Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Aku
adalah seorang warga keturunan,
saat ini aku sedang kuliah di
sebuah PTS di Jakarta. Tinggi
badanku 180 cm, berat badan ku
67 kg. Aku adalah anak pertama
dari dua bersaudara. Mohon maaf
jika bahasanya ada yang tidak
tepat, karena aku belum
berpengalaman dalam bercerita,
dan kosakataku dalam berbahasa
juga kurang, tapi semoga teman-
teman masih mengerti maksud
dari ceritaku ini. Jika ada saran atau
kritik tolong email saya.
Pengalaman ini kualami baru 2
bulan yang lalu, dan ini merupakan
pertama kalinya aku melakukan
hubungan badan dengan seorang
wanita. Tepatnya dengan seorang
tante, panggil saja namanya tante
Lin, dia seorang janda yang
ditinggal mati suaminya sekitar 4
tahun yang lalu, umur tante Lin
sekarang 31 tahun, mempunyai
seorang anak yang masi kecil. Dia
sebenarnya sering sekali datang ke
Jakarta, dan memang mempunyai
sebuah rumah disini, serta
mempunyai seorang anak angkat
yang juga merupakan anak dari
kakaknya. Namanya Fandri, dia
juga sedang kuliah dan tinggal di
kos yang sama denganku, tapi dia
lebi muda dariku 2 tahun. Kami
lumayan akrab, sehingga kami
sering keluar atau pergi jalan
bersama.
Perkenalanku dengan tante Lin,
adalah ketika kunjungannya ke
Jakarta, karena sebenarnya dia
berasal dari Kalimantan. Pada
waktu itu, aku diajak makan siang
bersama oleh Fandri, dan katanya
ada tantenya yang datang ke
Jakarta bersama anaknya. Fandri
berjanji untuk bertemu tantenya di
sebuah mall yang cukup terkenal
di Jakarta. Setelah menunggu
selama hampir setengah jam,
akhirnya kami bertemu dengan
tantenya. Pertama kali melihat
tantenya, pandanganku seperti
tidak bisa ketempat lain lagi. Aku
begitu terpesona melihat
penampilannya, begitu rapi, cantik
dan seksi. Mukanya yang putih
dan mulus, rambutnya yang
panjang terurai, membuatnya
terlihat begitu merangsang, serta
tubuhnya yang langsing, pinggang
yang ramping, dan
ukuran tubuh yang tidak terlalu
tinggi, mungkin sekitar 160cm.
Dadanya yang montok, besar dan
kencang, mungkin sekitar 34D,
ditambah lagi dengan memakai
kemeja putih ketat dengan kancing
bagian atas yg dibuka, sampai
buah dadanya yang besar itu
terlihat begitu indah dan montok,
tampak menyembul, seperti mau
keluar dari pakaiannya. Pantatnya
yg bulat dan kecil itu, terlihat begitu
padat. Adik kecilku bahkan sempat
menegang , karena melihat
keseksian, keindahan, kemontokan
tubuhnya, bahkan cara jalannya
yang terlihat seperti di catwalk.
Dalam diriku tidak berhenti
memuja tubuh yang sangat seksi
itu, dan betapa nafsu laki-laki aku
muncul, karena itu kali pertamanya
aku melihat pemandangan yang
begitu merangsang. Jujur saja, aku
sangat pengen meremas-remas
dada dan bokongnya itu, tangan
ku sudah gatal rasanya. Tapi aku
masi bisa menahannya.
Setelah itu kami saling berkenalan,
tangannya yang kecil itu begitu
lembut. Dan dilanjutkan dengan
makan siang bersama, kami
berbincang-bincang dan menjadi
dekat, karena tante Lin orangnya
gaul, jadi semua pembicaraan
kami terasa nyambung. Selesai
makan, kami diantar pulang ke kos
oleh tante Lin. Sayang sekali aku
tidak menanyakan no hpnya.
Setalah hari itu, kami makin sering
bertemu, karena tante lin sering
mengajak kami pergi makan dan
jalan-jalan. Dan aku menjadi
semakin menginginkan untuk
menikmati tubuhnya itu. Tante lin
sering telpon-telponan denganku,
kadang hanya untuk ngobrol saja,
tapi tante Lin lebih sering
menelponi aku daripada anak
angkatnya. Bahkan sempat dia
memintaku untuk menjadi anak
angkatnya, tapi aku hanya
menganggapnya basa-basi saja.
Tak terasa sudah berapa kali kami
bertemu, dan akhirnya aku
menjadi benar-benar akrab
dengan tante Lin.. dan tante Lin
mengajaku untuk menginap
ditempatnya. Semula aku
menolak, tapi tante Lin tetap
memaksa seperti anak yang
manja, akhirnya aku terima
ajakannya. Aku hanya pura-pura
menolak, tapi sebenarnya aku mau
menginap ditempatnya.
Malam itu, aku dan tante Lin
duduk-duduk di lantai teras
rumahnya di lantai paling atas.
Angin malam yang menyejukkan,
dan suasana yang tenang,
membuat kami merasa lebi santai.
Ketika itu anak-anaknya sudah
tidur.
Karena aku dan tante Lin sudah
akrab, maka aku memberanikan
diri bertanya-tanya sesuatu yang
“nakal”.
“tante ngga ngerasa kesepian,
kalau malem-malem ga ada yang
temenin tidur.. hehe..”, candaku
pada tante Lin..
sebelumnya tante Lin tampak
terdiam tidak mau menjawab,
hanya tertawa kecil, tapi akhirnya,
“Nakal juga kamu ya..”
“emang sih kesepian.. tapi mau
gimana.. ga ada yang menghibur..
“, lanjutnya dengan sedikit
mengeluh.
“hahaha.. kalau tante bole.. aku
mau menghibur tante..”, candaku
lagi.
“haha.. emangnya kamu bisa apa..
belum ada pengalaman, trus ntar
malah tante yang kecewa..”,
tanyanya, sambil memancingku.
“iya.. tapi setidaknya aku pernah
liat dan tau cara-cara ama
posisi-posisi nya..”, candaku
dengan sedikit menantang.
“yuk masuk aja.. tambah dingin
aja nih di sini..”, ajaknya dan
mengubah topik. Dan kami pun
masuk kedalam.
Tante Lin memintaku mengunci
pintu, setelah selesai
menguncinya, ternyata tante Lin
masih berdiri di sana. Kami saling
bertatapan, cukup lama, tapi tidak
berbicara satu katapun. Pikiran ku
mulai kacau, dan berpikir yang
tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba
tante Lin memegang kedua
tanganku, dan dengan senyuman
nakal menarikku ke sebuah kamar,
kamar yang disediakannya buatku
selama aku menginap di
tempatnya.
Aku didorong ke ranjang, dan
terduduk diatas ranjang yang lebar
itu.
Tante Lin langsung saja
mendatangiku, meloncat dan
duduk diatas pahaku, kedua
tangannya memegang erat
rambut belakangku. Dan dengan
tiba-tiba tatapan matanya berubah
menjadi tatapan nafsu yang sangat
besar.
“Tunjukin ke tante kalau kamu
emang tau cara-caranya..”, setelah
itu langsung saja dia mencium
bibirku dengan buasnya,
tangannya yang memegang
kepalaku bergerak-gerak
memegangi dan menjambaki
dengan kuat seluruh rambutku.
Tubuh kami bergerak maju
mundur mengikuti gerakan kepala
kami. Lidahnya bergerak-gerak
dengan cepat di dalam mulutku,
aku membalasnya dengan
menggerak-gerakan lidahku juga.
Ternyata saat itu aku baru sadar
bahwa nafsu seks tante Lin
ternyata besar sekali, dapat kulihat
dari caranya, bagaimana tante Lin
ingin melumat lidahku. Ketika
lidahku masuk dan meraba-raba
rongga mulutnya, giginya
mengigit-gigit dan mengisap-isap
lidahku seperti mau menelannya
bulat-bulat, kami seperti sedang
bermain pedang-pedangan
dengan lidah didalam mulut kami.
Aku sudah tidak berpikir apa-apa
lagi, kecuali malam ini aku harus
menikmati tubuh tante Lin sampai
puas, akan kulampiaskan semua
nafsuku yang tertahan selama ini
pada tante Lin.
“emmm.. emmmm..
ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”,
suaranya mendesah.
Ketika sekali-sekali tante lin
mengigit bibir bawahku, aku gigit
pula bibir atasnya. Begitu juga
ketika tante Lin mengigit bibir
atasku, maka aku menggigi bibir
bawahnya.
Kupegang kedua pahanya, kuleus-
elus bagian dalam serta luarnya,
sampai akhirnya aku menaikan
kedua tanganku dan
mencengkram sekuat-kuatnya
kedua pantatnya yang bulat itu.
“ahhh….”, teriakannya kecil.
Tangan kananku memeluk erat-
erat pada pinggangnya yang
ramping itu, sampai buah dadanya
itu terjepit diantara tubuh kami.
Karena aku ingin merasakan kedua
buah dadanya menempel
didadaku, Begitu besar, begitu
empuk, dan betapa dapat
kurasakan kedua putingnya
mengeras di dadaku.
Tangan kiriku tetap memegang
kedua pantatnya itu, kumasukkan
tanganku kedalam celana karetnya,
berulang kali aku meremas-remas
pantatnya itu dengan kuat-kuat,
lalu kuelus-elus dan kuraba-raba,
“aaahh..”, suara itu yang sangat
ingin aku dengar dari mulutnya.
Akhirnya kumasukkan jari-jariku
kedalam belahan kedua pantatnya.
Dengan jari-jariku dapat kurasakan
hangat disekitar lubang pantatnya
itu. Aku bermain-main dengan
jari-jariku dan aku gelitik-gelitik
luang duburnya itu, dan terasa
tubuhnya berkejut-kejut kegelian,
tangan kanannya
memegang kuat-kuat pergelangan
tangan kiriku untuk menahan rasa
geli jari-jariku di duburnya. Jariku
dapat merasaka bagaimana
duburnya mengejang kegelian.
Setelah cukup lama kami
berciuman, tante Lin melepaskan
bibirku, lalu dia berdiri dan
membuka baju, celana dan CDnya.
Dan kulihat pemandangan yang
begitu menakjubkan ketika tante
Lin mengangkat kedua tangannya,
dadanya yang besar itu ikut
terangkat, lalu turun dan
begoyang-goyang, ahh… betapa
beruntungnya aku dapat
melihatnya dengan begitu dekat.
Aku tidak malu-malu lagi, maka
kulepas juga semua pakaianku,
sampai kami benar-benar
telanjang bulat. Aku tak sempat
melihat semua bagian tubuhnya,
tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar
mem*k tante Lin itu telah dicukur
habis, membuat mem*knya
terlihat lebih bersih dan lebih
segar. Adikku sudah mencapai
80%.
“dicukur tante..?”, tanyaku, tante
Lin hanya membalas dengan
senyuman dan tidak berkata apa-
apa.
Setelah itu kami lanjutkan lagi
ciuman kami, semakin lama mulut
kami semakin penuh dengan ludah
kami yang telah bercampur, begitu
kental, begitu nikmat, dan begitu
banyak sampai menetes keluar
dari sela-sela mulut kami, dan
sampai aku merasa seperti sedang
meminum segelas air
ludah kenikmatan bersama-sama
tante Lin. Tiba-tiba tante Lin
menyedot semua ludah-ludah itu
kemulutnya dan melepas mulutku.
Dengan tatapan mata dan
senyuman yang nakal, tante Lin
mengeluarkan air ludah itu,
membiarkannya mengalir seperti
air terjun, dari mulutnya ke
dagunya, lehernya, membasahi
dadaku dan dadanya, dan akhirnya
turun sampai ke pangkal paha
kami, membuat gesekan tubuh
kami terasa menjadi lebih licin.
Melihat itu, mulai kuarahkan
kepalaku untuk menjilati air ludah,
tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-
sudut bibirnya, lalu dagunya,
lehernya, betapa air ludah itu
terasa lebih nikmat, karena telah
bercampur dengan keringat tante
Lin.
Kubungkukkan badanku sedikit,
sehingga mendorong tubuh tante
Lin sedikit kebelakang, dan
akhirnya mukaku sampai tepat
didepan dadanya,
“besar banget tante..”, kataku
spontan, aku tidak melihat
matanya, tapi aku tahu kalau dia
tertawa gembira.
Kubaringkan badanya ke ranjang,
tante Lin dibawah dan aku diatas
menindihnya. Lalu kuciumi,
kusedot-sedot dan kugigit-gigit
kecil puting susunya, tanganku
meremas dadanya yang lain,
jariku secara refleks mulai
memutar-mutar dan mencubit-
cubit kecil puting susunya.
“aaahh..”, desahnya.. Kubuka
mulutku selebar-lebarnya dan
dengan sedikit memaksa aku
mencoba “memakan” dadanya
sebanyak mungkin. Aku ingin
“menelan” semua dadanya.
Kuremas, Kugigit, kujilat dan
kusedot, semua itu kulakukan
berulang-ulang kali sampai aku
puas.
“ssshhh..aahhh..aah..aah..”,
desahannya semakin membuat
nafsuku menggebu-gebu.
Setelah puas dengan dadanya, aku
mulai turun menciumi perutnya,
menjilat-jilat pusarnya, kedua
tanganku tetap memegangi
dadanya, tangan tante Lin tetap
memegang kepalaku, mengikuti
kemana kepalaku bergerak.
Akhirnya aku sampai di depan
mem*knya, yang ternyata sudah
basah, aku mencium bau harum
dan lembut dari mem*k dan
disekitar pangkal pahanya.
Aku sudah tidak tahan lagi,
langsung saja kujilat dan kugigit-
gigit kecil klit nya, aku memainkan
lidahku dengan cepat di duburnya,
naik-turun dari pantat ke klitnya,
berulang-ulang sampai daerah itu
basah oleh ludahku.
“aaaaaaaaahhhh………..”, suara
desahannya yang rendah, dan
semakin kuat tante Lin menjambak
rambutku.
Kujilati mem*k nya seperti sedang
menjilat es krim, es krim yang
tidak akan pernah habis. Setelah itu
aku belutut di ranjang dan
mengangkat pantatnya tinggi-
tinggi, sehingga kedua lututnya
berada di dekat dengan kepalanya,
selama dalam posisi kepala dan
kaki dibawah tapi pantatnya
terangkat seperti itu, kedua
tangannya hanya bisa memegang
pantatnya, menarik kekanan dan
kekiri, sehingga lubang vagina dan
lubang pantatnya dapat kulihat
dengan jelas. Tangan kiriku
memegang perutnya, dengan
badan kutahan punggungnya
supaya posisinya tidak berubah.
Dan dengan jari tengah serta
telunjuk tangan kanan,
kumasukkan kedalam vaginanya,
kedua jariku bermain-main,
berputar kiri-kanan, dan keluar
masuk di
lobang vaginanya.
“aaaahh… aaaahh..aaaahhh..
eennaaaakkk…”, kata tante Lin
sambil memejamkan mata,
membuatku semakin bersemangat
memainkan vaginanya.
“jangan berhentii…. trussss….
aaaahh…”
Setelah cukup lama aku bermain-
main dengan mem*knya, akhirnya
tubuh tante Lin seperti kejang-
kejang, dan bergerak-gerak
dengan cepat serta kuat, sampai
aku sedikit kewalahan menahan
posisinya.
“aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”,
kata tante Lin, sembari tubuhnya
mengejang-ngejang, lalu keluar
cairan putih kental yang cukup
banyak dari dalam vaginanya,
membasahi tanganku dan daguku,
dan menyebar ke dadaku dan
perutnya, aku tidak tahu cairan apa
itu, baunya pun tidak
begitu sedap.
“haah.. hah.. hah..hah..”, suaranya
kecapekan, disertai keringat yang
bercucuran dan tubuhnya mulai
melemas. Tangannya pun jatuh
terkulai keranjang, tante Lin terlihat
seperti orang yang sudah KO.
“Jilatin franss… jilatin yaa.. sampe
bersih…”, kata tante Lin
dengan manja.. Semula aku tidak
mau, tapi setelah mendengar
permintaan manja tante Lin,
akhirnya kulakukan juga. Padahal
penisku saja belum kumasukan
kedalam vaginanya, tapi tante Lin
sudah kecapekan. Tapi aku
juga sebenernya sudah kecapekan
berada di posisi seperti itu,
tanganku sudah pegal-pegal, tapi
nafsu dan semangatku masih
besar, karena aku belom puas, jadi
tidak boleh putus di tengah jalan.
“hahh.. franss.. jari kamu bener-
bener nakal..”, katanya
terengah-engah.
“sini frans..”, panggilnya sambil
menarik kepalaku mendekat ke
mukanya.
Dengan begitu aku menindih
badannya, dadanya yang besar itu
mengganjal tubuhku, dan
kubiarkan juga penisku terjepit
diantara tubuh kami. Aku dapat
merasakan detak jantungnnya,
desahan nafasnya yang telah
kecapekan. Kedua tangannya
melingkar memeluk leherku,
kakinya juga
melingkat dan melipat di
punggungku. Tanganku
memegang pinggangnya,
meraba-raba dari atas ke bawah,
dan satunya lagi mengelu-elus
rambutnya yang panjang dan
terurai itu. Tubuhnya benar-benar
dibasahi oleh keringat. Aku sengaja
menggerakkan tubuhku maju-
mundur, sengaja membuat
penisku yang masih tegang itu
mengosok-gosok mem*knya,
sengaja kuraba-raba pinggiran
dadanya yang ikut berbergerak
maju mundur, kulakukan supaya
dapat membuatnya bernafsu lagi.
“frans, tante suka banget cara lu
ngobokin vagina tante..”, kata tante
Lin memjuaku.
“jadi gimana.. tante puas ga..”,
tanyaku.
“puas banget.. baru begitu aja
tante uda kecapekan..”, katanya
sambil memegang pipiku dan
menatap mataku dalam-dalam.
“tapi tenang aja.. tante masi kuat
kok..”, lanjutnya menggoda.
Tanpa banyak bicara lagi, langsung
saja aku mencium bibirnya..
Petandan mulainya ronde kedua.
“hhmmppp… hmmppp..
hemmmpp…”, desahannya
menjukkan bahwa tante Lin masih
bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai
merasakan putingnya mengeras
kembali didadaku, tangan dan
kakinya memeluk tubuhku dengan
lebih erat.
Tampaknya memang benar, nasfu
dan stamina tante Lin sudah
kembali.
Cukup berapa menit saja, dan air
ludah mulai memenuhi mulut
kami.
Tante Lin mendorong tubuhku
kesamping, dan kamipun berganti
posisi, aku dibawah dan tante Lin
diatas. Disedotnya kembali semua
air ludah itu, perlahan-lahan tante
Lin menegakkan badannya. Tante
Lin pun melakukan hal tadi,
mengeluarkan air ludah itu sedikit
demi sedikit ke dadaku,
perutku, lalu akhirnya membanjiri
tubuhnya sendiri, air ludah itu
terus turun dengan cepat sampai
membasahi penisku yang berada
terjepit diantara bagian dalam
pangkal pahanya dan tubuhku.
Dengan senyuman dan tatapan
mata nakal, tante Lin
memundurkan tubuhnya, lalu
membungkuk, sambil memegang
penisku, tante Lin menumpahkan
sisa air ludah itu ke penisku.
“wow.. lumayan juga punya
kamu yaa…”, katanya dengan
bernafsu, sambil memegang erat
penisku.
“tadi sudah giliran kamu.. sekarang
giliran tante buat kamu
kecapekan..”, setelah itu, tante Lin
mulai mengecup kepala penisku.
Tangan yang satunya memegang,
memainkan dan menekan-nekan,
bahkan kadang digenggamnya
dengan kuat buah pelirku.
“Aaah…”, kataku karena rasa nyeri
di buah pelirku.
Dengan posisi kakiku yang terbuka
lebar, tanpa banyak bicara lagi,
tante Lin dengan tatapan nakalnya
mulai menjilati dari pangkal batang
sampai keujung penisku.
Tanganku memegangi rambutnya,
karena aku ingin melihat
pemandangan yang tak ingin aku
lewati, bagaimana tante Lin
menjilati penisku dengan
nafsunya. Digititnya kecil ujung
penisku, rasanya geli sekali.
Dikulum-kulumnya penisku,
dijilatnya seperti sedang menjilat
batang eskrim kenikmatan yang
tidak akan pernah habis.
Sekarang giliran buah pelirku ikut
di”makan”nya, dimasukkan
kedalam mulutnya bersama
dengan bulu-buluku. Lidahnya
bermain dengan cepat didalam
mulutnya, sesekali pelirku seperti
sedang dikunyah oleh tante Lin.
“aaahh..”, teriakku kecil, menahan
sakit.
Penisku sudah basah sekali oleh air
ludah tante Lin, nafsunya seperti
sudah tidak tertahan lagi. Penisku
teraa panas gara-gara bergesekan
dengan mulut dan tangannya.
Kepalanya naik turun dengan cepat
diikuti dengan tangannya. Sesekali
kepala penisku ditarik dengan kuat
oleh
giginya. Geli sekali.
Cukup lama tante Lin bermain-
main dengan penisku, kira-kira
hampir setengah jam, akhirnya
aku sudah tidak tahan lagi.
“aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku
panjang.
Mendengar seperti itu, tante Lin
makin mempercepat gerakan
mulut dan tangannya. Otot kakiku
sudah mengejang menahannya,
akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga
spermaku. Tante Lin tidak
mengeluarkan penisku dari
mulutnya, dengan nafsu tante Lin
menjilati semua spermaku, tidak
dibiarkannya setetespun mengalir
keluar. Semuanya ditelan tanpa
sisa, bahkan penisku masi disedot-
sedotnya. Begitu bernafsunya
sampai tante Lin terlihat seperti
wanita yang benar-benar
kehausan akan spermaku.
“aaahh.. punya kamu hangat sekali
rasanya.. nikmat banget..”, kata
tante Lin.
“ha ha.. sekarang kita satu sama..”,
lanjutnya dengan gembira, sambil
menindih badanku.
Kami berpelukan diranjang, saling
meraba-raba tubuh. Kuelus
pahanya yang mulus, sedangkan
tante Lin mengelus-elus perut dan
dadaku. Kami saling bertatapan
dan saling memuji.
“enak sekali tante.. tante jago
banget..”, kataku, menikmati
bagaimana enaknya pengalaman
dioral oleh seorang wanita cantik.
“kamu juga hebat.. tante suka de
sama kamu.. bisa tahan selama
itu…”, balasnya nakal.
Aku begitu lelah, rasanya sudah
tidak ada tenaga lagi. Aku melihat
tante Lin, tampaknya ia juga dalam
keadaan yang sama denganku.
Tak banyak bicara, tante Lin
mengecup dahiku.
“kita bobo dulu aja ya sekarang..
tante pengen lanjut tapi lemes
banget rasanya..”, katanya.
“iya tante.. aku juga capek banget..
tante emang top..”, balasku.
Tampak tante Lin tersipu malu dan
tertawa kecil. Sebenernya nafsuku
masih besar, tapi keadaan tubuhku
tidak memungkinkan. Aku juga
tidak mau memaksa tante Lin yang
sudah sangat kecapekan.
Begitu lemas, akhirnya kami tidur
berpelukan, saling
menghangatkan. Kupeluk erat-erat
tubuh tante Lin seperti sedang
memeluk bantal, aku masih ingin
merasakan dadanya yang besar
itu. Dengan pahanya tante Lin
mengelus-elus pahaku.
Aku merasa senang sekali
mesikpun aku tidak puas malam
itu.
Mulai dari keesokan harinya, aku
merasa tante Lin menjadi semakin
sayang padaku. Ia memenuhi
semua kebutuhan dan
keperluanku. Dalam 2 bulan
terakhir ini, kami telah melakukan
hubungan sex lagi sekitar 10 kali
dan kami lakukan setiap ada
kesempatan. Pernah kami lakukan
ketika didalam mobil, dikamar
mandi, dikamar anaknya bahkan
sempat diatas ranjangnya, ranjang
tempat dimana tante Lin dan
almarhum suaminya tidur.
Bagi teman-teman yang mau
memberikan saran ataupun kritik
atas penulisanku, mohon jangan
sungkan-sungkan untuk meng-
email.