Koleksi Foto bugil terlengkap, Foto bugil Tante Girang, Foto Bugil Pelajar, Foto Bugil Jilbab, Gambar Memek, Video XXX, Cerita Sex, Foto Bugil Terbaru, Foto Bugil 2014, Video Bokep Indo, Jepang, Barat, Video Streaming
|
WARNING : THIS SITE CONTAINS ADULT
CONTENT, MAKE SURE YOUR AGE ABOVE 18+
YEARS
Umurku sekarang ini 26
tahun. Ini adalah
pengalamanku yang benar-
benar nyata dengan Ibu
mertuaku. Umurnya
belum terlalu tua baru
sekitar 45th. Dulunya baru
umur 18 tahun dia sudah
kimpoi. Ibu mertuaku
bentuk tubuhnya biasa-
biasa saja malah boleh
dikatakan langsing dan
singset seperti perawan.
Tak heran sebab hingga
kini ia masih
mengkonsumsi jamu untuk
supaya selalu awet muda
dan langsing.
Singkat cerita ketika istriku
baru melahirkan anak
pertama dan aku harus
puasa selama sebulan
lebih. Bisa dibayangkan
sendiri bagaimana
pusingnya aku. Hingga
suatu saat aku mengantar
Ibu mertuaku pulang dari
menengok cucu
pertamanya itu. Aku biasa
mengantarnya dengan
motorku. Namun kali itu
turun hujan ditengah
perjalanan. Karena sudah
basah kuyup dan hari
sudah menjelang tengah
malam aku paksakan
untuk menerobos hujan
yang deras itu.
Setiba dirumah aku ingin
segera membersihkan
badan lalu menghangatkan
badan. Di rumah itu hanya
ada aku dan Ibu mertuaku
karena kakak iparku tinggal
ditempat lain. Sedangkan
adik iparku yang biasa
menemani Ibu mertuaku
dirumah itu untuk
sementara tinggal
dirumahku untuk menjaga
istriku.
“Kamu mandi aja deh sana,
Her” Kata Ibu mertuaku
menyuruhku mandi
“Ah.. nggak usah.. Ibu
duluan deh” Kataku
menolak dan menyuruhnya
agar lebih dulu
“Udah.. Ibu disini aja” Kata
Ibu mertuaku yang memilih
tempat cuci baju dan cuci
piring diluar kamar mandi.
Karena disitu juga ada air
keran.
“Yah.. udah deh” Kataku
sambil mendahuluinya
masuk ke kamar mandi.
Suasana waktu itu agak
remang-remang karena
lampu penerangannya
hanya lampu bohlam 5
watt. Aku iseng ingin tahu
bentuk tubuh Ibu
mertuaku yang sebenarnya
ketika ia telanjang bulat.
Maka aku singkapkan
sedikit pintu kamar mandi
dan menontonnya melepas
satu per satu bajunya yang
sudah basah kuyup karena
kehujanan. Dia tidak tahu
aku menontonnya karena
dia membelakangiku.
Aku perhatikania
mencopot kaus T-shirt-nya
ke atas melewati bahu dan
lehernya. Lalu BH-nya
dengan mencongkel sedikit
pengaitnya lalu ia menarik
tali BH-nya dan BH itupun
terlepas. Adegan yang
paling syur ialah ketika ia
membuka celana panjang
jeansnya. Sret.. celana jeans
ketat itu ditariknya ke
bawah sekaligus dengan
CD-nya. Jreng..! Aku lihat
kedua buah pantatnya
yang kencang dan montok
itu menantangku.
Aku yang sudah tak
merasakan sex selama satu
bulan lebih dan lagi
dihadapkan dengan
pemandangan seperti itu.
Aku nekat untuk
mendekatinya dan aku
peluk dia dari belakang.
“Eh.. Her.. ini apa-apaan..
Her” hardik Ibu mertuaku.
“Bu.. tolongin saya dong,
Bu” rayuku
“Ih.. apaan sih..?!” Katanya
lagi
“Bu, udah dua bulan ini
saya nggak dapet dari
Dewi.. tolong dong, Bu”
bujukku lagi
“Tapi aku inikan ibumu”
Kata Ibu mertuaku
“Bu.. tolong, Bu.. please
banget” rayuku sambil
tanganku mulai beraksi.
Tanganku meremas-remas
buah dadanya yang
ukurannya sekitar 34b
sambil jariku memelintir
putting susunya. bibir dan
lidahku menjilati tengkuk
lehernya. Tanganku yang
satu lagi memainkan
klentit-nya dengan
memelintir daging kecil itu
dengan jariku. Batang
penisku aku tekan dilubang
pantatnya tapi tidak aku
masukkan. Ibu mertuaku
mulai bereaksi. Tangannya
yang tadi berusaha
meronta dan menahanku
kini sudah mengendor. Dia
membiarkanku memulai
dan memainkan ini semua.
Nafasnya memburu dan
mulai mendesah-desah.
“Dikamar aja yuk, Bu”
bisikku
Aku papah Ibu mertuaku
menuju kamarnya. Aku
baringkan dia tempat tidur.
Aku buka kedua kakinya
lebar-lebar dan sepertinya
Ibu mertuaku sudah siap
dengan batang penisku.
Tapi aku belum mau
memulai semua itu.
“Tenang aja dulu, Bu. Rileks
aja, Ok?” Kataku.
Aku mengarahkan mukaku
ke liang vaginanya dan aku
mulai dengan sedikit jilatan
dengan ujung lidahku pada
klentitnya.
“Ough.. sshhtt.. ough..
hmpf.. hh.. ooghh” Ibu
mertuaku mendesah dan
mengerang menahan
kenikmatan jilatan lidahku.
Dia sepertinya belum
pernah merasakan oral sex
dan baru kali ini saja ia
merasakannya. Terlihat
reaksi seperti kaget dengan
kenikmatan yang satu ini.
“Enak kan, Bu..?” Kataku
“Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu..
koq.. gak jijik.. sih, Her?”
Tanyanya ditengah-tengah
desah dan deru nafasnya.
“Enggak, Bu.. enak koq..
gimana enak gak?”
“Hmh.. iyahh.. aduh..
sshhtt.. eenak.. banget..
Her.. sshhtt” jawab Ibu
mertuaku sambil terus
merintih dan mendesah.
“Itu baru awalnya, Bu”
Kataku.
Kali ini aku kulum-kulum
klentitnya dengan bibirku
dan memainkan klentit itu
dengan lidahku. Aku lihat
sekujur tubuh Ibu
mertuaku seperti tersetrum
dan mengejang. Ia lebih
mengangkat lagi
pinggulnya ketika aku hisap
dalam-dalam klentitnya.
Tak sampai disitu aku
terobos liang vaginanya
dengan ujung lidahku dan
aku masukkan lidahku
dalam-dalam ke liang
vaginanya itu lalu aku
mainkan liukkan lidahku
didalam liang vaginanya.
Seiring dengan liukanku
pinggul Ibu mertuaku ikut
juga bergoyang.
“Ough.. sshhtt.. ough..
sshhtt.. oughh.. hmh..
ough.. shhtt.. ough.. hmh..
oufghh.. sshhtt” suara itu
terus keluar dari mulut Ibu
mertuaku menikmati
kenikmatan oral sex yang
aku berikan.
Aku sudahi oral sex ku lalu
aku bangun dan berlutut
dihadapan liang vaginanya.
Baru aku arahkan batang
penisku ke liang vaginanya
tiba-tiba tangan halus Ibu
mertuaku memegang
batang penisku dan
meremas-remasnya.
“Auw.. diapain, Bu..?”
Tanyaku
“Enggak.. ini supaya bisa
lebih tahan lama” Kata
Ibuku sambil mengurut
batang penisku.
Rasanya geli-geli nikmat
bercamput sakit sedikit.
Sepertinya hanya diremas-
remas saja tetapi tidak
ternyata ujung-ujung
jarinya mengurut urat-urat
yang ada dibatang penis
untuk memperlancar aliran
darah sehingga bisa lebih
tegang dan kencang dan
tahan lama.
“Guedhe.. juga.. punya
kamu, Her” Kata Ibu
mertuaku sambil terus
mengurut batang penisku.
“Iya dong, Bu” Kataku.
Kali ini kedua tangan Ibu
mertuaku beraksi
mengurut batang penisku.
Tangan yang satunya lagi
mengurut-urut buah
pelirku dan yang satu lagi
seperti mengocok namun
tidak terlalu ditekan
dengan jari jempol dan
telunjuknya. Tak lama
kemudian..
“Egh.. yah.sudah.. pelan-
pelan.. yah sayang” Kata
Ibu mertuaku sambil
menyudahi pijatan-pijatan
kecilnya itu dan mewanti-
wantiku supaya tidak
terlalu terburu-buru
menerobos liang vaginanya.
Aku angkat kedua kaki Ibu
mertuaku dan aku
letakkan dikedua bahuku
sambil mencoba
menerobos liang vaginanya
dengan batang penisku
yang sedari tadi sudah
keras dan kencang.
“Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-
pelan, Her” Kata Ibu
mertuaku ditengah-tengah
deru nafasnya.
“Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku
pelan-pelan koq” Kataku
sambil perlahan-lahan
mendorong penisku masuk
ke liang vaginanya.
“Ih.. punya kamu guedhe
banget, sayang.. ini sih.. gak
normal”Katanya
“Kan tadi udah diurut, Bu”
Kataku.
Aku teruskan aksiku
penetrasiku menerobos
liang vaginanya yang
kering. Aku tidak merasa
istimewa dengan batang
penisku yang panjangnya
hanya 15cm dengan
diameter sekitar 3 cm.
Dengan sedikit usaha.. tiba-
tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS!
Batang penisku sudah
masuk semua dengan
perkasanya kedalam liang
vagina Ibu mertuaku.
“Ough.. egh.. iya.. sshh..
pelan-pelan aja yah,
sayang” Kata Ibu mertuaku
yang mewantiku supaya
aku tidak terlalu terburu-
buru.
Aku mulai meliukkan
pinggulku sambil naik
turun dan pinggul Ibu
mertuaku berputar-putar
seperti penyanyi dang-dut.
“Ough.. gilaa, Bu.. asyik..
banget..!” Kataku sambil
merasakan nikmatnya
batang penisku diputar
oleh pinggulnya.
“Ough.. sshtt.. egh.. sshh..
hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough..
sshhtt.. oughh” Ibu
mertuaku tidak menjawab
hanya memejamkan mata
sambil mulutnya terus
mendesah dan merintih
menikmati kenikmatan
sexual.
Baru sekitar 30 menit aku
sudah bosan dengan posisi
ini dan ingin berganti posisi.
Ketika itu kami masih
dalam posisi konvensional.
Aku mau menawarkan
variasi lain pada Ibu
mertuaku..
“Eh.. Ibu yang di atas deh”
Kataku.
“Kenapa, sayang.. kamu
capek.. yah..?” Tanyanya.
“Gak” jawabku singkat.
“Mo keluar yah.. hi.. hi..
hi..?” Godanya sambil
mencubit pantatku.
“Gak.. ih.. aku gak bakalan
keluar duluan deh” Kataku
sesumbar.
“Awas.. yah.. kalo keluar
duluan” Goda Ibu
mertuaku sambil meremas-
remas buah pantatku.
“Enggak.. deh.. Ibu yang
bakalan kalah sama
aku”Kataku sombong
sambil balas mencubit
buah dadanya
“Auw.. hi.. hi.. hi” Ibu
mertuaku memekik kecil
sambil tertawa kecil yang
membuatku semakin
horny.
Dengan berguling ke
samping kini Ibu mertuaku
sudah berada di atas
tubuhku. Sambil
menyesuaikan posisi
sebentar ia lalu duduk di
atas pinggulku. Aku bisa
melihat keindahan
tubuhnya perutnya yang
rata dan ramping. Tak ada
seonggok lemakpun yang
menumpuk diperutnya.
Buah dadanya juga masih
kencang dengan putting
susu yang mengacung ke
atas menantangku. Aku
juga duduk dan meraih
putting susu itu lalu ku jilat
dan ku kulum. Ibu
mertuaku mendorongku
dan menyuruhku tetap
berbaring seolah-olah kali
ini cukup ia yang pegan
kendali. Ibu mertuaku
kembali meliuk-liukkan
pinggulnya memutar-
mutar seperti Inul
Daratista.
“Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt..
ough.. egh.. hmf” desah Ibu
mertuaku.
“Gila, Bu.. enak banget..!”
“Ough.. sshhtt.. ough..
sshtt.. ough” Ibu mertuaku
mendesah dan merintih
sambil terus meliuk-liukkan
pinggulnya memainkan
batang penisku yang
berada didalam liang
vaginanya.
Tanganku meremas buah
dadanya yang tak terlalu
besar tapi pas dengan
telapak tangan. Tanganku
yang satunya lagi meremas
buah pantatnya. Batang
penisku yang kencang dan
keras terasa lebih keras dan
kencang lagi. Ini berkat
pijatan dari Ibu mertuaku
tadi itu. Bisa dibayangkan
jika tidak aku sudah lama
orgasme dari tadi.
“Ough.. sshtt.. emh.. enagh..
egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh..
eeghh.. enak.. ough” liukan
pinggul Ibu mertuaku yang
tadinya teratur kini
berubah semakin liar naik
turun maju mundur tak
karuan.
“Ough.. iiyyaahh.. egghh..
eghmmhhff.. sshhtt.. ough..
aku udah mo nyampe”
Kata Ibu mertuaku.
“Bu.. aku juga pengen, Bu..
egh” Kataku sambil ikut
menggoyang naik turun
pinggulku.
“Egh.. iyah.. bagusshh..
sayangg.. ough.. sshhtt..
ough.. sshtt.. ough” Ibu
mertuaku merespons
gerakanku untuk
membantunya orgasme.
Aku mempercepat
goyanganku karena seperti
ada yang mendesak
dibatang penisku untuk
keluar juga.
“Hmfh.. terusshh.. iyah..
ough.. oughh.. AAAUGHH..
OUGH.. OUGH.. OUGH” Ibu
mertuaku telah sampai
pada orgasmenya.
Pada batang penisku terasa
seperti ada cairan hangat
mengucur deras
membasahi batang
penisku. Ibu mertuaku
menggelepar dan diakhiri
dengan menggelinjang liar
dan nafasnya yang
tersengal. Ibu mertuaku
telah berhenti melakukan
liukan pinggulnya. Hanya
denyutan-denyutan
kencang didalam liang
vaginanya. Aku merasakan
denyutan-denyutan itu
seperti menyedot-nyedot
batang penisku Dan..
CROT.. CROTT.. CROTTT..!
muncrat semua air maniku
diliang vagina Ibu
mertuaku.
“Bu, kerasa nggak air mani
saya muncratnya..?”
Tanyaku
“Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu
udah lama pengen
beginian” Kata Ibu
mertuaku
“Iya.. sekarang kqn udah,
Bu” Kataku sambil
mengecup keningnya
“Oh.. kamu.. hebat banget
deh, Her” Kata Ibu
mertuaku sambil
membelai-belai rambutku.
“Itu semua kan karena Ibu”
Kataku memujinya
“Ih.. bisa aja.. kamu” sahut
Ibu mertuaku sambil
mencubit pinggulku.
Ibu mertuaku masih di atas
tubuhku ketika HP-ku
berbunyi ternyata dari
istriku yang menyuruhku
supaya menginap saja
dirumah Ibu mertuaku.
Setelah telepon di tutup
aku memekik kegirangan.
Setelah itu kami
melakukan pemanasan lagi
dan melakukannya
sepanjang malam hingga
menjelang subuh kami
sama-sama kelelahan dan
tidur. Entah sudah berapa
kali kami bersenggama
dalam berbagai posisi. Pagi
harinya kami masih
melakukannya lagi dikamar
mandi untuk yang terakhir
lalu setelah itu aku sarapan
dan pulang.