Cari saja
di sana" Selama ini aku tak begitu
memperhatikan
anak itu meski sering main ke
rumahku. Tetapi
sekarang, ketika penisku uring-
uringan tiba-tiba
baru kusadari anak tetanggaku itu
ibarat buah
mangga telah mulai mengkal.
Mataku mengikuti
Renny yang tanpa sungkan-
sungkan masuk ke
kamar tidurku. Setan berbisik di
telingaku, "inilah
kesempatan bagi penismu agar
berhenti
berdenyut-denyut. Tapi dia masih
kecil dan anak
tetanggaku sendiri? Persetan dengan
itu semua,
yang penting birahimu
terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul
Renny. Di dalam
kamar kulihat anak itu berjongkok
membongkar
majalah di sudut. Pintu kututup dan
kukunci pelan-
pelan. "Sudah ketemu Ren?"
tanyaku."Belum Om",
jawabnya tanpa menoleh. "Mau lihat
CD bagus
nggak?" "CD apa Om?" "Filmnya
bagus kok. Ayo
duduk di sini." Gadis itu tanpa curiga
segera berdiri
dan duduk pinggir ranjang. Aku
memasukkan CD
ke VCD dan menghidupkan televisi
kamar. "Film
apa sih Om?" "Lihat saja. Pokoknya
bagus", kataku
sambil duduk di sampingnya. Dia
tetap tenang-
tenang tak menaruh curiga. "Ihh..",
jeritnya begitu
melihat intro berisi potongan-
potongan adegan
orang bersetubuh. "Bagus kan?" "Ini
kan film
porno Om?!" "Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-
ih.. ih ketika adegan syur
berlangsung, tetapi tak
berusaha memalingkan
pandangannya. Memasuki
adegan kedua aku tak tahan lagi.
Aku memeluk
gadis itu dari belakang. "Kamu ingin
begituan
nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om",
katanya tapi tak berusaha mengurai
tanganku
yang melingkari lehernya. Kucium
sekilas
tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak
gituan sama Om? Kamu belum
pernah kan? Enak
lo.." "Tapi.. tapi.. ah jangan Om."
Dia menggeliat
berusaha lepas dari belitanku.
Namun aku tak
peduli. Tanganku segera meremas
dadanya. Dia
melenguh dan hendak
memberontak. "Tenang..
tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah
pengalaman.." Tangan kananku
menyibak roknya
dan menelusupi pangkal pahanya.
Saat jari-jariku
mulai bermain di sekitar vaginanya,
dia
mengerang. Tampak birahinya
sudah terangsang.
Pelan-pelan badannya kurebahkan di
ranjang tetapi
kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak
sabar lagi
segera mencercah pangkal pahanya
yang masih
dibalut celana warna hitam. "Ohh..
ahh.. jangan
Om", erangnya sambil berusaha
merapatkan
kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli.
Malah celana
dalamnya kemudian kupelorotkan
dan kulepas.
Aku terpana melihat pemandangan
itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil,
berwarna merah di
tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut
di atasnya.
Klitorisnya juga mungil. Tak
menunggu lebih lama
lagi, bibirku segera menyerbu
vaginanya. Kuhisap-
hisap dan lidahku mengaduk-aduk
liangnya yang
sempit. Wah masih perawan dia.
Renny terus
menggelinjang sambil melenguh
dan mengerang
keenakan. Bahkan kemudian kakinya
menjepit
kepalaku, seolah-olah meminta
dikerjai lebih dalam
dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin
dalam
menggerayangi dinding vaginanya
yang mulai
basah. Lima menit lebih barang
kenikmatan milik
ABG itu kuhajar dengan mulutku.
Kuhitung paling
tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku
merangkak
naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan.
Menyusul
kemudian BH hitamnya berukuran
32. Setelah
kuremas-remas buah dadanya yang
masih keras
itu beberapa saat, ganti mulutku
bekerja. Menjilat,
memilin, dan mencium putingnya
yang kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya
meremas-
remas rambutku menahan
kenikmatan tiada tara
yang mungkin baru sekarang dia
rasakan. "Enak
kan beginian?" tanyaku sambil
menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.." "Kamu pengin
lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya aku
segera
mengatur posisi badannya. Kedua
kakinya
kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak
telentang
pasrah. Penisku pun sudah tak
sabar lagi
mendarat di sasaran. Namun aku
harus hati-hati.
Dia masih perawan sehingga harus
sabar agar
tidak kesakitan. Mulutku kembali
bermain-main di
vaginanya. Setelah kebasahannya
kuanggap
cukup, penisku yang telah tegak
kutempelkan ke
bibir vaginanya. Beberapa saat
kugesek-gesekkan
sampai Renny makin terangsang.
Kemudian
kucoba masuk perlahan-lahan ke
celah yang
masih sempit itu. Sedikit demi
sedikit kumaju-
mundurkan sehingga makin
melesak ke dalam.
Butuh waktu lima menit lebih agar
kepala penisku
masuk seluruhnya. Nah istirahat
sebentar karena
dia tampak menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil
mencium
bibirnya sekilas. Dia mengerang.
Kurang sedikit
lagi aku akan menjebol perawannya.
Genjotan
kutingkatkan meski tetap
kuusahakan pelan dan
lembut. Nah ada kemajuan. Leher
penisku mulai
masuk. "Auw.. sakit Om.." Renny
menjerit
tertahan. Aku berhenti sejenak
menunggu liang
vaginanya terbiasa menerima
penisku yang
berukuran sedang. Satu menit
kemudian aku maju
lagi. Begitu seterusnya. Selangkah
demi selangkah
aku maju. Sampai akhirnya..
"Ouu..", dia menjerit
lagi. Aku merasa penisku
menembus sesuatu.
Wah aku telah memerawani dia.
Kulihat ada
sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya
dan menciumi
bibirnya untuk menenangkan.
Setelah agak tenang
aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh..
asshh..", dia mengerang dan
melenguh ketika aku
mulai turun naik di atas tubuhnya.
Genjotan
kutingkatkan dan erangannya pun
makin keras.
Mendengar itu aku makin bernafsu
menyetubuhi
gadis itu. Berkali-kali dia orgasme.
Tandanya
adalah ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan
mulutnya menggigit lengan atau
pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang
terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.." Sebenarnya
aku ingin
mempraktekkan berbagai posisi
senggama. Tapi
kupikir untuk kali pertama tak perlu
macam-
macam dulu. Terpenting dia mulai
bisa menikmati.
Lain kali kan itu masih bisa
dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang
tubuhnya
habis-habisan sebelum spermaku
muncrat
membasahi perut dan payudaranya.
Betapa
nikmatnya menyetubuhi perawan.
Sungguh-
sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak
seperti kata Om kan?" tanyaku
sambil memeluk
tubuhnya yang lunglai setelah
sama-sama
mencapai klimaks. "Tapi takut Om.."
"Nggak usah
takut. Takut apa sih?" "Hamil" Aku
ketawa. "Kan
sperma Om nyemprot di luar
vaginamu. Nggak
mungkin hamil dong" Kuelus-elus
rambutnya dan
kuciumi wajahnya. Aku tersenyum
puas bisa
meredakan adik kecilku. "Kalau
pengin enak lagi
bilang Om ya? Nanti kita belajar
berbagai gaya
lewat CD". "Kalau ketahuan Tante
gimana?" "Ya
jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat
kemudian birahiku bangkit lagi. Kali
ini Renny
kugenjot dalam posisi menungging.
Dia sudah tak
menjerit kesakitan lagi. Penisku
leluasa keluar
masuk diiringi erangan, lenguhan,
dan jeritannya.
Betapa nikmatnya memerawani
ABG tetangga.