Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Aku
adalah
seorang
eksekutif
muda
yang
baru
diangkat
menjadi
manajer
di
sebuah perusahaan swasta di
Surabaya. Sebut saja namaku Aldi,
tinggi 175 cm kata orang aku mirip
pemain bulu tangkis Ricky S. Kisah
ini terjadi hampir setahun yang lalu.
Umurku saat itu 30 tahun. Aku
sudah pernah ngentot istri orang
yang beristri dan beranak 2,
berumur 3 tahun dan yang bungsu
baru 1 bulan. Isteri dan anakku
masih tinggal di Malang karena saat
melahirkan anak kedua tinggal di
rumah orang tuanya dan belum
pulang ke Surabaya. Kisah ini terjadi
saat pulang dari kerja lembur sekitar
pukul 11:00 malam.
Dengan mobil Baleno
kesayanganku, aku menyusuri Jalan
di kawasan perumahan elit yang
mulai sepi karena kebetulan hujan
gerimis. Ditengah perjalanan aku
melihat perempuan setengah baya
berdiri di bawah pohon di pinggir
jalan. Aku merasa kasihan lalu aku
menghentikan mobil dan
menghampirinya. Aku bertanya,
“Ibu sedang menunggu apa?” Dia
memandangku agak curiga tapi
kemudian tersenyum. Dalam hati
aku memuji, Manis juga ibu ini
walaupun umurnya kelihatannya di
atasku sekitar 34 -36 tahun kalau
digambarkan seperti artis Misye
Arsita dan saat itu perutnya agak
membuncit kecil kelihatan sedang
hamil muda. “Kalau ke manukan
naik angkot apa ya Dik?” “Wah jam
segini sudah habis Bu angkotnya,
Gimana kalo saya antar?” Dia
kelihatan gembira. “Apa tidak
merepotkan?” “Kebetulan rumah
saya juga satu arah dari sini, mari
naik!” Setelah dia ikut mobilku, Ibu
itu bercerita bahwa dia berasal dari
Jawa Tengah, dia sedang mencari
suaminya yang kebetulan baru 2
minggu kerja sebagai sopir bis
jurusan Semarang-Surabaya,
keperluannya ke sini hendak
mengabarkan kalau anaknya yang
pertama yang berumur 15 tahun
kecelakaan dan dirawat di rumah
sakit sehingga butuh uang untuk
perawatan anaknya. Kebetulan
alamat yang di tulis oleh suaminya
tidak ada nomer teleponnya.
Sesampainya di alamat yang dituju
kami berhenti. Setelah di depan
rumah ketika akan mengetuk pintu
ternyata pintunya masih digembok,
lalu kami bertanya pada tetangga
sebelah yang kebetulan satu profesi.
“Suami Ibu paling cepat 2 hari lagi
pulangnya. Baru saja sore tadi
bisnya berangkat ke Semarang.
Kebetulan kami satu PO.” Kemudian
kami permisi pergi.
Kelihatan di dalam mobil dia sedih
sekali. “Terus sekarang Ibu mau ke
mana?” tanyaku. “Sebenarnya saya
pengin pulang tapi.. pasti saya nanti
di marahi mertua saya kalau pulang
dengan tangan kosong, lagian uang
saya juga sudah nggak cukup untuk
pulang.” “Begini saja, Ibu kan
rumahnya jauh, capek kan baru
nyampek trus pulang lagi.. apalagi
kelihatanya ibu sedang hamil,
berapa bulan?” “Empat bulan ini Dik,
trus saya harus gimana?” “Dalam
dua hari ini Ibu tinggal saja di rumah
saya, kan nggak jauh dari manukan
nanti setelah dua hari ibu saya antar
ke sini lagi, gimana?” “Yah terserah
adik saja yang penting saya bisa
istirahat malam ini.” “Oh ya, boleh
kenalan.. nama Ibu siapa dan
usianya sekarang berapa?” “Panggil
saja aku Mbak Menik, dan sekarang
aku 35 tahun.” Malam itu, dia
kusuruh tidur di kamar samping
yang biasanya dipakai untuk kamar
tamu yang mau menginap.
Rumahku terdiri dari 3 kamar,
kamar depan kupakai sendiri dan
isteriku, sedang yang belakang
untuk anakku yang pertama. Malam
itu aku tidur nyenyak sekali,
kebetulan malam sabtu dan di
kantorku hanya berlaku 5 hari kerja
jadi sabtu dan minggu aku libur.
Sebenarnya aku ingin pergi ke
Malang tapi karena ada tamu,
kutangguhkan kepergianku minggu
depan. Sekitar jam 8 pagi aku
bangun, kulihat sudah ada kopi
yang sudah agak dingin di meja
makan serta beberapa kue di piring.
Mungkinkah ibu itu yang
menyajikan semua ini. Lalu setelah
kuteguk kopi itu aku bergegas ke
kamar mandi untuk cuci muka dan
kencing.
Karena agak ngantuk aku kurang
mengawasi apa yang terjadi, saat
aku selesai kencing aku tidak sadar
kalau di bathup Mbak Menik sedang
telanjang dan berendam di
dalamnya. Matanya melotot melihat
kemaluanku yang menjulur bebas,
ketika aku membalik ke samping aku
kaget dan sempat tertegun melihat
tubuh telanjang Mbak Menik, tubuh
yang kuning langsat dan mulus itu
terlihat mengkilat karena basah oleh
air dan buah dadanya.. wow besar
juga ternyata, 36B. Pasti empunya
gila seks. Lalu mataku berpindah ke
sekitar pusarnya, di atas liang
senggamanya tumbuh bulu
kemaluannya yang lebat. Tak sadar
kemaluanku tegak berdiri dan aku
lupa kalau belum mengancingkan
celana, Dan Mbak Menik sempat
tertegun melihat kejantananku yang
lumayan besar, panjangnya 17 cm
tapi kemudian.. “Aouuww, Dik
itunyaa!” kata Mbak Menik sambil
menutup buah dadanya dengan
tangan serta mengapitkan kakinya.
Aku baru sadar lalu buru-buru
keluar. Di kamar aku masih
membayangkan keindahan tubuh
Mbak Menik. Andai saja aku bisa
menikmati tubuh itu… aku malah
berpikiran ngeres karena memang
sudah lama aku tidak mendapat
jatah dari isteriku, ditambah lagi
situasi di rumah itu hanya kami
berdua. Lalu timbul niat isengku
untuk mengintip lagi ke kamar
mandi, ternyata dia sudah keluar lalu
kucari ke kamarnya. Saat di depan
pintu samar-samar aku mendengar
ada suara rintihan dari dalam kamar
samping, kebetulan nako jendela
kamar itu terbuka lalu kusibakkan
tirainya perlahan-lahan. Sungguh
pemandangan yang amat syur.
Kulihat Mbak Menik sedang
masturbasi, kelihatan sambil
berbaring di ranjang dia masih
telanjang bulat, kakinya
dikangkangkan lebar, tangan kirinya
meremas liang kewanitaannya
sambil jarinya dimasukkan ke dalam
lubang senggamanya, sedang
tangan kanannya meremas buah
dadanya bergantian.
Sesekali pantatnya diangkat tinggi
sambil mulutnya mendesis seperti
orang kepedasan, wajahnya
kelihatan memerah dengan mata
terpejam. “Ouuuhh… Hhhmm…
Ssstt…” Aku semakin penasaran
ingin melihat dari dekat, lalu kubuka
pintu kamarnya pelan- pelan tanpa
suara aku berjingkat masuk. Aku
semakin tertegun melihat
pemandangan yang merangsang
birahi itu. Samar- samar kudengar
dia menyebut namaku, “Ouhhh
Aldiii.. Sss Ahhh..” Ternyata dia
sedang membayangkan bersetubuh
denganku, kebetulan sekali rasanya
aku sudah tidak tahan lagi ingin
segera menikmati tubuhnya yang
mulus walau perutnya agak
membuncit, justru menambah
nafsuku. Lalu pelan-pelan
kulepaskan pakaianku satu-persatu
hingga aku telanjang bulat.
Batang kemaluanku sudah sangat
tegang, kemudian tanpa suara aku
menghampiri Mbak Menik, kuikuti
gerakan tangannya meremasi buah
dadanya. Dia tersentak kaget lalu
menarik selimut dan menutupi
tubuhnya. \ “Sedang apa Anda di
sini!, tolong keluar!” katanya agak
gugup. “Mbak nggak usah panik..
kita sama-sama butuh.. sama-sama
kesepian, kenapa tidak kita salurkan
bersama,” kataku merajuk sambil
terus berusaha mendekatinya tapi
dia terus menghindar. “Ingat Dik,
saya sudah bersuami dan beranak
tiga,” Dia terus menghiba. “Mbak,
saya juga sudah beristri dan punya
anak, tapi kalau sekarang terus
terang saya sangat terpesona oleh
Mbak.. Nggak ada orang lain di sini..
cuma kita berdua.. pasti nggak ada
yang tahu.. Ayolah saya akan
memuaskan Mbak, saya janji nggak
akan menyakiti Mbak, kita lakukan
atas dasar suka sama suka dan
sama-sama butuh, mari Mbak!”
“Tapi saya sekarang sedang hamil,
Dik.. kumohon jangan,” pintanya
terus. Aku hanya tersenyum, “Saya
dengar tadi samar-samar Mbak
menyebut namaku, berarti Mbak
juga inginkan aku.. jujur saja.
” Dan aku berhasil menyambar
selimutnya, lalu dengan cepat
kutarik dia dan kujatuhkan di atas
ranjang dan secepat kilat kutubruk
tubuhnya, dan wajahnya kuhujani
ciuman tapi dia terus meronta
sambil berusaha mengelak dari
ciumanku. Segera tanganku
beroperasi di dadanya. Buah
dadanya yang lumayan besar itu
jadi garapan tanganku yang mulai
nakal. “Ouughh jangaan Diik..
Kumohon lepaskaan..” rintihnya.
Tanganku yang lain menjalari
daerah kewanitaannya, bulu- bulu
lebatnya telah kulewati dan tanganku
akhirnya sampai di liang
senggamanya, terasa sudah basah.
Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan
kurojok-rojok dinding kemaluannya,
terasa hangat dan lembab penuh
dengan cairan mani. “Uhhh… ssss..”
Akhirnya dia mulai pasrah tanpa
perlawanan.
Nafasnya mulai tersengal- sengal.
“Yaahhh… Ohhh… Jangaaann Diik,
Jangan lepaskan, terusss…” Gerakan
Mbak Menik semakin liar, dia mulai
membalas ciumanku bibirku dan
bibirnya saling berpagutan. Aku
senang, kini dia mulai menikmati
permainan ini. Tangannya meluncur
ke bawah dan berusaha menggapai
laras panjangku, kubiarkan
tangannya menggenggamnya dan
mengocoknya. Aku semakin
beringas lalu kusedot puting
susunya dan sesekali menjilati buah
dadanya yang masih kencang
walaupun sudah menyusui tiga
anaknya. “Yahh… teruuuss,
enaakkk…” katanya sambil
menggelinjang. Kemudian aku
bangun, kulebarkan kakinya dan
kutekuk ke atas. Aku semakin
bernafsu melihat liang
kewanitaannya yang merah
mengkilat. Dengan rakus kujilati bibir
kewanitaan Mbak Menik. “Aaahh..
Ohhh.. enaakkk Diik.. Yaakh..
teruusss..” Kemudian lidahku
kujulurkan ke dalam dan kutelan
habis cairan maninya. Sekitar bulu
kemaluannya juga tak luput dari
daerah jamahan lidahku maka kini
kelihatan rapi seperti habis disisir.
Klirotisnya tampak merah merekah,
menambah gairahku untuk
menggagahinya. “Sudaahhh Dikk..
sekarang.. ayolah sekarang..
masukkan.. aku sudah nggak
tahan..” pinta Mbak Menik. Tanpa
buang waktu lagi kukangkangkan
kedua kakinya sehingga liang
kewanitaannya kelihatan terbuka.
Kemudian kuarahkan batang
kejantananku ke lubang
senggamanya dan agak sempit
rupanya atau mungkin karena
diameter kemaluanku yang terlalu
lebar. “Pelan-pelan Dik, punya kamu
besar sekali.. ahhh…” Dia menjerit
saat kumasukkan seluruh batang
kemaluanku hingga aku merasakan
mentok sampai dasar rahimnya.
Lalu kutarik dan kumasukkan lagi,
lama-lama kupompa semakin cepat.
“Oughhh.. Ahhh.. Ahhh.. Ahhh..”
Mbak Menik mengerang tak
beraturan, tangannya menarik kain
sprei, tampaknya dia menikmati
betul permainanku. Bibirnya tampak
meracau dan merintih, aku semakin
bernafsu, dimataku dia saat itu
adalah wanita yang haus dan minta
dipuaskan, tanpa berpikir aku
sedang meniduri istri orang apalagi
dia sedang hamil. “Ouuhh Diik..
Mbak mau kelu.. aaahhh…” Dia
menjerit sambil tangannya
mendekap erat punggungku.
Kurasakan, “Seerrr… serrr..” ada
cairan hangat yang membasahi
kejantananku yang sedang tertanam
di dalam kemaluannya. Dia
mengalami orgasme yang pertama.
Aku kemudian menarik lepas batang
kejantananku dari kemaluannya.
Aku belum mendapat orgasme.
Kemudian aku memintanya untuk
doggy style. Dia kemudian
menungging, kakinya dilebarkan.
Perlahan-lahan kumasukkan lagi
batang kebanggaanku dan,
“Sleeep..” batang itu mulai masuk
hingga seluruhnya amblas lalu
kugenjot maju mundur. Mbak Menik
menggoyangkan pinggulnya
mengimbangi gerakan batang
kejantananku. “Gimaa.. Mbaak, enak
kan?” kataku sambil mempercepat
gerakanku. “Yahhh.. ennakk.. Dik
punyaa kamu enak banget.. Aahhh..
Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehhh..” Dia
semakin bergoyang liar seperti
orang kesurupan.
Tanganku menggapai buah dadanya
yang menggantung indah dan
bergoyang bersamaan dengan
perutnya yang membuncit. Buah
dada itu kuremas-remas serta
kupilin putingnya. Akhirnya Aku
merasa sampai ke klimaks, dan
ternyata dia juga mendapatkan
orgasme lagi. “Creeett.. croottt..
serrr..” spermaku menyemprot di
dalam rahimnya bersamaan dengan
maninya yang keluar lagi. Kemudian
kami ambruk bersamaan di ranjang.
Aku berbaring, di sebelah kulihat
Mbak Menik dengan wajah penuh
keringat tersenyum puas kepadaku.
“Terima kasih Dik, saya sangat puas
dengan permainanmu,” katanya.
“Mbak, setelah istirahat bolehkah
saya minta lagi?” tanyaku.
“Sebenarnya saya juga masih
pengin, tapi kita sarapan dulu
kemudian kita lanjutkan lagi.”
Akhirnya selama 2 hari sabtu dan
minggu aku tidak keluar rumah,
menikmati tubuh montok Mbak
Menik yang sedang hamil 4 bulan.
Berbagai gaya kupraktekkan
dengannya dan kulakukan di kamar
mandi, di dapur dan di meja makan
bahkan sempat di halaman belakang
karena rumahku dikelilingi tembok.
Di tanah kubentangkan tikar dan
kugumuli dia sepuasnya. Pada
istriku kutelepon kalau aku ada tugas
luar kota selama 2 hari, pulangnya
hari Senin. Mbak Menik bilang
selama 2 hari itu dia betul-betul
merasakan seks yang
sesungguhnya tidak seperti saat dia
bersetubuh dengan suaminya yang
asal tubruk lalu KO. Dan Dia berjanji
kalau sedang mengunjungi
suaminya, dia akan menyempatkan
meneleponku untuk minta jatah
dariku.
Minggu malam kuantarkan dia ke
kost suaminya tapi hanya sampai
ujung gang dan tidak lupa kuberi dia
uang sebesar Rp 500.000,- sebagai
bantuanku pada anaknya yang
sedang di rumah sakit. Setelah
istriku balik ke rumah, dia
menghubungiku lewat telepon di
kantor dan ketemu di terminal. Kami
melakukan persetubuhan disalah
satu hotel murah di Surabaya atau
kadang di Pantai Kenjeran kalau
malam hari. Hingga kehamilannya
menginjak usia 7 bulan kami
berhenti, hingga sekarang dia belum
memberi kabar, kalau dihitung
anaknya sudah lahir dan berusia 6
bulan.