Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Nama saya Heru, saat itu saya
berumur 25
tahun, telah berkeluarga dengan istri
bernama
Meri, serta telah dikaruniai dua orang
anak yang
pertama berumur 3 tahun dan
kedua berumur 1
tahun. Cerita ini bermula dari
kebiasaan saya yang
sering nongkrong di warteg di
komplek tempat
saya tinggal pada waktu santai.
Pemilik Warteg itu
adalah sepasang pengantin baru
yang baru 7
bulan menikah. Penjaganya adalah
istri dari
pengantin baru tersebut yang
bernama Diana,
sedangkan suaminya adalah
seorang sopir bus
AKAP, yang sering bertugas sampai
berhari-hari
baru pulang dan bernama Juanda.
Saya dan istri
sayapun kenal baik dan akrab
dengan mereka.
Pada suatu hari yang telah saya lupa
tanggalnya
saya kembali nongkrong di Warteg
itu yang pada
saat itu suasana sudah mulai sepi
karena hari
sudah menjelang malam. Pada saat
itu Diana
sedang berkemas-kemas untuk
menutup
wartegnya. Saya lalu mengajak
Diana mengobrol
sambil dia berkemas-kemas. "Kok
sendirian Yan?"
tanya saya. (Saya memanggilnya
Dian/Yan) "Iya
nih Kak, Kak Juandanya tadi pagi
baru berangkat!"
"Kemana?" "Katanya hari ini tujuan
Jakarta, dan
sampai 8 hari baru bisa pulang,"
katanya. "Oh ya
Kak saya tinggal dulu ya, mau
mandi, habis dari
tadi rame sih belum sempat mandi,"
katanya lagi.
Lalu Diana masuk ke dalam
rumahnya untuk
mandi. Setelah setengah jam Diana
keluar lagi
dengan rambut yang masih basah,
dan memakai
daster yang membuat saya
menahan napas
karena kalau kena lampu kelihatan
BH dan CDnya
yang menerawang dari balik daster
yang
dipakainya, serta membawa
secangkir kopi
untukku, dan duduk di kursi yang
ada di depanku.
Harum sabun mandi yang dipakai
saat mandi
masih tercium saat Diana duduk,
dan ini membuat
nafsu saya agak tergugah dan
kontol saya mulai
ngaceng. "Diminum Kak kopinya,"
katanya
mempersilakan. "Terima kasih,"
jawabku sambil
menghirup kopi yang disuguhkan.
"Apa enggak
takut ditinggal sendirian," tanyaku
memulai
obrolan. "Ya enggaklah, kan
tetangga di sekitar sini
baik-baik Kak?" jawabnya. Lalu
obrolan kami terus
berlanjut dan haripun bertambah
malam. Karena
suasana yang mulai sepi saya
mencoba
memancingnya dengan obrolan
yang dapat
membangkitkan gairah. "Yan kamu
nggak
kesepian ditinggal suamimu berhari-
hari gini?"
"Mau gimana lagi Kak, namanya
juga tuntutan
pekerjaan" "Kasihan! Masa pengantin
baru ditinggal
kedinginan kaya gini" "Ih, siapa lagi
yang
kedinginan?" jawabnya agak centil.
Merasa ada
respon sayapun tambah semangat.
"Ya kan
kasihan, orang pengantin baru itu
biasanya kan
kalau tidur selalu berpelukan biar
tidak kedinginan"
"Siapa bilang kalau pengantin baru
itu kalau tidur
selalu berpelukan?" "Buktinya kakak
semasa
pengantin baru selalu tidur
berpelukan." "Enak
dong Mbak Meri selalu tidur dipeluk
kakak" "Ya
begitulah, kalau kamu mau, saya
juga mau tidur
pelukin kamu," kata saya sambil
bercanda. "Ih
kakak ini Piktor (pikiran kotor) deh"
"Emang Mbak
Meri boleh kakak tidur pelukin cewek
lain?"
sambungnya. "Ya jangan ketahuan
dong,"
jawabku, sambil aku memandang
wajah
cantiknya dan menanti responnya.
Diana lalu
memandangku dengan tatapan
yang menggoda.
"Kalau kakak tidur pelukin saya dan
ketahuan Mbak
Meri gimana hayoo?" "Nggak
mungkin ketahuan
kalau kamu mau," pancingku sambil
bergeser
duduk disampingnya, dan
kugenggam tangannya
yang tampak bergetar, dan ternyata
Diana diam
saja. "Jangan disini Kak nanti ada
orang lihat,"
katanya. Karena mendapat angin
aku mengajak
Diana masuk ke dalam rumahnya.
Begitu masuk
ke dalam rumahnya saya langsung
menutup pintu
dan memeluk Diana dari belakang.
Semula dia
menolak dengan alasan takut
ketahuan. Aku yang
sudah dikuasai nafsu terus merayu
Diana yang
masih ragu. Aku sudah tidak peduli
apa-apa lagi
kecuali menikmati tubuh Diana yang
cantik ini. Aku
membalikkan tubuh Diana dan
langsung melumat
bibirnya yang sexy itu. "Mmhh,"
desah Diana. Aku
terus menyerangnya dengan
bergairah.
Tangankupun tak tinggal diam, aku
meremas
buah dadanya yang montok dari
balik dasternya.
"Mmhh Kak," desahnya yang mulai
terangsang.
Aku lalu membopong tubuh Diana
ke kamarnya
yang ditunjuk Diana dan
merebahkannya di
ranjang yang merupakan ranjang
pengantin
Diana. Lalu aku berdiri dan
membuka baju dan
celana panjangku agar tidak kusut,
dan yang
tertinggal hanya celana dalamku.
Kontolku yang
dari tadi ngaceng tampak menonjol
di balik CDku.
Lalu aku mendekati Diana yang
terbaring diranjang
sambil memandangku. Aku kembali
mengulum
bibirnya yang sexy itu sambil
tanganku mengelusi
pahanya yang putih. Diana
menyambut ciumanku
dengan bernafsu. Setelah puas aku
melanjutkan
ciumanku ke lehernya yang jenjang
dan secara
perlahan-lahan aku membuka
dasternya, dan
dilanjutkan dengan BH dan CDnya.
Kini tubuh
Diana yang mulus terpampang
pasrah di ranjang.
Kemudian aku menciumi buah
dadanya yang kiri
sedangkan tanganku meremas buah
dadanya
yang kanan. "Aww... geli Kak,"
rintihnya yang
membuat aku tambah
bersemangat. "Buah dada
kamu bagus Yan" kataku. "Emang
punya Mbak
Meri jelek ya?" tanyanya
menggodaku. "Bagusan
punya kamu" kataku merayunya.
"Aahh enak Kak,
terus Kak, isap Kak yang kuaat"
rintihnya. Setelah
puas dengan buah dadanya
ciumanku aku
lanjutkan ke bawah menyusuri
perutnya yang
ramping terus ke bawah hingga
menyentuh bulu
bulu halus diatas memeknya. Lalu
aku mulai
menjilati memeknya yang telah
basah oleh cairan
birahi. "Aahh enak Kak, diapain Kak
memekku,"
rintihnya. "Terus Kak aahh!! Enak
sekali Kak, Kak
juanda tidak pernah mau begini Kak
aahh!!"
rintihnya lagi. Sesaat kemudian
Diana menekan
kepalaku semakin dalam di
memeknya, dan
ternyata dia mendapat orgasmenya
yang
pertama. Kemudian aku naik untuk
mencium
bibirnya kembali dan disambut
dengan buas oleh
Diana. "Enak nggak Yan?" tanyaku.
"Enak sekali
Kak," jawabnya "Emang Juanda
nggak pernah ya?"
"Enggak Kak, jijik katanya" "Tolol
sekali dia,"
batinku. "Buka dong Kak CDnya"
"Diana dong
bukain" "Ih Kak Heru manja deh,"
katanya sambil
membuka CDku. Kontolku yang
sudah tegang dari
tadi langsung meloncat keluar begitu
CD ku
diturunkan oleh Diana. Tampak
Diana terbelalak
melihat kontolku. "Besar sekali Kak,"
katanya kaget.
"Emang punya suamimu kecil ya?"
tanyaku.
"Paling setengah dari punya kakak,"
katanya
sambil meremas kontolku. "Aahh
enak Yan"
desahku "Enak nggak Kak kontol
sebesar ini masuk
dimemekku nanti?" tanyanya. Aku
tersenyum
sambil mengangguk. "Jilati Yan"
pintaku. Lalu
Diana menunduk untuk mencium
Kontolku yang
super menurutnya. "Aahh enak,
enak Yan jilati
terus Yan aahh!!" rintihku. Lalu Diana
memasukkan
kontolku ke dalam mulutnya, dan
mengulum
kontolku. Tampak Diana kesusahan
mengulum
kontolku yang besar didalam
mulutnya. Setelah
beberapa saat aku menarik Diana
keatas dan
membaringkannya secara telentang.
Diana
mengerti dan segera membuka
pahanya lebar
lebar. Aku segera mengarahkan
kontolku dan
menyentuh lobang memeknya
yang semakin
banjir oleh cairannya. "Lambat-
lambat Kak, aku
belum pernah dimasuki kontol
sebesar itu"
pintanya. Aku tersenyum
memandangnya sambil
mengangguk. "Aaww... Kak, sakit
Kak aahh!!" Aku
menghentikan dorongan pantatku
dan
mendiamkannya sejenak. Setelah
Diana tenang
kembali aku mendorong laju
kontolku ke dalam
memeknya. "Aaww Kak enak!!
Terus Kak enak,
kontol kakak enak Kak, aawwuuhh
enak kontol
kakak besar enak," erangnya dengan
liar.
Mendengar itu aku tambah
bersemangat untuk
memompa kontolku didalam
memeknya.
Kemudian aku memeluknya sambil
berbisik
ditelinganya, "Enak nggak kontol
kakak?" "Oohh
enak sekali Kak, kontol kakak enak
sekali, besar
panjang sampai sesak memek
diana" racaunya
dengan Vulgar. Mendengar itu aku
terpancing
untuk melayani racau Vulgarnya.
"Enak mana
kontol kakak dengan kontol
suamimu?" tanyaku.
"Lebih enak kontol kakak, kontol
kakak tiada
duanya oohh!! Aahh" rintihnya.
"Memek kamu
juga enak, legit juga sempit sepeti
perawan"
kataku. Mendengar itu Diana lalu
bertanya, "Enakan
mana memek Diana dengan memek
Mbak Meri
aaww!! Oohh!!" "Sama sama enak,
tapi lebih enak
punya Diana karena masih sempit,"
jawabku
sambil terus memompa kontolku.
Tak lama
kemudian aku merasa akan segera
meledak begitu
juga dengan Diana. "Aahh aku mau
keluar Yan"
"Diana juga Kak" "Kita keluarkan
sama sama Yan,
aahh!! Oohh keluarkan dimana Yan?"
"Keluarkan
didalam saja Kak aahh," jerit
panjang Diana, lalu
akupun menyusul. "Aahh!!" jeritku
sambil
memeluk erat Diana. Kemudian
kami berdua
terkulai lemas setelah pertempuran
panjang itu.
Aku mencium kening Diana lalu
mengecup
bibirnya. "Terima kasih Yan" "Sama-
sama Kak"
Lalu aku segera turun dari ranjang
dan berpakaian
karena tanpa terasa jam sudah
menunjukkan
pukul 23.00 WIB. Sebelum pulang
aku kembali
menghampiri Diana yang masih
tergolek lemas di
ranjang dan melumat bibirnya,
sambil berjanji
untuk mengulanginya. Setelah
dirumah ternyata
istri dan anak-anak telah tidur. Dan
pada saat
suami Diana tak ada di rumah
kamipun kembali
melakukannya, baik di rumahnya
maupun di
hotel, sampai suami Diana berhenti
dari
pekerjaanya, karena Diana telah
melahirkan bayi
dan harus merawat bayinya.
Sampai saat ini saya
dan Diana masih tidak dapat
memperhitungkan
sebenarnya bayi yang dilahirkannya
itu
merupakan benih dari siapa, apakah
benih dariku
atau suaminya, karena kalau dilihat
secara teliti
wajah sang bayi sangat mirip
suaminya tetapi
badan si bayi sangat mirip
denganku. Namun
demikian masalah ini sampai
sekarang tidak
pernah dipermasalahkan oleh suami
Diana
sehingga perselingkuhanku dengan
Diana tidak
pernah terbongkar dan kami dua
keluarga tetap
bersahabat dan tetap akrab.